Mata yang menatap tanpa dosa
Torehkan sesak bagi hati nurani yang melihatnya
Menjerit dalam hati tanpa suara
Adalah malaikat-malaikat kecil penghuni kerasnya jalanan
Mengumpulkan secercah rupiah untuk bertahan
Ada yang menjajakan koran, bernyanyi dengan irama sembarangan, hingga hanya ada yang menadahkan tangan meminta belas kasihan
Barangkali bagi mereka jalanan adalah teman
Lampu merah laksana sandaran
Tepi jalan laksana pangkuan
Mereka tidaklah minta dilahirkan
Tapi takdir Tuhan menghadirkan
Bahu-bahu baja untuk berdiri sendiri
Punggung-punggung besi untuk menyanggah kehidupan yang keji
Keadaan rambut dan baju yang tidak mereka hiraukan menjadi alasan nyata betapa pencari sayap-sayap kertas itu tak fana
Bahkan mereka hadir dalam tangan-tangan kecil seumpama siap menaklukan bagian kecil dari kerasanya jalanan kota
Penulis: Ersa Dwiyana