Mimbaruntan.Com,Untan- Ribuan siswa-siswi SMA-sederajat Pontianak dan Kubu Raya tumpah ke Bundaran Digulis dalam rangka melakukan aksi pawai dan coret-coret seragam sambil berfoto ria. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk suka cita atas pengumuman kelulusan yang baru saja dilaksanakan sejak pukul 15:00 hingga menjelang pukul 19:00 WIB. Akibatnya aksi ini mengundang keresahan masyarakat sekitar karena merasa terganggu sehingga Kepolisian Resor Kota (Polresta) Pontianak turun tangan mengawal aksi tersebut, Senin (13/05).
Ardi, satu di antara siswa yang mengikuti aksi tersebut mengangap bahwa aksi tersebut merupakan bentuk kenangan ketika duduk di bangku SMA “Ini kan ibarat kenang-kenangan kite lah ini bisa disimpan sampai tua nanti kan, jadi kita bisa ingat masa masa SMA, sebatas moment yak,”pungkasnya ketika ditemui di depan bundaran digulis.
Ia juga mengatakan bahwa aksi pawai merupakan tradisi yang dilakukan setiap tahun dan harus dipertahankan. “Kayak ini lah kite pawai coret coret ini kan udah tradisi dari taon dolok sampai sekarang, tradisi coret coret jangan sampek ilang,“ katanya.
Salbiah selaku pihak kepolisian yang bertugas mengatakan sebelumnya Polresta Pontianak sudah mendapat sinyal bahwa mereka akan turun ke jalan. “Sebenarnya kita sudah mendapat sinyal semuanya ludah kita sekat, masing-masing fungsi sudah bekerja. Dari awal itu sudah koordinasi dengan Diknas Kalau bisa orang tua lebih antisipasi, karna kami sudah menyampaikan himbauan melalui itu di youtube dan instagram satlantas,” katanya.
Salbiah mengakui pihak kepolisian tetap mengupayakan agar tidak mengganggu ketertiban lalu lintas meskipun tidak menyebabkan kecelakaan. “Sebatas ini memang mereka belum menyebabkan kecelakaan tapi kami tetap mengupayakan supaya tidak mengganggu Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas). Cuma ada beberapa yang saya lakukan penegakan hukum jika memang yang tidak memiliki SIM dan STNK,” lanjutnya.
Ia pun menjelaskan bahwa seluruh elemen harus memberikan pengawasan terhadap anak hingga ke media komunikasi. “Ke depan Diknas, sekolah terutama orang tua mengawasi putra-putrinya, kan kita harapkan pergi bersama orangtua dan kembali bersama orangtua. Dan kemudian orangtua mengawasi terutama handphone karena mereka komunikasinya lewat handphone,” harapnya.
Adi Sentosa selaku masyarakat merasa terganggu karena aksi tersebut menyebabkan kemacetan. “Menurut saya ganggu sekali karena membuat macet dijalan. Kalo dilihat dari manfaatnya tak ada manfaat sama sekali, ini menjadi cerminan dari pendidikan kita. Apalagi ini bulan puasa harusnya diisi dengan kegiatan-kegiatan positif,” keluhnya.
Penulis: Eufemia Santi dan Mita Anggraini
Editor : Sekar A.M.