Dingin masih terasa disaat mentari mulai menampakkan diri dari ufuk timur, suara burung-burung pun tak kalah merdunya mengiringi embun yang berjatuhan diantara dedaunan. Tampak sosok pria separuh baya mengenakan kaos berwarna biru, celana hitam pendek dengan sendal jepit dan sarung tangan merah sambil memungut sampah dan membersihkan rumput pada taman sepanjang jalan Daya Nasional.
Tidak dihiraukan lalu-lalang kendaraan yang melintas kala itu. Fostur tubuh mulai membungkuk terlihat disaat dia hendak berdiri tegak. Rambut putih yang menjulur keluar dibalik topi lusuh dikenakan olehnya. Dengan gaya khas sambil menghisap sebatang rokok kemudian sesekali dihembuskan asapnya.
Sanusi namanya. Bapak berusia 60 tahun ini mungkin pantas berada di rumah sambil menikmati hari tua bersama istri, anak dan cucu. Namun dengan perekonomian yang lemah serta sulit mendapatkan pekerjaan saat ini membuat Sanusi tidak menghiraukan menikmati masa tua bersama keluarga, dan memilih untuk bekerja sebagai pembersih taman.
Kulit keriput, raut muka penuh semangat untuk terus bekerja. Terkadang sedikit tertawa untuk diajak bicara dengan hampir gigi tak lagi tampak. ”Saya memiliki tiga anak, dua diantaranya masih dalam tanggungan,” ucap Sanusi pada Mimbar Untan, minggu, (17/3) disela-sela kerja.
Untuk membersihkan taman sekitar 500 meter di jalan tersebut, dirinya tidak sendiri namun dibantu oleh seorang rekan kerja, pekerjaan pun dimulai dari pukul 07.00 wib hingga 10.00 wib.
Ia memulai pekerjaannya pada awal tahun 2011 persisnya pada bulan Januari, dirinya tidak pernah libur bekerja.”Saya tidak pernah berlibur kerja kecuali pada saat sakit, hujan lebat dan hari raya saja”, ungkap Sanusi dengan suara sedikit terdengar parau.
Setiap harinya Sanusi mampu membersihkan dan mengambil sampah sebanyak dua karung di taman. ”Tidak ada target sebenarnya, tapi setiap hari saya mampu mengumpulkan sampah sebanyak dua karung”, ucap pria yang juga pernah bekerja pada taman Jalan Camar ini.
Selain bekerja sebagai pembersih taman, Sanusi yang tinggal di jalan Imam Bonjol ini juga memiliki pekerjaan sambilan yaitu sebagai tukang pembuat rumah, dan sol sepatu. Dari semua itu dirinya merasa sudah cukup dengan gaji yang diterima perbulan dari hasil keringatnya yang dihargai sebanyak Rp.864 ribu. ”Bagi saya sudah mencukupi dengan gaji yang saya terima setiap bulannya”, tambahnya lagi.
Meskipun biaya hidup saat ini sangat tinggi, sebagai pembersih taman, Sanusi patut diberi apresiasi atas usia nya dan pekerjaan yang ditekuni. Dengan perekonomian yang lemah memaksa bapak dari tiga anak ini untuk terus bekerja. [Dodoy]