mimbaruntan.com, Untan – Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite pertanggal 24 Maret 2018, membuat resah masyarakat. Berangkat dari hal tersebut, mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se- Kalimantan Barat (Kalbar), Persatuan Mahasiswa Melayu (PMM), beserta Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) mengadakan Aksi peduli rakyat kecil di Bundaran Tugu Digulis, Pontianak, Jum’at sore (30/3).
Aksi ini bertujuan mengajak mahasiswa dan masyarakat untuk ikut menyuarakan aspirasi terkait kenaikan harga BBm tersebut. Diungkapkan oleh Isra Nur Hidayat dalam orasinya bahwa mereka dengan tegas menolak kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga pertalite.”Aksi ini untuk mengawal isu nasional kebijakan pemerintah dalam kenaikan BBM jenis pertalite dari Rp. 7.800 ke Rp. 8.000 yang dinilai tidak tepat dan dilakukan secara diam – diam jadi isu ini menimbulkan keresahan masyarakat’’. Ia menilai kenaikan tersebut memberatkan bagi masyarakat yang bergantung pada peralite akibat langkanya BBM jenis premium.
‘’Disamping pertalite yang naik, premium saat ini pun mengalami kelangkaan, jadi saat ini mau tidak mau kebutuhan masyarakat beralih ke pertalite. Meskipun mahal masyarakat harus membelinya, yang seharusnya uang itu bisa untuk kebutuhan pokok lainnya.” tambahnya.
Bekti Purwo salah satu mahasiswa yang mengikuti aksi mengungkapkan, bahwa ia menyayangkan kenaikan BBM yang terkesan tertutup dan tidak terpublikasi secara luas.’’Begitu lucu sekali, di saat Jokowi naik menjadi Presiden semua media meliput ketika harga BBM naik tidak ada satu media yang meliput, tidak ada satu orangpun yang tahu akan naiknya BBM jenis pertalite. Ada apa sebenarnya?”, ungkapnya mempertanyakan.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Muhammad Al-Iqbal selaku presiden mahasiswa Universitas Tanjungpura. Ia menilai kenaikan sedikit pun juga memberatkan masyarakat. ”mengapa tidak ada satu media yang meliput di saat harga BBM naik. Bayangkan saja dalam tahun 2018 kenaikan BBM pertalite sudah mengalami 3 kali kenaikan yang semula dari harga Rp. 7.500 ke Rp. 7.600 ke Rp. 7.800 hingga sekarang yang sudah mencapai Rp. 8.000 per liternya. Walaupun kenaikan harga ini 100 rupiah sampai 200 rupiah saja yang tidak berharga bagi kaum penguasa tetapi sangat berharga bagi rakyat miskin.” Ujarnya.
Dalam aksi ini juga terdapat aksi teatrikal yang diperagakan beberapa mahasiswa. Teatrikal itu memperlihatkan seorang yang menggunakan topeng presiden Jokowi dan mahasiswa lain di belakangnya dengan ikatan tali di leher yang menggambarkan bahwa sengsaranya rakyat dengan keputusan Jokowi. Aksi ini ditutup dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan diselingi nyanyian mars mahasiswa berjudul totalitas perjuangan.
Penulis : Bella Suci
Editor : Fikri RF