mimbaruntan.com, Untan – Bekerja sambil kuliah, sering kali menjadi dilema yang dirasakan oleh sebagian mahasiswa. Kuliah sambil bekerja menjadi pilihan para mahasiswa lantaran mencari pengalaman, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan menopang perekonomian keluarga. Banyak hal positif yang bisa diperoleh dengan kuliah sambil bekerja. Namun tak jarang, risiko yang besar pun harus dihadapi.
Matius Saputra, mahasiswa asal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tanjungpura (Untan) membagikan ceritanya seputar pekerjaan yang ia tekuni disela-sela aktivitas perkuliahan. Menjadi seorang koki sejak tahun 2018 di salah satu rumah makan dari pukul 15.00-23.10 WIB menjadi alasan untuknya mengambil kuliah Reguler A. Namun, sejak diberlakukannya perkuliahan daring sering kali ia kesulitan membagi waktu dikarenakan jam kuliah yang diganti secara mendadak.
“Handphone kami dikumpulkan dari mulai kerja jadi sering terlambat dapat informasi, kalau ada jam kuliah yang diganti tu susah ngatur waktu. Untung Bos ngerti jadi kalau ada kuliah, dikasih waktu buat kuliah dan lanjut kerja lagi kalau udah selesai,” ceritanya.
Matius menambahkan bahwa sering kali ia merasa sedih tidak bisa meluangan banyak waktu bersama teman-teman sepantarannya karena harus memprioritaskan pekerjaan.
“Kalau pulang kuliah ada teman yang ngajak kumpul, sedih ndak bisa ikut kumpul. Saya harus kerja, kalau ndak kerja ya ndak dapat uang untuk kuliah. Untungnya teman-teman selalu support, masih ada yang peduli,” tambahnya.
Di sisi lain, adalah Finalya, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untan yang memutuskan untuk berhenti bekerja lantaran tak bisa membagi waktu dari banyaknya laporan dan praktikum yang ia dapatkan di perkuliahannya.
“Saya kerja itu bulan November tahun 2020, sengaja memang mau kerja karena mau bayar UKT. Saya pikir kalau cuma jaga toko dan melayani orang belanja itu bisa sambil kuliah, curi-curi waktu. Cuma ndak enak sama pegawai yang lain kalau saya Gmeet dan bawa laporan di toko. Baru-baru ini saya berhenti dan mau fokus kuliah aja dulu,” tutur mahasiswa semester 4 ini.
Baca juga : Dara : Dari Lukis dan Sulam Hasilkan Cuan
Warisi, mahasiswa yang bekerja sebagai Ojek Online pun membagikan dilema yang ia rasakan saat kuliah sambil bekerja. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, Warisi mengatakan bahwa terkadang dengan terpaksa ia menerima orderan masuk disaat jam perkuliah berlangsung lantaran ingin memenuhi target.
“Kalau ada orderan masuk yang ndak bisa ditolak, biasanya di atas motor itu aktifkan dua-duanya (Google Meet dan Maps). Berbicara tentang fokus, ya pastinya ndak fokus lah. Tapi mau gimana lagi kalau ditolak kan sayang,” pungkasnya.
Berbeda hal nya dengan Rahma Ning Tyas, Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Alam (FMIPA) Untan itu justru dapat membagi waktu antara bekerja dan kuliah dan istirahat dengan baik. Tyas adalah seorang guru les dan reseller makanan.
Baginya, ketika melakukan kuliah sambil bekerja sangat perlu melakukan manajemen waktu yang baik, salah satunya ialah dengan membuat jadwal mingguan.
“Yang saya tanamkan dari dulu itu selalu membuat jadwal dan tahu prioritas untuk melakukan aktivitas selama 1 minggu ke depan,” kata Tyas melalui panggilan WhatsApp pada Kamis (18/03).
Tyas Mengaku menggunakan Teknik Podomoro dalam membagi waktunya untuk bekerja, kuliah, dan yang terpenting menurutnya adalah kapan untuk istirahat.
“Saya menggunakan teknik podomoro, itu teknik pembagi waktu kapan harus istirahat atau rebahan dan kapan harus ngerjain tugas secara berkala. Jadi misalkan 25 menit kerja, 20 menit istirahat dan dilakukan berulang-ulang. Memang agak ribet tapi kayak worth it gitu,” tutupnya.
Penulis: Monica Ediesca
Editor : Tri Pandito