Judul Buku: Kata, “tentang senja yang kehilangan langitnya”
Penulis: Nadhifa Allya Tsana (Rintik Sedu)
Tahun Terbit: 2018 (Cetakan Pertama)
Penerbit: Gagas Media
Jenis novel : Fiksi
Jumlah: 389 Halaman
ISBN : 978-979-780-932-4
“Untuk yang terjebak di masa lalu, untuk yang sedang melangkah ragu, buku ini akan membantumu beranjak dari kata yang lalu, ke kata yang baru.” — Rintik Sedu.
Sinopsis Novel
Perempuan kuat bernama Binta Dineschara Prandipta, Masalah hidup selalu datang menghampiri Binta . Ketika usia ia 5 tahun, ayah nya meninggalkan Binta dan ibunya. Sehingga ibunya mengidap penyakit Skizofrenia, yaitu penyakit kejiwaan yang membuat si penderita tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang ada didalam pikirannya. Selama 15 tahun berlalu, ibu Binta hanya diam dan mengamuk ketika perasaannya sedang tidak baik. Binta adalah seorang yang sangat sulit untuk diajak bergaul, ya karna ia berfikir ia lebih baik mengurus ibunya dirumah daripada bergaul bersama teman-temannya. Ia hanya memiliki satu teman, Cahyo. Bahkan Cahyo saja membutuhkan waktu yang sangat lama agar ia bisa menjadi sahabat Binta. Cahyo sudah tau sifat Binta, ia juga sudah akrab dengan Ibunya Binta dan ia sudah tau masalah hidup apa saja yang sedang dihadapi oleh Binta.
Binta adalah mahasiswi dari jurusan Ilmu Komunikasi tetapi Binta sama sekali tidak menikmati masa kuliahnya dalam jurusan tersebut. Binta sering sekali dikeluarkan dari kelas oleh dosen bagi Binta itu adalah hal yang biasa, untung saja setiap Binta lagi merasa bosan dan jenuh Cahyo selalu ada untuknya, Cahyo sangat sabar menghadapi Binta. Cahyo sudah sering menasihati Binta tetapi tetap saja Binta keras kepala.
Kehidupan Binta di kampus pun tak begitu menyenangkan, ia lebih senang menghabiskan waktunya dengan kesendirian yang ia buat. Sampai suatu ketika ada seorang Nugraha yang muncul mengusik kehidupannya, termasuk perasaan Binta.
Baca juga:Resensi 21+ : Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Nug atau Nugraha digambarkan seseorang yang memiliki seribu kotak kesabaran terlebih dalam menghadapi Binta yang begitu cuek. Selama pendekatan dengan Binta, hanya ada penolakan dan juga usiran untuknya agar menyerah saja, itu yang hanya Nug terima, namun karena itulah Nug masih bertahan dan terus saja memperjuangkan Binta, bahkan hampir saja Binta luluh dengan kegigihan Nug.
Bukan Nugraha jika akhirnya memilih menyerah dan pergi. Sementara Binta, seolah menyerah dengan masa lalu yang kian membelenggunya.
Di pertengahan muncul satu nama yang hadirnya begitu jarang diungkap namun inilah yang menjadi latar belakang Binta. Laki-laki itu bernama Biru. Laki-laki yang selalu ada di hatinya Binta, laki-laki yang selalu ada dimimpi Binta. Biru datang kembali ke Jakarta dan kembali menemui Binta setelah menghilang selama 2 tahun. Perasaan Binta saat itu senang dan sedih.
Karna Biru adalah satu-satunya alasan Binta untuk melanjutkan hidupnya. Berpisah selama beberapa tahun, hingga pada suatu ketika semesta menyetujui mereka untuk bertemu di suatu tempat bernama Banda Neira. Alih-alih mendapat kepastian akan kisahnya bersama Biru yang selama ini menggantung, Binta justru dihadapkan pada kenyataan yang membuat hidupnya semakin pahit.
Baca juga:Kepalsuan NKCTHI
Sementara di Jakarta, makhluk aneh yang tak kenal menyerah masih selalu ada untuk Binta, dan menjadi penawar sakit yang Binta rasakan.
Lantas apakah kisah mereka akan berakhir disini ?
Nugrah, Biru, serta Binta sama-sama membelakangi serta sama-sama pergi. Mereka perlu beberapa kata untuk menuturkan perasaan. Binta yang marah melihat Nug bersama masa lalunya, dan juga dikejutkan dengan kedatangan Biru yang tiba-tiba yang tidak lain ingin mengajak Binta untuk hidup bersamanya dan meninggalkan Jakarta menuju Banda Neira.
Nugraha mengetahui kabar tersebut dari Cahyo dan berusaha mencegahnya, sayang keputusan Binta sudah bulat. Hidup bersama Biru adalah tujuan hidupnya. Sementara itu Nugraha medapat beasiswa ke Australia. Nug bisa saja membatalkan keberangkatannya asal Binta meminta, namun Binta tak mau melakukan itu.
Kemudian bagaimana kisah akhir mereka. Akankah Biru membawa Binta ke Banda Neira dan apakah Binta bersedia ? Lalu bagaimana dengan kepergian Nug ke Australia ?
Baca juga:Resensi Buku : Nona Teh dan Tuan Kopi
Kelemahan dan Kelebihan
Berbicara tentang kelemahan novel Ada beberapa bagian mengenai kumpulan-kumpulan puisi karya Biru yang sangat panjang, sehingga membuat bosan dan malas untuk membacanya.
Namun, kelebihan dari novel patut untuk diperhitungkan dan dibaca novel ini ringan dan cukup menghibur, jalan ceritanya sederhana dan mudah ditebak serta membuat kita penasaran untuk selalu ingin membuka halaman selanjutnya novel ini juga memperjelas bahwa cinta itu Sederhana. Tapi menyentuh. Kadang bicara soal cinta, tetapi tidak harus hiperbola. cinta tak melulu butuh sebab. Cinta tak melulu harus ditanya dan dijawab. Acapkali kita lupa bahwa cinta tak selalu tentang yang kita inginkan, melainkan cinta adalah tentang yang kita butuhkan. Rintik Sedu, sudah sangat baik untuk memperjelas ide ceritanya.
Penulis: Abang Hendy Fuady