mimbaruntan.com, Untan- Lapisan tipis melebar pada langit, bercorak putih keabu-abuan, beserta rinai hujan turut ambil bagian. Salah satu anak tengah memainkan latto-latto yang memiliki bahana khas kletek kala dua bola plastik bertumbukkan. Beberapa asik bermain catur dan yang lainnya asik menyaksikan permainan asal India bagian Utara tersebut. Ditengah canda tawa anak-anak yang sedang bermain, tersempil suara tawa yang terdengar berat, dialah Doni Chairullah, pendiri dari Sekitar Pendidikan, sebuah komunitas yang berfokus dalam membantu, membina dan mendidik anak-anak di sekitar Gang Angket, Jalan Tritura, Kota Pontianak.
Mimpinya untuk memberikan lingkungan belajar dan bertumbuh yang positif, mendorong Doni menginisiasi Sekitar Pendidikan. Doni yang dulunya seorang pembuat video, merasa bahwa akan lebih mudah memberikan dampak melalui pendidikan dibandingkan video yang dibuatnya.
“Sebelumnya aku tuh bekerja sebagai seorang pembuat video, tapi untuk mengintervensi itu kurang, akhirnya aku memutar otak kayaknya memang yang paling efektif itu kalau mengintervensi dan mengubah generasi itu kayaknya lewat pendidikan,” ucapnya saat tim reporter berkunjung ke rumahnya pada Minggu (29/1).
Baca Juga: Baha’i, Representasi Persatuan dalam Keberagaman
Dianggap Remeh Hingga Akhirnya Memberi Dampak
Tentunya mengumpulkan anak-anak untuk dibina tidaklah gampang, hanya bermodal majalah Bobo pada awalnya, Doni berhadapan dengan kritikan dari orang-orang, terlebih dengan stigma “bencong” yang dia dapat sedari kecil.
“Doni itu kayak perempuan atau bencong, mungkin dia mikir saya masih kayak Doni yang dulu akhirnya ketika saya menginisiasi Sekitar Pendidikan, mereka takut anaknya akan terpengaruh,” pungkasnya.
Doni mengatur beberapa tujuan untuk mengukur dampak dari usahanya, yaitu membuat anak-anak senang untuk belajar, menentukan cita-cita mereka, memiliki prestasi dan bidang yang ditekuni, serta tujuan terakhirnya agar mereka melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Dari beberapa tujuan tersebut, ia berhasil mewujudkan dan menunjukkan bahwa usaha yang dia lakukan memiliki dampak yang positif.
Apalagi perkembangan dari anak-anak yang dibina oleh Doni dan teman-temannya membuat orang-orang di lingkungan tersebut tidak lagi meremehkannya, bahkan mereka mulai menitipkan anak-anak mereka untuk diajar oleh Doni.
“Ketika melihat ada yang berprestasi dari orang yang datang ke sini, itu sudah mulai memudar stigma itu, malahan orang tuanya menyuruh sampai anaknya diantar, barulah itu support untuk belajar di sini,” cerita Doni kepada tim reporter Mimbar Untan.
Prestasi yang Ditorehkan
Perbincangan terus mengalir meski menapaki titian jembatan dengan genangan air keruh setinggi lutut orang dewasa menuju penuturan selanjutnya. Binar redup sang surya menyeruak masuk melalui jendela rumah salah satu murid berprestasi Sekitar Pendidikan. Ica, gadis mungil yang menjuarai lomba catur jenjang Sekolah Dasar se-Pontianak pada 12-13 November 2022 lalu.
Nenek Ica atau yang akrab disapa Fatima merasa terbantu dengan adanya Sekitar Pendidikan di lingkungan pertumbuhan cucunya. Bahkan ia lebih memilih cucu kesayangannya untuk menghabiskan seharian penuh bermain bersama founder Sekitar Pendidikan.
“Sering main ke tempat Doni, kalau ada PR diajar sama Doni, jadi terbantu ada Doni. Ikut Doni tambah pintar dia. Daripada main sama anak-anak nakal. Nanti dorong-dorongan jatuh kan khawatir kita, bagus belajar sama Doni,” ungkap wanita renta itu saat menceritakan keseharian cucunya.
Memiliki talenta catur dari sang Ayah dan terus Ica kembangkan bersama Sekitar Pendidikan, hingga memunculkan hasrat dalam dirinya untuk meraih hal yang lebih dari yang didapatnya saat ini.
“Mau dapat piala dunia,” ujar Ica dengan senyum terukir penuh di wajah manisnya.
Baca Juga: Kikis Stigma, Beri Wajah Baru Untuk Beting
Berangkat dari Kepekaan Sosial
”Saya tergerak untuk andil sebagai relawan, dan saat ini juga sebagai tutor serta pengurus, itu berangkat dari kepekaan sosial sih,” ujar Nurlita Amaliya, salah satu relawan di Sekitar Pendidikan.
Bermula di tahun 2021, ketika Ia sedang mencari tempat penelitian dan tak sengaja menemukan akun Instagram @sekitarpendidikan yang baginya cukup menarik dan akhirnya memutuskan untuk berpartisipasi menjadi relawan di Sekitar Pendidikan dalam kelas beladiri, khususnya pencak silat.
Selain itu, Nurlita juga meresahkan kurangnya tenaga pengajar di Sekitar Pendidikan.
“Banyak kelas yang sudah terfasilitasi, tetapi belum adanya kekonsistenan karena kurangnya tenaga pengajar,” ucapnya melalui WhatsApp Voice Note pada Rabu (1/2).
Semenjak menjadi relawan disana, kini ia menjadi lebih memahami sifat dan karakter dari seorang anak yang berbeda-beda. Walau kerap diremehkan menjadi seorang relawan disana, Nurlita tetap berharap agar orang-orang yang berpikiran negatif mulai terbuka atau memahami bahwa ada anak-anak di sana yang berjuang untuk mencapai cita-cita mereka.
Penulis : Zulfikar, Mira, Diva
Editor : Arum