mimbaruntan.com, Untan– Vandalisme yang terjadi beberapa hari yang lalu di beberapa titik di kota Pontianak termasuk salah satunya di gerbang Universitas Tanjungpura (Untan) yang menuai tanggapan dari berbagai pihak. Pihak Untan bekerjasama dengan kepolisian dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) akan menindaklanjuti peristiwa ini.
Ireng Maulana selaku pengamat politik Untan saat diwawancarai via Whatshapp mengatakan bahwa mencoret properti publik tentu saja merusak dan merugikan. Menurutnya, tindakan ini pasti mendapatkan penolakan dari warga masyarakat yang tidak setuju atas aksi tersebut.
“Aksi pencoretan tersebut biasanya bertujuan untuk menunjukkan eksistensi pribadi, nama kelompok atau identitas lain yang pelaku ingin publik mengetahuinya sehingga melahirkan rasa bangga, merasa superior atau bahkan signal kepada pihak lain terkait eksitensi mereka,” ungkapnya.
Baca Juga: Terkait Program Sit In, Wakil Rektor I: Saya Tidak Mengetahui Terkait Hal Ini
Menurut Ireng, jika dilihat dari penggunaan kata pada aksi tersebut yang berupa protes, sumpah serapah, dan penolakan terhadap IMF pesan yang disampaikan tampak jelas menunjukkan kebencian pelaku terhadap lemabaga keuangan internasional. “Jika ditarik kepada perdebatan ketidakadilan ekonomi global, memang IMF dan Bank Dunia sebagai salah satu pihak yang selalu dituduh sebagai aktor penggerak Kapitalisme Global,” katanya.
Cara pengungkapan ekspresi menurut Ireng biasanya hanya pilihan taktik, kadang taktik yang digunakan terkesan melawan arus terhadap pakem-pakem kemapanan, inti dari protes tersebut terletak pada konten pesan yang disampaikan. “Para penentang forum IMF dan Bank Dunia di Indonesia yang ada di kota Pontianak pasti punya alasan taktik vandalisme sebagai cara untuk memperlihatkan protes,” ungkapnya.
Terkait mengapa aksi pencoretan terjadi dilingkungan Untan, Ireng berpendapat bahwa ini dikarenakan identitas kampus sebagai rumahnya para kaum intelektual, pelaku hendak menggiring kepekaan para intelektual di dalam kampus yang sepi dari menyelenggarakan perdebatan yang berkualitas terkait isu-isu nasional.
Baca Juga: Memahami Arti dari Era Revolusi 4.0
Yustinus, mahasiswa FEB Untan mengatakan bahwa dia tidak setuju akan aksi vandalisme tersebut. “Kita lihat kan dulu etikanya seperti apa hasil akhirnya, aspirasi terbentuk atas apa yang telah kita kerjakan. Menyampaikan aspirasi bisa dengan mengirim surat kepada pihak pemerintah,” katanya.
Senada dengan Yustinus, Sanjaya Putra mengatakan bahwa seharusnya mereka tidak boleh melakukan tindakan seperti itu. Karena walaupun ada isu politik mereka tidak boleh memaksa masyarakat untuk mengikuti mereka.
Sebagai bentuk tindak lanjut dari peristiwa ini, M. Tri Saparino selaku Komandan Keamanan Untan, pihak Untan akan langsung memberi respon dengan mengecat kembali gerbang masuk Untan yang terkena aksi vandalisme tersebut. “Untuk menindaklanjuti kasus tersebut pihak untan akan melakukan patroli di sekitaran Taman Pemkot dan Air Mancur untuk ke depannya. Untan juga akan membatasi waktu kunjung sampai jam 10.00 malam disekitaran Taman Untan, dengan berkoordinasi dengan pihak kepolisian, Wakil Rektor III, dan BEM untan terkait jam malam tersebut.” Pungkasnya.
Penulis : Ludovika Krisa Marentini, Reza Pangestika, Wilhelmina Nensi & Yolanda Amelia Siahaan.
Editor : Aris Munandar