mimbaruntan.com, Untan – Selaras dengan judul buku karya Putri Setiani, yakni ‘Sains Perubahan Iklim’, Komunitas Cerita Iklim menggelar diskusi dan bedah buku dengan tajuk yang sama.
Sabtu (17/04) pada pukul 13.00 hingga 15.00 WIB melalui ruang virtual Zoom Meeting, diskusi yang dihadiri oleh 1000 peserta dari seluruh Indonesia ini meninjau berbagai teori fundamental dari perubahan iklim yang sedang terjadi saat ini.
Tujuan penyelenggaraan diskusi ini menurut Dhita Mutiara Nabella selaku pendiri Komunitas Cerita Iklim ialah untuk menepis hoaks yang tersebar tentang perubahan iklim.
Menurutnya pula, sebagian besar masyarakat masih percaya bahwa perubahan iklim dikarenakan siklus berulang yang secara alami terjadi di bumi, padahal berdasarkan konteks sains, perbuatan manusia berkali lipat jauh lebih besar dalam mempercepat proses perubahan iklim tersebut.
“Adanya Komunitas Cerita Iklim ini semoga mampu memberikan edukasi kepada masyarakat, bahwa perubahan iklim ini nyata, bukan mitos apalagi sekadar konspirasi,” harap Dhita.
Putri Setiani sang penulis buku ‘Sains Perubahan Iklim’ menuliskan 6 bagian yang merupakan dasar-dasar dari pengetahuan iklim tersebut, yaitu aliran energi planet bumi, karbon yang ada di planet bumi, atmosfer masa lampau, perubahan iklim dan biosfer modern, dekarbonisasi sektor primer dan yang terakhir upaya pelengkapan dekarbonisasi
“Saya berusaha untuk menyusun pola pemikiran agar kita tau mana yang pondasi, mana yang kerangka,” ungkap Putri di hadapan peserta diskusi.
Hadir sebagai salah satu responder, Menurut Taufiq Murtadho buku ini dapat menjadi sebuah pelopor sains populer di Indonesia untuk merubah persepsi sains yang awalnya berat untuk dipahami menjadi sebuah cerita yang mudah untuk dinikmati.
“Buku ini pas banget untuk mengisi kekosongan referensi-referensi perubahan iklim dalam Bahasa Indonesia, karena kebanyakan sumber-sumber yang ada itu dalam Bahasa Inggris,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan pula oleh Muhammad Alaika Rahmatullah, menurutnya buku ini sangat cocok dinikmati oleh kaum milenial karena bahasanya yang ditulis ringan tanpa harus kehilangan argumen-argumen penting.
“Komposisi dari topik yang disajikan juga sudah tepat dan sangat cocok untuk milenial karena urutan dari setiap bagiannya itu sangat berkaitan,“ pungkasnya.
Reporter : Monica Ediesca
Penulis : Margareta Dina
Editor : Mara