Jelang akhir tahun, saatnya evaluasi diri. Bagi mahasiswa maupun siswa, tentunya evaluasi diri sangatlah penting, termasuk evaluasi nilai belajar. Pembagian nilai akhir dalam bentuk Lembar Isian Hasil Studi (LIHS) bagi mahasiswa dan bentuk Raport bagi siswa pasti ditungu-tunggu. Namun pernahkan kalian berpikir selain manusia, hewan juga memerlukan raport?
Yayasan Penyelamatan Orangutan Sintang (YPOS), yang merupakan satu di antara lembaga yang bergerak di bidang rehabilitasi Orangutan Kalimantan, yang dalam kesehariannya melakukan pengamatan terhadap setiap individu orangutan yang menjalani proses rehabilitasi. Koordinator Behavior, Animal Welfare, dan Ekologi, Apik Prabowo, mengatakan pengamatan ini dilakukan untuk melihat perkembangan individu orangutan guna memantau sejauh mana orangutan yang telah direhabilitasi, dapat kembali ke sifat alaminya dan dapat bertahan hidup di alam liar.
“Jadi masing-masing tim Animal Keeper (pengasuh orangutan) melakukan pengamatan tiap minggunya. Masing-masing individu orangutan yang dikatakan menjadi kandidat release diamati tingkah lakunya. Hasil pengamatan individu orangutan itulah (Raport),” ucap Apik Prabowo saat diwawancarai Reporter Mimbar Untan, Senin (5/10).
Berbeda dengan raport siswa, raport orangutan diumumkan setiap 2 kali dalam 1 tahun atau 6 bulan sekali, yang mana dari hasil rapot akan ditentukan kandidat untuk pelepasliaran. Setiap individu orangutan yang sudah memenuhi kriteria penilaian, akan menjadi kandidat pelepasliaran. Sebelum pembagian raport, tentunya individu-individu orangutan ini juga melakukan sekolah hutan.
“Rata-rata kan orangutan yang di YPOS adalah Orangutan hasil sitaan yang telah dipelihara manusia. Nah, jadi kita di sini bagaimana bisa menimbulkan atau melatih agar orangutan yang sudah lama dipelihara oleh manusia menimbulkan sifat liar dia di alam, dengan salah satunya sekolah hutan,” jelas Apik.
Kriteria-kriteria penilaian untuk raport orangutan dilihat dari cara orangutan tersebut mencari makan, memanjat pohon (pola jelajah), membuat sarang, berinteraksi dengan sesama orangutan serta mengurangi interaktif dan ketergantungan terhadap manusia.
Peran seorang guru dalam sekolah hutan ini diemban oleh para Animal Keeper. Mereka adalah pihak yang dekat dengan orangutan-orangutan ini,yang juga mengurusi semua kebutuhan orangutan seperti membersihkan kandang, menyiapkan pakan dan pengayaan serta mengantar lalu melakukan observasi pada orangutan di Sekolah Hutan. Paustinus Bujang, satu di antara Animal Keeper YPOS mengungkapkan tanggungjawab sebagai Animal Keeper adalah memastikan semua kebutuhan orangutan terpenuhi.
“Lihat orangutan sebagai tanggungjawab, harus peka istilahnya. Karena kan orangutan kalau sakit misalnya kita ndak tau. Jadi harus melihat perkembangnya,” ungkapnya.
Menurut Bujang, ada beberapa kendala dalam pengamatan atau penilaian Raport Orangutan. Satu di antaranya yaitu beberapa orangutan yang memiliki karakter agresif.
“Beberapa individu Orangutan yang seperti galak dengan kita, itu yang menjadi kendala biasanya. Kami kewalahan, jadi kami menghindar. Jadi datanya pun kurang maksimal,” sambung Bujang.
Sekolah hutan yang ada di YPOS ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu di sekolah hutan Jerora, Kecamatan Sintang. Kemudian di sekolah hutan Dusun Tembak, Desa Gurung Mali, Kecamatan Tempunak Hulu, Kabupaten Sintang. Setelah dinyatakan lulus sekolah hutan maka selanjutnya orangutan akan dilepasliarkan di Taman Betung Kerihun, Kabupaten Kapuas Hulu. Saat ini, total orangutan yang sedang direhabilitasi berjumlah 37 individu, sedangkan 10 individu sudah dilepasliarkan.
Penulis : Anggela
Editor : Mara