Mimbaruntan.com, Untan- Meriam karbit merupakan salah satu permainan tradisional di Kota Pontianak. Konon, meriam karbit digunakan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie untuk mengusir hewan buas dan para perompak saat membuka lahan membangun wilayah kesultanannya. Sejak saat itu, tumbuhlah tradisi meriam karbit di Kota Pontianak.
Pagelaran Festival meriam karbit ini bukan hanya sekedar tradisi, namun juga telah menjadi salah satu ajang perlombaan tahunan yang diadakan oleh Pemerintah Kota Pontianak. Festival ini dipusatkan di Jalan Adisucipto, Gang Hj. Mailamah, Kelurahan Bangka Belitung Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara. Sebanyak 259 meriam karbit dari berbagai lokasi di tepian kapuas turut memeriahkan Festival tersebut.
Sahrul Ariel yang merupakan salah satu pemuda Bansir mengaku bangga adanya tradisi festival meriam karbit ini. “Saya sebagai warga Pontianak bangga punya tradisi semacam ini. Berkat adanya festival meriam ini penyambutan Hari Raya Idul Fitri menjadi semakin meriah khususnya di Kota Pontianak,” tuturnya, Selasa (4/6).
Sementara itu, Sulaiman mengungkapkan antusiasme warga Gang Ramadhan dalam persiapan festival meriam karbit. “Dalam mengerjakan meriam ini warga kampung gotong royong dari awal pembuatan sampai proses menaikkan meriam,” ujarnya.
Untuk pembuatan meriam, warga Gang Ramadhan memperoleh dana dari sumbangan sukarela warga sekitar, sponsor dan proposal. Adanya perbedaan motif pada meriam karbit dengan tahun sebelumnya, Sulaiman berharap tahun ini dapat kembali memenangkan festival.
“Untuk tahun ini ade perbedaan motif dengan tahun lalu, kami juga berharap tahun ini dapat kembali memenangkan festival ini,” harapnya.
Meriam karbit yang terpajang di berbagai lokasi terbuat dari beberapa bahan seperti kayu, besi dan paralon. Namun, yang diperbolehkan mengikuti festival hanya meriam yang terbuat dari kayu.
Penjurian dibagi menjadi dua tim. Dimana satu tim menilai titik yang berada di Jalan Tanjung Raya 2, sedangkan tim kedua menilai di titik yang berada di sekitaran Jl. Adisucipto hingga ke Jl. Imam Bonjol. Penjurian dilakukan secara bergilir dari titik satu ke titik lainnya. Ketika penjurian berlangsung para peserta dari titik tersebut menyalakan meriam mereka. Setelah penjurian selesai, para pengunjung dipersilahkan untuk turut menyalakan meriam.
Berdasarkan hasil penelusuran reporter, pada lokasi tertentu terdapat pengunjung yang dikenakan tarif untuk setiap penyalaan meriam. Namun, ada juga yang mempersilahkan pengunjung membayar dengan sukarela tergantung penyelenggara di lokasi tersebut.
Penulis: Mila
Editor: Nurul R.