Sahabat ECO Bhinneka (SEKA) Muhammadiyah ECO Bhinneka Muhammadiyah Kalimantan Barat telah berjalan setahun, maka perlu mengadakan pelatihan lebih lanjut lewat SEKA Muhammadiyah dengan tema “Kader Kerukunan dan Lingkungan” di Hotel Harris Pontianak, (22/07).
Ruang-ruang diskusi yang inovatif sesuai dengan arah SEKA dalam melakukan aksi sosial dengan upaya merawat kerukunan dalam aksi – aksi penyelamatan lingkungan. SEKA juga melakukan gerakan dalam membangun komunitas yang tangguh dan inklusif di mana para pelaku agama menjadi pendukung berkelanjutan Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan (Freedom of Religion or Belief/FoRB) dan perdamaian antaragama, melalui Eco Bhinneka.
Sambutan dan Pembukaan oleh Uray M Amin selaku Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat menyampaikan bahwa pelaksanaan sekolah Eco Bhineka pada hari ini ialah moment yang tepat sekali karena Muslim kini masuk di tahun baru hijriyah 1445. Hijriyah yang dimaknai sekarang kita menncoba menggeser bebarap hal.
“Dalam tahapan praktek, dulu individual sekarang kita sudah komunal. Terbukti sudah tidak individu lagi, muhammdiyah mengajak lintas iman untuk memikirkan ekosistem kita,” tambah Uray.
“Keseimbangan alam perlu djaga seperti pengurang plastik, memikirkan bagaimana menggunakan barang yang bisa di daur ulang. Titik tekan kita bukan hanya lingkungan meainkan kejiwaan. Lintas iman ini didiami tidak hanya muslim melainkan banyak agama. Hal ini memerlukan kesepakatan yang luas,” tegas Uray.
Uray memaparkan bahwa gradasi kebijakan pemerintah terjadi saat ini. Sebagai contoh, di Srilanka ada menteri khusus tentang kelapa. Di Indonesia, dalam kementerian terjadi kondisi dimana adanya pembagian pengelolaan kelapa.
“Saya mengalami sebagai usahawan, ketika kelapa di petik maka kelapa akan mengelola banyak atau banyak manfaat. Dalam SEKA, jangan sampai kita menggunakan bahan karbon yang panjang kan berproses panjang dalam tubuh kita,” tambah Uray.
Proses karbonisasi air kelapa tadi dan tempurung kelapa bisa menjadi arang aktif. Di tahun 2009 industri arang aktif di Kalimantan Barat tidak berfungsi lagi padahal arang aktif bisa digunakan sebagai media industri yang mampu menghilangkan bau racun. Padahal, industri pertambangan baiknya di sirkulasi dengan arang aktif.
Kebijakan pemerintah tidak mampu menumbuhkan kelapa, kalau pemerintaan konsen dengan depot air minum saja bahkan sampai sekarang tidak terkontrol.
“Betapa banyak rantai makanan yang bisa hidup, sekarang kelapa digantikan dengan sawit. SEKA ini juga memikirkan rantai karbon,” tambah Uray.
Baca Juga: Temu Pemuda Lintas Iman (Tepelima): Cara Orang Muda Merawat Toleransi dan Keberagaman di Kalbar
Hal-hal seperti SEKA dan pemerintah perlu saling peduli. Diharapkan suara kita didengar karena lintas iman, bahwa kita punya tanggung jawab yang tinggi sehingga bisa kita jalankan sama-sama.
“Untuk lebih tajamnya ini perlu disuarakan berulang-ulang ibarat kapas yang kena terpaan angin maka harus terus dihembuskan agar terus bersuara kemudian aktualisasikan. Misalnya kunjungi tempat pembuatan mie, pembuatan air minum, libatkan pemerinta. Mudah-mudahan SEKA betul-betul bisa menjadi suara untuk hal kecil dan kebijakan pemerintah pun mampu tergradasi,” ucap Uray.
Octavia Shinta Aryani selaku Regional Manager Eco Bhinneka Muhammadiyah, menyampaikan tujuan sekolah Eco Bhineka bahwa selama setahun ini SEKA membuka diskusi dan memantik aksi lewat pemutaran dan bedah film kolaboratif tentang lingkungan dan merawat kerukunan.
“SEKA berusaha untuk mampu menyampaikan arah Program Eco Bhinneka Muhammadiyah kepada masyarakat, pelajar dan mahasiswa lewat life skill yang dapat digunakan untuk mendampingi dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat, pelajar dan mahasiswa, “tambah Shinta.
Shinta juga memaparkan bawah sekolah Eco Bhineka melakukan pelatihan untuk meningkatkan kader Eco Bhineka berupa kemampuan pembuatan eco enzyme, pemanfaatan sampah/sisa kain (perca), pengelolaan sampah dari bank sampah, hydroponik sayur dan buah, serta inovasi eco print. SEKA Muhamaddiyah berada pada 4 regional di Indonesia seperti di Banyuwangi, Solo, Kalimantan Barat dan Maluku. Pemilihan 4 kota tersebut karena provinsi ini tahun 97 mempunyai massa kelam perihal kerukunan.
“Misi yang hadir dengan kerukunan, sahabat semua sebagai pemuda penggiat media toleransi. Silahkan sahabat-sahabat upload kegiatan, tunjukkan pada dunia anak muda kalimantan barat khusus nya kota pontianak mempunyai tekad merawat kerukunan melestarkan lingkungan. Setiap agama mendapat pesan untuk menebar kebaikan, tutup Shinta.
Penulis: Ageng
Press Release SEKA Muhammadiyah