mimbaruntan.com, Untan— Permasalahan sampah pipet plastik kerap menjadi hal yang dianggap sepele bagi sebagian masyarakat. Dengan meningkatnya jumlah penduduk, pemakaian sampah pipet plastik pun banyak digunakan kemudian dibuang sembarang tempat. Penggunaan pipet plastik di Indonesia menurut data asumsi kasar yang berhasil dikumpulkan oleh tim Divers Clean Action diperkirakan mencapai 93.244.847 setiap harinya. Ini merupakan masalah serius yang harus ditangani sejak dini.
Hal ini menumbuhkan rasa kepedulian bagi Mahasiswa Untan membuat suatu Project untuk menjawab permasalahan penggunaan pipet plastik yakni Pipet Kite. Project ini hadir untuk meminimalisir pemakaian pipet plastik, kemudian diganti menjadi pipet berbahan bambu yang ramah lingkungan.
Choriah Triliani, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Untan. ia bersama teman-temannya membuat Project Pipet Kite sebagai wujud peduli terhadap lingkungan. Pada awalnya mereka mengkampanyekan bahaya sampah plastik kepada masyarakat Kota Pontianak. Seiring waktu berjalan gagasan tersebut berkembang dan diimplementasikan dalam bentuk produk yakni pipet dari bambu. “Kita kepikirkan kayak ada bambu dan bisa berdayakan warga-warga. Awalnya pesimis bisa ndak ya, gitu kan, mau ndak orang mengganti pipet biase dari bambu yang notabanenye ribet-ribet kan,” tuturnya.
Dimulai dari bulan Maret 2017 hingga sekarang Project Pipet Kite sudah mulai dikenal oleh masyarakat Kota Pontianak. Tidak hanya itu saja, produk Project Pipet Kite sudah dikenal sampai ke Jakarta, Banjarmasin, dan Yogyakarta.
Dalam menentukan tempat produksi pipet dari bambu sempat mengalami kebingungan. Setalah melakukan beberapa pertemuan antar rekan-rekan akhirnya dipilih Desa Rasau Tiga, hal ini dikarenakan kebiasaan masyarakat di Desa Rasau Tiga membakar bambu yang tua dan bambu yang patah dari batangnya. “kite riset dulu dimana sih daerah Pontianak , setelah kita cari-cari kita dapat temukan dari Desa Rasau Tiga banyak teman yang di Rasau yang mengusulkan di Rasau, kemudian kita datang,” sambung mahasiswa FEB Untan ini.
Sebagain masyarakat Desa Rasau Tiga awalnya tidak percaya dengan Mahasiswa Untan yang melakukan sosialisasi mengenai bambu yang diubah menjadi pipet. Mahasiswa Untan terus meyakinkan dengan menunjukan produk yang telah jadi, kemudian disosialisasikan. Hal ini diakui oleh Sri Maryati sebagai ketua kelompok Kenanga Pemberdayaan Perempuan tingkat desa yang merasakan langsung manfaat dari pembuatan pipet dari bambu. Selain mengurangi dampak lingkungan juga menambah ekonomi rumah tangga. “Pertama kali dengar sih kayaknya gak masuk akal kok bambu bisa dijadikan pipet, setelah mereka menjelaskan baru tau kalo itu dampaknya banyak. Dampaknya bisa mengurangi penggunaan sedotan dari plastik yang pastinya meningkatkan ekonomi rumah tangga,” pungkasnya.
Penulis : Suryansyah
Editor : Umi