Dihampiri rindu pada penghujung malam yang senyap
Ia kemudian mengajak bercakap-cakap tentang kejaran waktu yang teramat singkat dan ketidaksiapan untuk menjadi kuat
Dia terlibat dalam sekelebat bayangan singkat
Hadir dan merapat ke dalam ingat
Aku dan kamu telah menjadi sejarah dalam balutan luka yang tak berdarah dan sekujur tubuh penuh amarah.
Baca juga:Bambu Untuk Kehidupan
Berulang kali aku bertanya tentang salah
Kususuri jejak trauma cinta dalam mata galak seorang wanita atau tangis meringkuk anaknya
Tidak ada yang salah ternyata, namun luka itu benar adanya
Ia tumbuh besar bersama, mengusik segala sendi diri
Kala ia menyebar aku tersadar, kala ia berkumpul kuingin kabur
Baca juga:Dalam Asa Kepada Rimba
Tak kulupa awalnya, 16 Februari kelabu dulu yang menjemputmu
Kala semua rasa masih begitu belia tak tahu tentang hilang dan berulang, meragu tentang kasih dan arti cinta pada kenangan
Kupikir mudah, tapi teramat susah.
Pencarian demi pencarian untuk sebuah penerimaan
Tetap, adatakut untuk menyelesaikan pagi menjadi malam, ada ragu menatap masa depan yang masih buram dan ada malu bercermin pada masa lalu yang getir
Aku tak punya parang sementara jalanku banyak sekali ilalang, aku tak punya pegangan sementara jalurku adalah tebing-tebing curam
Ilusiku terlalu indah, kakiku mudah sekali goyah
Ingin sekali kuubah, kala rindu ini membuncah aku tak perlu bercerita tentang lemah, aku tak perlu mengadu tentang payah
Ayah, aku menghamba pada pasrah.
Penulis : Marlina Marlin