Pada tahun 2017, Eka Jaya Putra Utama mengkaji dua produk niaga yang memberikan kontribusi besar bagi komoditi ekspor dari Borneo Barat, yaitu Kopra dan Karet. Kopra adalah hasil olahan dari buah kelapa yang dikeringkan bagian isinya. Kelapa ditanam di daerah pesisir dan budi daya secara besar dipaerkenalkan oleh orang Bugis. “Pada perkembangan berikutnya, karena kelapa memiliki potensi ekonomi yang besar, budidayanya diikuti oleh orang-orang lokal,” ungkap dosen Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Pontianak ini.
Perkebunan kelapa di Borneo Barat berada di daerah sepanjang Pontianak Utara seperti seperti Siantan, Wajok, sampai di pesisir Mempawah dan Singakawang. Di Sungai Kakap juga didominasi oleh perkebunan kelapa.
Baca Juga : Geliat Niaga Pelabuhan Borneo Barat Masa Lampau
Sedangkan karet ditanam di pedalaman dan dibudidayakan oleh orangorang Melayu dan Dayak di Landak, Sanggau, Sintang dan Ketapang. Sekitar tahun 1920-an, karet menjadi komoditi yang banyak diminati hingga banyak yang menanamnya. “Muhamad Yusuf Saigon merupakan nama yang cukup terkenal dalam perniagaan karet di Pontianak. Saudagar ini selain menjadi bandar pengumpul karet dari pedalaman, ia juga menanam di daerah sekitar Tanjung Raya,” kata pria yang juga menjabat sebagai dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial di kampus yang sama.
Selain di Pontianak dan Sambas, pabrik karet juga tercatat di arsip Belanda berada di Nanga Jetak, Sintang. Nanga jetak merupakan parik karet yang memberikan kontribusi untuk mendongkrak pasokan karet yang ada di Pontianak untuk di kirim ke Singapura melalui pelabuhan di Pontianak.
Baca Juga : Kelompok Masyarakat dalam Geliat Ekonomi Borneo Barat
Pada masa itu, tanaman karet diawasi oleh pemerintah. Bibit-bibit karet dan alat produksi dijaga kualitasnya. Pengawasan oleh pemerintah Hindia Belanda melalui pembesar lokal yang dipercayai dan dijadikan mandor untuk menjaga kualitas karet yang akan di ekspor.
Kelapa dan karet sekarang memang bukan lagi menjadi tanaman perkebunan prioritas karena sudah digantikan posisinya oleh kelapa sawit. Namun menurutnya, proses pengolahan kopra dan karet di masa lalu cenderung lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan industri sawit di masa sekarang. “Proses pengolahan kopra yang di masa lalu masih diterapkan sampai sekarang di Pemangkat dan Sungai Kakap,” katanya.
Penulis : Aris Munandar