Keramahtamahan merupakan ciri khas daripada budaya timur, khususnya warga Asia. Indonesia pun tidak terlepas daripada budaya tersebut. Jadi tak mengherankan apabila pada data-data survei menyatakan bahwa bumi pertiwi kita ini menjadi tempat tinggalnya orang-orang yang supel.
Sudah menjadi rahasia umum, Indonesia masuk ke jajaran negara dengan orang-orang paling socialable. Hal ini dapat kita lihat pada tahun 2012, Lonely Plane membagikan daftar “Negara-Negara Paling Ramah di Dunia” (dilansir dari buku Lonely Planet edisi “1000 Ultimate Experiences”), dimana Indonesia menjadi satu di antaranya. Lagi-lagi pada tahun 2019, keramahan orang Indonesia diakui oleh negara luar melalui survei Ease of Settling in Index, InterNations.
Tapi tampaknya orang-orang Indonesia tidak begitu puas dengan gelar tersebut (well, manusiawi saja jika kita menginginkan hal lain yang belum dapat kita miliki). Sehingga baru-baru ini, Indonesia menyambet predikat baru (yey..berikan aplaus!). “Negara dengan warganet paling tidak sopan dalam interaksi online” (Digital Civility Index (DCI) 2020; Microsoft).
Cukup menarik juga ya julukan mutakhir yang disandang oleh negara kita tercinta. Tidak semudah membalikan telapak tangan, tentu prestasi ini perlu kita apresiasi bersama. Karena untuk mencapai suatu hal pasti terdapat perjuangan yang diusahakan bukan?
Baca juga : Kaum Intelektual Jangan Tersandera Kepentingan Kapitalis!
Melihat pencapaian tersebut diri ini secara pribadi langsung menitikan air mata karena dilingkupi oleh rasa haru . Bangga sekali saat mendengar juga melihat beritanya tampil di banyak media, bahkan tanpa dicari pun artikelnya muncul di beranda search engine. Maaf jika terkesan berlebihan, saya memang tipikal yang berbahagia atas kesuksesan orang-orang apalagi dengan hasil yang spektakuler.
Beberapa waktu lalu pun orang-orang Indonesia membuat gebrakan yang kembali mengharumkan nama negara. Diketahui warganet +62 membanjiri laman facebook seorang pria Thailand yang membagikan hari bahagianya bersama sang suami terkasih. Banyak dari netijen lokal yang memberikan pesan bunga mawar hitam dan lily putih yang sangat menawan.
Namun sepertinya, kebaikan warganet Indonesia tidak diterima dengan tangan terbuka oleh pihak pasangan itu karena tampaknya mereka lebih menyukai hadiah berupa meja hijau ketimbang bunga-bungaan (mungkin aja kan mereka alergi bunga dan pecinta warna hijau).
Bahkan hal itu sempat menjadi trending topic lo di platform yang terkenal banget dengan tempat spill the teanya (twitter).
Tapi saya sarankan sih kepada warganet yang sering banget nih memberikan hadiah-hadiah serupa supaya lebih peka dan jangan terlalu baik lah; memilah mana yang harusnya bisa dihadiahkan, mana yang sebaiknya tidak.
Ya kan engga semua orang di dunia ini suka dengan apa yang kalian suka, benci sesuatu yang kalian benci, juga percaya dengan apa yang kalian percaya. Secara ideologi, kebudayaan dan keyakinan, semuanya pasti jelas kontras dong (apalagi beda negara). Toh, di pendidikan dasar kita diajarkan mengenai konsep kepelbagaian. Jadi saya rasa netijen lokal pahamlah maksudnya, kan pada pinter semua.
Menghakimi adalah itikad baik yang menyimpang.
Penulis : Esterwidus