Ini dia nih film horor anti mainstream yang lagi rame banget. Siapa sih yang belum tau tentang film yang satu ini apalagi buat pecinta drama korea harusnya udah buru-buru nonton ya. Kirain korea cuma bagus di dramanya aja ternyata pada saat bikin film horor itu ceritanya tidak kalah bagus ya teman-teman.
Tentang Film
Film ‘Exhuma’ adalah film bergenre thriller-misteri yang ditulis dan disutradarai langsung oleh Jang Jae-hyun dan dibintangi oleh Choi Min-Sik, Lee Do-Hyun, Kim Go-Eun, dan Yoo Hae-Jin sebagai pemeran utama. Film ini mengusung cerita rakyat Korea Selatan yang menyimpan nuansa spiritual dan mistis yang kuat. Selain itu, film ini juga berusaha memecahkan rahasia dan perlawanan kekuatan supernatural yang menghancurkan. Film berdurasi 134 menit sukses tembus satu juta penonton di Indonesia usai tayang pada 28 Februari. Dengan enam bab berbeda, film ini menggali latar belakang keluarga serta menyoroti referensi perang dunia yang menambah dimensi cerita. Jadi penasaran sebenarnya apa yang membuat film ini laris di Indonesia?
Selain sebagai judul film, ini mempunyai arti memindahkan jasad yang mati dari kuburan yang lama. Film ‘Exhuma‘ berkisah dua orang dukun muda dari Korea Selatan, yakni Hwa-rin (Kim Go-eun) dan Bong-gil (Lee Do-hyun) yang harus terbang ke Los Angeles untuk menemui kliennya (Park Ji-yeong) yang meminta bantuan kepada dua dukun muda dan dijanjikan dengan duit yang besar untuk mencari tahu peristiwa yang terjadi pada keluarganya sehingga membahayakan anaknya yang baru lahir.
Dua dukun muda ini menyadari bahwa ada kondisi janggal yang dialami oleh bayi tersebut hingga terus menerus menangis tanpa dapat dijelaskan secara medis. Usai membacakan mantra dan melakukan ritual, Hwa-rin menyatakan bahwa si bayi mendapat gangguan dari roh leluhur keluarga yang marah.
Kedua dukun muda ini menyatakan bahwa hal ini datang dari ancaman nenek moyang mereka sendiri, Hwa-rin menyarankan untuk mengadakan adanya ritual pemindahan kuburan nenek moyang. Namun, untuk melakukan pemindahan tersebut, Hwa-rin meminta bantuan kepada Sang-duk dan Yeong-gun. Mereka adalah ahli Fengshui terbaik dan seorang pengurus jenazah. Tapi anehnya, makam leluhur tersebut ditemukan di lokasi yang terletak di desa terpencil di Korea Selatan di mana letak Fengshui kurang bagus. Ia juga merasakan ada yang tidak beres.
Pembongkaran makam pun dilakukan. Anehnya, mereka menemukan lagi sebuah peti besar yang terlilit kawat besi tajam yang semakin ditelusuri semakin banyak kejanggalan yang mereka alami.
Baca Juga: Resensi Buku : Perjalanan Pria 1 Abad – Ironi dalam Komedi
Mistis yang Kuat
Dalam film berdurasi 134 menit ini menggambarkan ajaran Syamanisme (ajaran yang berdasarkan keyakinan bahwa roh yang ada di sekeliling manusia dapat menyusup dalam tubuh seseorang) Korea secara natural. Terutama saat adegan awal ditampilkan proses penggalian tanah secara tradisional seperti proses mencicipi tanah, menenangkan roh dengan ritual tertentu, dan memanggil roh dari kubur.
