Judul: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: Mei 2014
Tebal: 243 halaman
ISBN: 978–602–03–0393–2
Buku ini mengisahkan seorang pria bernama Ajo Kawir. Ajo Kawir muda adalah remaja yang bermasalah. Ajo Kawir bersahabat baik dengan Si Tokek. Dari mereka duduk di bangku sekolah dasar hingga menginjak usia remaja, Ajo dan Si Tokek telah melewati masa-masa sulit sebagai anak yang bermasalah di kampung. Keduanya juga pintar mencari gara-gara, mulai dari berkelahi hingga terlibat dalam kasus pemerkosaan Si Rona Merah, janda kampung yang ditinggal mati sang suami.
Kasus pemerkosaan tersebut tak dikira Ajo dapat berakibat fatal pada hidupnya. Ajo seperti dikenai kutukan untuk tak bisa membangunkan burung kepunyaannya. Meski telah dipaksa oleh sekelompok pria dewasa dan dihadapkan oleh lekuk indah Si Rona Merah, burung Ajo tak mau bangun dan menciut dalam diam.
Setelah dari kejadian itu, Si Tokek, orang pertama yang tahu, memutuskan untuk membantu Ajo membangunkan burung yang seharusnya tak selalu tertidur. Berbagai cara dilakukan, mulai dari yang nikmat hingga cara yang menyakitkan ditempuh Ajo. Tapi burung meringkuk diam. Ia tak mau berdiri sama sekali.
Berita soal burung Ajo pun menyebar, beberapa telah menjadikan aib Ajo sebagai candaan. Namun Ajo tak berkecil hati, ia masih yakin semesta dapat membangunkan burung kepunyaannya.
Hingga tiba suatu masa, Ajo jatuh cinta. Gadis yang Ajo senangi, Iteung adalah gadis tak biasa. Bisa dikatakan dalam cerita, Ajo cinta mati kepada Iteung meski harus melayangkan satu nyawa dalam kisah cintanya. Ajo tak takut, toh Iteung menerima apa adanya meski dalam keadaan burungnya yang selalu tertidur.
Ajo dan Iteung lalu memutuskan untuk menikah. Meski harus menahan kontak akibat nikmat bercinta yang belum terpuaskan, Iteung tetap mencintai Ajo sepenuh hati. Namun kesabaran Iteung bertemu batas, Ajo yang malang akhirnya harus menghadapi cobaan tentang siapa ayah dari anak yang dikandung Iteung.
Ajo kemudian berpergian jauh atas rasa kecewanya terhadap Iteung. Ia tak lagi senang mencari gara-gara bahkan untuk waktu yang lama, Ajo tak lagi mengusahakan burung untuk berdiri. Ia kini menjadi Ajo yang damai dan bijaksana. Sebab dari si burung, Ajo belajar banyak hal termasuk mengenai Iteung, kekasihnya yang berkhianat.
Namun setelah terlahir sebagai Ajo yang bijak, Ajo dipertemukan dengan wanita buruk rupa bernama Jelita. Wanita itu tak seperti namanya, sama sekali tak bisa dibilang jelita. Herannya sekalipun buruk, bagi Ajo, Jelita adalah sebuah misteri yang berhasil membuatnya mimpi basah di beberapa malam. Bahkan dalam mimpinya, burung Ajo mampu membesar dan mengeras hanya dengan membayangkan Jelita yang mengerikan.
_______
Beberapa pembaca awalnya pasti dikejutkan oleh pilihan kata yang digunakan Eka Kurniawan cukup vulgar dalam novel ini. Bahkan beberapa kali saya temui, penulis menggambarkan tokoh dan peristiwa di dalamnya dengan sangat berani. (Dengan kata lain, sebaiknya novel ini dibaca oleh mereka yang sudah berusia 21 tahun ke atas).
Makna yang tersampaikan juga tersirat, sebab pembaca diharuskan menafsirkan pesan yang dimaksud melalui tokoh utama Ajo Kawir. Pembaca juga harus jeli dengan pembagian tokoh yang cukup banyak dalam novel.
Namun, secara keseluruhan novel ini memiliki alur yang menyenangkan. Pembaca yang dapat menerima penggunaan kata-kata berani tersebut, pasti akan dibuat terbahak-bahak ataupun marah oleh kisah Ajo Kawir. Sehingga, cerita tidak membosankan bagi pembaca.
Selain itu, bahasa yang digunakan mudah dimengerti. Meski semua itu kembali lagi ke selera, tentang “bisa” atau tidaknya pembaca menikmati tulisan Eka Kurniawan yang sangat berani memilih kata yang kelewat sopan. Namun menurut saya pribadi, tulisan Eka Kurniawan sangat unik dengan memilih hal yang tak biasa untuk dijadikan perumpaan dalam mengenal makna hidup.
Penulis : Rahma Ning Tyas