mimbaruntan.com, Untan – Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) terjadi di sebagian besar wilayah di Kalimantan Barat. PETI dilakukan perorangan atau sekelompok orang guna meningkatkan ekonomi atau memperbaiki taraf hidup.
Namun kegiatan PETI tidak hanya mendatangkan keuntungan secara ekonomi tetapi juga menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti kerusakan alam, pencemaran lingkungan, potensi terjadinya bencana alam, serta mengancam keselamatan pekerja yang bekerja tanpa adanya Standar Operasional Prosedur yang diberlakukan.
Melihat kasus tersebut masih sering terjadi di Kalimantan Barat, Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan (HIMATA) Universitas Tanjungpura (Untan) menyelenggarakan agenda Focus Group Discussion (FGD) dengan mengangkat tema “Pertambangan Tanpa Izin (PETI)” di Gedung Kuliah Bersama A.
Baca juga: Empat Tahun Himata, Ledakan Semangat Pertambangan Dunia
Fedro Gunawan selaku ketua panitia HUT HIMATA yang ke-5 menyebutkan bahwa tujuan dilakukannya agenda ini adalah untuk berbagi ilmu dan saling bertukar pikiran terkait maraknya PETI di Kalimantan Barat.
“Seperti yang kita ketahui beberapa masyarakat menganggap bahwa PETI ini mengganggu lingkungan sekitar. Jadi maksud kami supaya ada diskusi (mengenai) bagaimana kita bisa menambang tapi menggunakan cara yg lain, mencari solusi dari masalah yang ada,” ujarnya.
Agenda ini dilangsungkan dengan membagi Peserta lomba FGD menjadi 5 kelompok. Dalam 1 kelompok terdapat 5 anggota. Masing-masing kelompok berasal dari Mahasiswa Pertambangan angkatan tahun 2017, 2018, 2019, 2020, dan 2021 secara berurutan.
Setiap kelompok kemudian diminta berdiskusi mengenai PETI dari perspektif pihak yang mereka perankan. Pihak tersebut adalah masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, mahasiswa, dan pelaku (pelaksana) PETI. Waktu diskusi diberikan selama 15 menit. Setelah waktu diskusi berakhir, setiap kelompok secara berurutan mempresentasikan hasil diskusi dalam waktu 10 menit dan sesi tanya jawab selama 5 menit untuk masing-masing kelompok.
Melalui FGD ini Fedro mengharapkan beberapa pemikiran dari peserta diskusi dapat menambah wawasan bagi peserta lainnya dan para audience.
“Menurut kami FGD ini merupakan kegiatan yang menarik karena di situ kita bisa berbagi pendapat dengan kakak-abang yang sudah berpengalaman,” jelasnya.
Anastasius Bandi, salah satu peserta lomba FGD mengungkapkan bahwa tema yang diangkat dalam FGD ini sangat menarik serta dapat membuka pemikirannya untuk melihat PETI dari berbagai perspektif.
“Jadi kan kita dapat membuka wawasan kita, pandangan kita, kenapa PETI itu terjadi, tapi tidak menyalahkan semua pihak dan tidak menyalahkan sebelah pihak, “ ujarnya.
Menanggapi tema yang diangkat, ia sendiri memiliki persektif bahwa sesuatu yang dilakukan tanpa izin sesungguhnya tidak boleh dilakukan.
“Yang namanya tanpa izin itu sebenarnya emang tidak boleh, ilegal. Jadi sebenarnya PETI itu tidak boleh kalau menurut saya,” jelasnya.
Ia berharap agar kedepannya segala aturan mengenai PETI bisa diperketat dan oknum-Oknum yang terlibat bisa diberantas.
“Soalnya kan kalau tidak ada PETI tambang bakal Jadi lebi baik, Jadi tidak terlalu banyak (dampak negatif) yang sangat berpengaruh ke masyarakat karena pada dasarnya jika tambang dikelola dengan baik itu kan bakal berdampak baik pada semuanya,” pungkasnya.
Penulis : Marissa Ana
Editor : Marlin