Hal ini semakin terlihat sempurna saat sepasang dukun muda melakukan ritual pemindahan roh jahat dengan diiringi tabuhan gendang, pembacaan mantra, dan tarian. Penggabungan cerita rakyat Korea Selatan, paranormal, mistis, kepercayaan Fengshui, ritual Syamanisme, hingga sikap skeptis dari keturunan keluarga Park yang hidup di zaman modern. Semuanya menyatu dalam cerita horor yang mengandung unsur politik dan sejarah kolonialisme Jepang di Korea.
Untuk memperkuat aura mistis yang ada, Jang Jae-hyun membuat tato Tae-eul-bo-gyeong (태을보신경/ 太乙保) di tubuh karakter Lee Do-hyun yang merupakan kitab ditulis biksu Buddha untuk mengusir roh-roh jahat dalam dunia Taoisme.
Muncul hal aneh yang dialami oleh Bong-gil, Hwa-rim, Kim Sang Deok, dan Yeong-geun yang membuat para penonton kebingungan. Teka-teki dimulai saat penemuan pemakaman sebuah keluarga kaya di atas gunung yang membutuhkan ritual tertentu agar peti dapat dipindahkan. Usai pembongkaran makam dilakukan, ditemukan pemakaman ganda yang dimakamkan secara vertikal dan dililit dengan kawat besi.
Diceritakan saat zaman kekuasaan Jepang di Korea, terjadi peperangan supernatural. Ada seorang Jenderal Jepang bernama Shogun yang kalah dalam perang sehingga dirinya dikubur hidup-hidup oleh biksu jahat yang dipanggil Gisune. Gisune terlibat melakukan penguburan orang terkaya di Korea. Makam kakek tersebut diletakkan di atas pasak besi (makam Shogun) yang ditandai sebagai simbol kekuasaan Jepang.
Enam Babak
Uniknya menonton Exhuma ini seperti saat kita membaca sebuah novel karena adanya enam babak. Hal ini membuat para penonton terasa ditarik untuk memperhatikan setiap adegan yang ditampilkan.
Pada babak pertama, film ini menceritakan tentang keluarga kaya-raya yang menghadapi teror supernatural yang mengerikan. Pada babak kedua, film menampilkan upaya dua dukun muda yang diperankan oleh Kim Go-eun dan Lee Do-hyun. Pada babak ketiga dan seterusnya, film menyajikan konflik utama dengan gaya yang memikat.
Film ini memiliki skala horor yang akan meningkat di setiap babaknya. Pada babak pertama dan kedua, film terasa selow. Namun, pada babak ketiga dan seterusnya, perasaan penonton terpacu habis-habisan. Beberapa penonton juga menyoroti referensi perang dunia yang menambah dimensi cerita. Selain itu, sutradara menyelipkan plot yang berkaitan dengan sejarah penjajahan Jepang di Korea. Sayangnya, plot ini dibuat seadanya dan dirasa sulit bagi penonton di luar korea untuk relate.
Baca Juga: Solidaritas ABSB, Tuntut Pembebasan Mulyanto
Kenapa Film ini Layak Ditonton?
Selanjutnya, aku mau ngebahas kenapa film ini layak banget ditonton? Pendapatku, ada pesan yang mau disampaikan dari film ini. Film ini menyajikan pesan moral tentang pentingnya kita untuk menjaga dan menghormati para leluhur.
Film ini juga menggambarkan hubungan antara karakter yang rumit di masa lalu, seperti konflik antara Korea dan Jepang. Selain itu, film ini juga menggambarkan praktik perdukunan dan mengusung cerita rakyat Korea Selatan yang dirajut dengan nuansa spiritual, mistis, dan okultisme. Selain itu, menggambarkan hubungan antara manusia dengan alam dan mengajak kita sebagai para penonton untuk merenungkan makna dari kehidupan dan kematian.
Dengan cerita yang ternyata kompleks banget, film ini memang tidak mainin jumpscare sebagai terornya tapi vibe yang dikasih film ini cukup banget buat ngasih rasa creepy dan lebih enak buat ngerasain vibe itu kalo kalian nonton film ini di bioskop sih ya.
Penulis: Lidya Putri Viron