mimbaruntan.com, Untan – Tren thrifting atau berbelanja barang bekas semakin populer di kalangan mahasiswa, terutama di Pontianak. Fenomena ini menawarkan alternatif gaya berpakaian yang unik dan terjangkau, sejalan dengan meningkatnya minat mahasiswa untuk mendapatkan barang berkualitas tanpa harus mengeluarkan banyak uang.
Dilansir dari ekonomi.bisnis.com, impor pakaian bekas di Indonesia berfluktuasi dalam satu dekade terakhir, dengan nilai impor terbanyak pada 2019 sebesar US$6,08 juta dan volumenya sebanyak 417,73 ton. Volume impor pada tahun 2022 melesat 227,75 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bila dilihat secara nilai impor, kenaikannya mencapai 518,5 persen dibandingkan 2021 yang mencapai US$44.000.
Memanfaatkan tren tersebut, Outfit Area Fest diadakan di Transmart Pontianak. Dea, selaku salah satu panitia acara, menjelaskan bahwa tren thrifting di Pontianak berawal dari banyaknya penjual barang bekas yang beroperasi di kota tersebut. Ia juga menjelaskan bahwa mereka berharap acara yang dibuat ini dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk berbelanja tanpa harus berkunjung ke banyak tempat.
“Mula-mulanya, di Pontianak ini banyak sekali orang yang jual barang-barang thrifting. Jadi mulai berkembang dari situ juga. Terus disini kan kita menjaga, menyediakan tempat ya. Buat biar orang gak perlu repot-repot lagi ke satu tempat. Jadi lebih memudahkan pengunjung datang, itu aja sih,” ungkap Dea pada (12/10/2024).
Baca Juga: Lelong oh Lelong
Berdasarkan pengamatan Dea, demografis pembeli pada acara tersebut bisa sampai lima puluh persen. Menurutnya banyak mahasiswa mencari kebutuhan kuliahnya di sana, seperti kemeja dan sepatu yang harganya terjangkau.
“Kalau menurut saya dari kalangan mahasiswa itu bisa sampai lima puluh persen. Karena pasti banyak mahasiswa-mahasiswa yang cari kebutuhan kuliahnya di sini kan. Kalau disini tuh pasti mereka carinya kemeja, terus sepatu-sepatu disini tuh harganya terjangkau, kualitasnya juga bagus. Itu kan pasti dibutuhkan buat kuliah ya,” ujarnya.
Dea optimis bahwa tren thrifting akan terus berkembang. Dengan jumlah manusia yang terus bertambah, otomatis kebutuhan pun akan bertambah, karena itu menurutnya hal seperti thrifting ini pasti akan diperlukan.
“Kalau menurut saya memang pasti naik. Karena makin lama ini kan jumlah manusianya pasti bertambah. Dan kebutuhannya juga bertambah otomatis. Yang seperti-seperti kayak gini ini pasti diperlukan,” kata Dea.
Di sisi lain, Dhea, seorang mahasiswi yang juga menyukai thrifting, menceritakan bahwa minatnya dalam hal ini sudah ada sejak dia duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Hobi ini dimulai saat ia mengikuti temannya berbelanja barang bekas. Kesenangan thrifting ini pun terus berlanjut sampai ia kuliah, dimana setiap bulan setidaknya Dhea turun dua kali untuk thrifting.
“Aku tuh ikut temen-temen waktu kelas 6 SD keliling-keliling gitu, jalan-jalan di dekat rumah sekolah kami tuh ada orang suka jual-jualan kayak gitu. Nah, karena ikut-ikutan temen dari SD, SMP dan SMA itu jadi suka ngikut-ngikutan juga. Kalau aku sekitar sebulan itu dua kali,” pungkas Dhea saat diwawancarai (19/10/2024).
Baca Juga: Monster Plastik, Metafora Ancaman Sampah Plastik
Saat thrifting Dhea merasa harga barang bisa lebih murah, apalagi sebagai mahasiswa yang harus membagi uangnya untuk berbagai keperluan. Dengan pergi thrifting, ia berkesempatan untuk mendapatkan barang bagus dengan harga yang tidak mahal.
“Seneng aja gitu, kayak, oke kita dapat barang yang lebih murah gitu kan, jadi tuh kadang-kadang tuh kita mahasiswa ini kan uangnya dikit banget atau lebih tepatnya tuh keterbatasan lah ya, karena kita harus bagi-bagi juga. Jadi kalau kita pergi ke sana, kita dapat kesempatan juga karena mendapatkan barang yang lebih bagus dengan harga yang setimpal gitu,”
Dhea pun menambahkan bahwa thrifting akan terus bertambah peminatnya. Karena saat dia SD, hanya beberapa saja yang berjualan barang bekas. Semakin naik jenjang pendidikan, ia melihat perkembangan yang terus terjadi terhadap tren thrifting ini.
“Tren ini akan naik, soalnya kan waktu saya SD awalnya tuh kan mula-mula orang tuh kan baru beberapa orang yang jualan seperti itu, nah makin saya SMP, SMA, sampai kuliah ini tuh makin berkembang,” tutupnya.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan gaya hidup berkelanjutan, thrifting bisa menjadi lebih dari sekedar tren, melainkan pilihan valid yang berdampak positif bagi masyarakat.
Penulis: Aga, Anggun
Editor: Mira
Sumber: