mimbaruntan.com, Untan- Menanggapi Surat Edaran Nomor: 3015/UN22/TU/2020 Tentang Kewaspadaan dan Pencegahan Penyebaran Infeksi Covid-19 di Lingkungan Universitas Tanjungpura, yang dikeluarkan oleh Rektor Untan, Garuda Wiko. Satu diantara isinya, kegiatan perkuliahan dalam bentuk tatap muka diganti dengan perkuliahan secara daring (online), terhitung 16 hingga 29 Maret 2020.
Berangkat dari kebijakan ini tak sedikit mahasiswa yang merasa keberatan, mulai dari masalah jaringan internet hingga penggunaan paket data. Salah satunya Heri, Mahasiswa FISIP Untan merasa kebijakan tersebut memberatkan karena biaya penggunaan paket data yang tidak murah.
Baca juga: Social Distancing Membosankan? Lakukan Beberapa Kegiatan Berikut Dirumah
“Kuliah online ini memberatkan bagi saye dan beberapa kawan saye, karna paket internet yang digunakan tidak murah bayangkan misalnya sehari ada tiga mata kuliah yang harus dikuliahonlinekan atau streamingkan. Okelah kalau bagi yang orang tuanya mampu tidak akan masalah dengan masalah ini, tapi bagi anak perantauan dan orang tua kehidupannya belum berkecukupan, hal ini berat untuk beli paket terus,” katanya Jumat (20/3).
Epa Pariyanti pun merasa keberatan dengan sistem kuliah yang memaksa tetap menatap ponsel demi mengikuti perkuliahan. “Kalau boleh jujur sih keberatan banget. Soal kouta dan sistem online yang harus maksa kita standby di depan hp, untuk dapat informasi terkait perkuliahan, ditambah lagi sinyal yang tidak mendukung, belum lagi kalau aplikasinya bermasalah. Saya butuh kepastian, maksud saya tetapkan satu aplikasi yang tepat juga,” tambah mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Untan ini.
Baca juga: Menjadi Mahasiswa Reguler A, Mahasiswa Teknik Untan Ini Tuntut Perubahan UKT
Menanggapi hal ini, Muhammad Rafi Darajati selaku dosen FH Untan mengungkapkan bahwa dosen dan mahasiswa harus bisa menyesuaikan terkait kebijakan tersebut berawal dari kesadaran pemikiran. “Semua harus berawal dari mindset, dari kesadaran pemikiran. Bahwa belajar seharusnya memang anywhere anytime. Saat ini kita semua harus sadar dan paham bahwa cara belajar mengajar boleh dan harus berubah dari yang awalnya melulu selalu tatap muka menjadi perkuliahan online. Dosen dan mahasiswa harus menyesuaikan, Terkait dengan perkuliahan online, intinya adalah keterbukaan,” ungkapnya.
Baca juga: Perempuan di Panggung Politik
ia pun menyarankan mahasiswa untuk memanfaatkan WiFi gratis yang terbuka untuk publik secara positif. “Saat ini sudah cukup banyak kok tempat-tempat publik yang mempunyai WiFi gratis untuk dimanfaatkan, perpustakaan daerah, bahkan tempat beribadah seperti, Masjid Kampus Untan juga telah menyediakan sarana WiFi gratis untuk dimanfaatkan secara positif, dan tetap saja terapkan social distancing,” sarannya.
Penulis : Virghie Dynaz Koesoema
Editor : D. Al- Fuziah