mimbaruntan.com, Untan – Tidak ada makhluk hidup yang tidak menghasilkan sampah. Mulai dari manusia, hewan sampai tumbuhan pun pasti menghasilkan sampah. Akan tetapi, jenis sampah yang dihasilkan banyak ragamnya. Tumbuhan, pada umumnya menghasilkan sampah organik lewat daun-daunnya yang kering lalu berguguran. Sedangkan manusia, pada umumnya menghasilkan sampah lewat bahan-bahan bekas keperluan rumah tangga. Misalnya bungkus bekas makanan ringan, atau botol-botol plastik bekas minuman. Kalau hewan, biasanya menghasilkan sampah berupa sisa-sisa makanan yang mereka konsumsi. Misalnya biji buah, kulit buah dan lain-lain.
Di Indonesia khususnya di Jakarta, sampah sudah tak asing lagi bagi segelintir penduduknya. Karena sampah, sungai-sungai di Jakarta menyempit. Pencemaran air dan udara yang sering menghantui Jakarta juga mayoritas karena keberadaan sampah. Tahu tidak? Menurut catatan Dinas Kebersihan DKI Jakarta, setiap harinya, penduduk Jakarta menghasilkan sekitar 6.000 ton sampah! Fantastik! Dan setengah dari sampah-sampah tersebut berasal dari rumah tangga. Sedangkan setengahnya lagi berasal dari pasar, industri, hotel dan restoran. Maklum, penduduk Jakarta memang padat. Tak heran jika penghasilan sampah per harinya pun membumbung tinggi.
Khususnya di pontianak, jika penduduk kota pontianak sebanyak 550.304 jiwa (Sensus Penduduk 2010) diasumsikan menghasilkan sampah rumah tangga minimal 1 kg/orang/hari, maka dalam satu hari paling kurang terdapat 550 ton sampah rumah tangga. Dan kalau minimal 5% saja dari jumlah tersebut dibuang langsung oleh warga kota ke dalam parit, maka 27,5 ton sampah setiap hari telah memenuhi dan mencemari parit-parit di ibukota provinsi ini. Seperti kita ketahui permasalahan sampah kadang-kadang memusingkan pemerintah dalam penanganannya.
Sedikit memang penduduk Pontianak yang masih memperhatikan sampah. Kebanyakkan dari mereka lebih memilih bersikap acuh tak acuh terhadap sampah. Akibat dari buruknya sikap masyarakat inilah yang membuat Pontianak terpuruk oleh sampah.
Bau sampah yang menyengat ketika sekumpulan sampah ada di dekat kita, membuat kita seakan enggan bernafas. Begitu pula saat kita melihat sebuah gunungan sampah yang dikelilingi oleh kecoak dan dihinggapi beberapa lalat. Pilihan yang muncul saat melihat semua itu adalah menghindar, atau menyingkirkan gunungan tersebut dari pandangan kita. Namun kembali lagi pada sikap mayoritas masyarakat yang acuh tak acuh terhadap lingkungan yang penuh sampah. Mereka cenderung lebih memilih menghindar ketimbang menyingkirkan si sampah tersebut.
Dari masalah di atas, saya memperkenalkan program sampah center.Program sampah center adalah program dimana semua sampah akan dikumpulkan, di olah dan dijual dalam bentuk yang bernilai tinggi dalam satu tempat. Sampah akan dibeli kepada orang untuk semua jenis sampah. Kita juga mengetahui bahwa sampah dapat di olah sesuai jenisnya. Kita juga akan menyediakan jemput sampah di rumah tangga. Sampah itu akan kita bayar sesuai dengan jenis dan banyak sampahnya.
Berikut adalah yang akan dikembangkan oleh program sampah center dalam pengelolaan sampah berdasarkan jenisnya, yaitu pemanfaatan sampah plastik menjadi produk yang lebih bermanfaat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan berkenaan dengan itu adalah konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak setara bensin dan solar. Proses ini dapat dilakukan karena pada dasarnya plastik adalah polimer atau rantai panjang atom yang saling mengikat satu sama lain. Karena pada dasarnya plastik berasal dari minyak bumi, maka proses ini dapat dikatakan hanya mengembalikannya ke dalam bentuk asal mulanya. Dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, termasuk yang berkaitan dengan teknologi pengolahan sampah, maka pengembangan teknologi konversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak yang setara dengan bensin dan solar belakangan ini pun marak dilakukan. Misalnya di Jepang, Jerman, Amerika Serikat dan berbagai negara lainnya. Bahkan di sejumlah negara itu, pabrik skala komersial pun sudah mulai diaplikasikan, untuk menghasilkan produk bahan bakar minyak dalam jumlah yang besar. Kenapa di indonesia khususnya di Pontianak ini tidak kita kembangkan??
Saya juga akan mengembangkan sampah organik dengan teknologi hydrothermal bernama Resource Recycling System (RRS). Teknologi RRS ini hak paten Prof Kunio Yoshikawa dari Tokyo Institute of Technology. Teknologi RRS cocok dengan karakter sampah campur Indonesia yang tak perlu pemisahan (80% bahan organik dan campuran plastik), RRS menggunakan gas bertekanan dan uap suhu tinggi (3 atm, 200 C). Cara ini lebih ramah lingkungan, relatif murah, teknologi lebih sederhana sehingga komponen kandungan lokal bisa mendekati 90%. Teknologi alternatif ini sudah diterapkan secara komersial di Jepang antara lain di Hokkaido,Nagoya dan Ichinomiya.
Sampah campur perkotaan (Municipal Solid Waste/MSW) dan sampah pertanian dimasukkan ke reaktor, disusul memasukkan uap bertekanan tinggi dari boiler. Dengan alat pelebur, sampah di dalam reaktor terurai dalam waktu 30-60 menit. Hasil sementara berupa lumpur. Pengeringan lumpur,kering sendiri jika dibiarkan dua hari,atau disemprot dengan uap panas dan hasilnya akan langsung kering – berupa bubuk menyerupai bubuk batubara. Hasil akhirnya bisa menjadi bahan penyubur tanah, bahan bakar padat, bagus untuk bahan bakar oven. Dalam skala kecil bisa dijadikan briket seperti arang untuk memasak.
Untuk kapasitas pengolahan sampah yang sama, dibandingkan dengan sistem incinerator misalnya, investasi awal RRS 60% lebih murah dari cara incinerator. Biaya operasional dan pemeliharaan instalasi 55% lebih rendah dan menghasilkan produk bermanfaat. Membutuhkan lahan sedikit, 200 ton/hari sampah cukup ditampung di lahan setengah hektare, hasil produk tadi memiliki kepadatan tinggi.
Dari tumpukan sampah yang banyak menjadi tumpukan kecil lagi bermanfaat. Efisiensi teknologi pengolahan sampah ini tinggi, hanya membutuhkan energi di bawah 20% dari keluaran yang dihasilkan untuk menjalankan sistem pengolahan sampah. Jadi, bisa memenuhi diri sendiri (self sustainable system) atau tidak perlu energi tambahan dari luar untuk menjalankannya.
Di Indonesia khususnya Pontianak, abang-abang petugas sampah di perumahan pun bisa dipekerjakan di program sampah center. Mereka bisa dipekerjakan untuk mengepres briket dari produk keluaran, memilah sampah besi dan kaca yang tidak bisa dibakar. Program ini nantinya selain memberdayakan sampahnya menjadi nilai jual, juga dapat meberdayakan masyarakat Indonesia, khususnya Pontianak agar lebih sejahtera dan memiliki peluang kerja.
penulis : Sugandi