mimbaruntan.com, Untan – Dibuka dengan pertunjukkan ansambel musik angklung yang terdengar harmonis oleh Svara Pundarika yang para anggotanya menggunakan kebaya warna merah muda, festival Waisak 2022 yang diselenggarakan oleh Keluarga Besar Mahasiswa Buddhis (KBMB) Untan berlangsung meriah dan disambut dengan cukup antusias oleh berbagai kalangan masyarakat.
Adapun tema yang diusung dalam festival Waisak 2022 dan sekaligus menjadi tema perlombaan mading 3 dimensi ini adalah Mewujudkan Generasi Moderat Melalui Kolaborasi. Tema ini sangat tercermin dari rangkaian kegiatannya seperti lomba mading untuk tingkat SLTA se-Pontianak yang diikuti oleh 4 sekolah, yaitu SMA Islamiyah, SMAN 4 Pontianak, SMK 8 Negeri Pontianak, dan SMK Negeri 3 Pontianak. Lomba ini bertujuan untuk mengundang seluruh masyarakat, termasuk anak-anak SMA untuk menunjukkan kreativitasnya dalam berkolaborasi.
“Ada 6 rumah ibadah yang terdapat pada mading kami. Di situ terdapat penjelasan sejarah serta pengertian masing-masing. Tidak lupa pula kami mencantumkan Bhinneka tunggal Ika. Kami berharap teman-teman yang datang berkunjung dapat menumbuhkan rasa toleransi setelah mendapat infografis dari Mading kami,” Ungkap Nisa yang merupakan salah satu peserta lomba Mading dari SMAN 4 Pontianak.
Baca juga: Hidupkan Diskusi Antar Mahasiswa Tambang, Himata Gelar TIMTI ke-XVI
Ketua Pengurus KBMB Untan, Suwandi Nugroho menjelaskan bahwa maksud dari tema dan rangkaian acara yang terdapat dalam agenda kali ini adalah untuk membentuk sebuah persatuan di masyarakat.
“Bagaimana caranya menyatukan semua elemen masyarakat menjadi satu, bersama-sama mengambil jalan tengah tanpa memandang perbedaan. Terbukti dari acara kita ini, ya kita mengundang seluruh elemen dari masyarakat ya, kesenian segala macam. Jadi kita acaranya berbasis buddhis, tapi kita juga mengundang dari elemen masyarakat yang lain. Kita mengusahakan seluruh elemen masyarakat tergabung di dalamnya,” ujarnya.
Rumah Radakng menjadi tempat festival Waisak tahun ini diadakan. Dekorasi bendera warna-warni dan ornamen Buddha menghiasi langit-langit ruangan festival. Selain itu, terdapat jaring harapan di mana para pengunjung dapat menulis dan mengikatkan harapannya di papan yang penuh dengan ornamen serta dinding Wall of Fame yang dipenuhi lampu warna-warni dan foto-foto dokumentasi kegiatan festival Waisak dari tahun ke tahun. Peserta pun diberikan 2 carik kertas, yang merupakan nomor undian untuk doorprize dan satu lagi merupakan kertas untuk voting mading favorit mereka.
Pengunjung yang datang berasal dari berbagai elemen masyarakat, mengaku sangat antusias. Saat masuk pengunjung mengisi data diri terlebih dahulu dan diperiksa suhu badannya. Kemudian mereka diberikan 2 carik kertas, yang merupakan nomor undian untuk doorprize dan satu lagi merupakan kertas untuk voting mading favorit mereka.
Baca juga: Membangun Karaniya Metta Sutta dalam Keberagaman
Festival Waisak pun dimeriahkan oleh berbagai penampilan, mulai dari Larat Project, bela diri Wushu dari STBA, Harmony Wushu dan Wushu Fatwa, Penampilan dari beberapa UKM Seni Fakultas di Untan seperti Art Laboratory dan Oikosnomos, lomba cover musik, penampilan beatbox, stand up comedy, pertunjukan barongsai, cover lagu berbahasa Mandarin oleh Yenyen dengan nada tingginya dan ditutup dengan penampilan tarian cover Korea. Setelah penutupan acara, para panitia dan pengunjung juga ikut serta dalam flash mob dance bersama-sama.
Selain rangkaian kegiatan tersebut, Festival Waisak 2022 telah mengadakan lomba cerdas cermat dan fotografi sebelumnya. Tidak hanya itu, pada tanggal 19 Juni mendatang akan diadakan bakti sosial berupa vaksinasi di SDN 33 Pontianak Utara. Peserta vaksin hanya terbatas untuk 200 orang dan akan mendapatkan beras dan gula.
Sebagai penutup, ketua KBMB Untan menyampaikan harapan dan optimisme nya dalam tercapainya tema yang diusung dalam kegiatan festival Waisak kali ini.
“Waisak yang identik dengan agama Buddha ya, harapannya masyarakat yang bisa menikmati acara ini bisa tahu, oh ternyata Waisak yang dibuat oleh mahasiswa Buddhis di Untan tidak hanya untuk orang Buddha saja tapi terbuka untuk umum jadi masyarakat yang lain bisa terhibur dengan ini. Karena tujuan kita ialah membuat acara ini untuk masyarakat umum biar bisa menikmati,” pungkasnya.
Penulis : Ilham dan Mira
Editor : Daniel