Orang tua tak menuntut balas, mereka hanya ingin melakukan hal-hal sederhana bersama anak-anaknya, hal inilah yang disampaikan lewat sebuah film dari negara Malaysia yang berjudul “Pondok Buruk”. Saya tidak tahu kapan persisnya film ini tayang perdana, yang jelas pertama kali saya menonton film ini saat saya kelas 5 SD artinya itu sudah 8 tahun yang lalu, dan saya menontonnya kembali sebelum saya menulis ini. Film ini berhasil membuat saya berderai air mata, ceritanya sangat sedih dan punya makna yang sangat dalam. Film ini mengisahkan tentang orang tua dan anak-anaknya, kedua orang tua ini bernama Pak Mat dan Mak Jah, mereka hanya tinggal berdua di rumah yang sangat sederhana, mereka sudah sangat tua dan sakit sakitan bahkan Pak Mat hanya punya satu betis, hal ini membuatnya tak bisa berjalan karena betisnya yang buntung, roda dari kayu lah yang menjadi pengganti kaki untuk Pak Mat, meski begitu Pak Mat selalu giat bekerja meski penghasilannya tak seberapa.
Sementara ketiga anaknya tinggal di kota, mereka sudah sukses, Johan si anak pertama sukses dengan bisnisnya ia selalu mengejar, Ushob menikah dengan wanita yang sangat kaya, dan Rina si bungsu sangat sibuk menggeluti bisnisnya dalam bidang kecantikan. Setelah mereka menjadi orang sukses, tak sekalipun mereka pulang ke kampung, bahkan pada hari raya Idul Fitri pun. Pak Mat dan Mak Jah sangat merindukan ketiga anaknya, mereka tak menginginkan hal lain selain merayakan hari raya Idul Fitri bersama anak anaknya. Menjelang Idul Fitri banyak sekali cobaan yang menghantam Pak Mat dan Mak Jah. Pak mat kehilangan pekerjaan, mereka juga harus pergi dari rumah yang selama ini mereka tempati, karna tanahnya milik orang lain dan anak dari almarhum pemilik tanah ingin membangun rumah yang besar di tanah itu, ditambah lagi kesehatan Pak Mat yang semakin memburuk, bahkan kakinya sampai berulat karena membusuk.
Tak ada pilihan lain, mereka harus pergi dan tinggal di sebuah pondok yang buruk, Pak Mat merasa sangat sedih, ia merasa gagal menjadi suami yang baik untuk Mak Jah, namun Mak Jah adalah istri yang sangat setia ia tetap menerima segala kekurangan suaminya. Dalam keadaan terpuruk seperti ini, hanya ada satu orang yang sangat peduli pada mereka, yakni Som, ia adalah anak angkat Pak Mat dan Mak Jah, berulang kali Som membujuk Pak Mat dan Mak Jah untuk tinggal di rumahnya, namun Mak Jah mengerti Som juga menumpang pada mertuanya di rumah yang kecil, Pak Mat dan Mak Jah tak ingin merepotkan Som.
Sebenarnya ketiganya anak kandung Pak Mat dan Mak Jah sadar bahwa mereka terlalu sibuk dengan harta tanpa memperdulikan kedua orang tua yang telah merawat mereka dengan penuh cinta, namun tampaknya harta lebih menarik untuk mereka puja. Shob si anak kedua mulai merasa bersalah dan berniat untuk pulang dengan mengajak abang dan adiknya, namun mereka menolak dengan berbagai alasan, walau begitu Shob tetap pulang sebelum hari raya tiba. Namun Shob tak bisa berjumpa dengan bapaknya, karna Pak Mat sudah berpulang kepada Yang Maha Kuasa, setelah seharian Pak Mat bekerja mencuci piring, mengelap mobil agar dia bisa mendapat uang untuk membeli daging untuk Lebaran, saat dalam perjalan pulang Pak Mat sangat gembira akan makan daging masakan istrinya, namun malang roda kayu Pak Mat terbalik dan ia jatuh ke sawah, Pak Mat tak bisa berdiri dan beranjak dari lumpur sawah itu, hingga akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir. Ushob yang sudah pulang tak lagi bisa berjumpa dengan bapaknya, sementara Johan dan Rina bisnisnya bangrut dan membuat mereka hampir frustasi, barulah mereka teringat pada kedua orangtuanya dan menyesali perbuatan mereka selama ini.
Film ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan kedua orang tua kita, sesukses apapun kita orang tua adalah yang paling berjasa dibalik itu semua, bapak dan ibu tidak pernah mengharap emas permata sebagai balasan jasanya, mereka hanya ingin kita punya waktu untuk sekedar bercerita, memeluk, makan bersama dan melakukan hal-hal sederhana yang bermakna bersama mereka. Sejauh apa pun kita merantau, sesibuk apa pun kita di sana, ingatlah untuk pulang, sebelum orangtua yang berpulang, setidaknya saat hari raya atau hari libur. Percayalah, orang tua selalu merindukan anak-anaknya, dan mereka pasti menyebut nama anak-anaknya dalam doanya pada Tuhan.
Semoga anda juga tertarik untuk menonton film ini, anda bisa menemukan film ini di Youtube, ketika menonton saya harap anda benar benar meresapi maknanya. Sekian dari saya, terima kasih dan semoga bermanfaat.
Oleh: Reza Pangestika