Mimbaruntan.com, Untan – Kota Pontianak menghasilkan 400 ton sampah sehari. Pengelolaan sampah menjadi perhatian serius Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Senin (25/2).
Menurut Lita Luki selaku seksi pengelolaan sampah berbasis masyarakat menyatakan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih menjadi permasalahan. Hal ini dikarenakan TPA menghasilkan bau yang tidak sedap, pencemaran lingkungan, dan limbah air lindi yang dapat menyerap ke tanah sehingga masyarakat menolak TPA di sekitar pemukimannya.
“Saat ini dinas lingkungan hidup fokus dalam memperbaiki TPA dan Pontianak menyiapkan 10 miliar untuk penanganan TPA mulai dari saluran pipa, jalan dan saluran limbah air lindi serta pemerintah menerapkan sistem Sanitary Landfill di TPA,” ujarnya (23/2).
Baca Juga: Bentuk Kepedulian Sylva PC Untan Terhadap Sampah
Pemerintah berupaya untuk mengurangi tumpukan sampah dengan penanganan pemberdayaan sampah dan membuka Bank Sampah. Masyarakat diharapkan sebelum membuang sampah di TPS untuk terlebih dahulu memisahkan antara sampah anorganik yang bernilai ekonomis dengan sampah organik.
“Kita mempunyai Bank Sampah di berbagai titik di Pontianak. Sehingga sampah yang bernilai ekonomis dapat dikumpulkan dan dijadikan uang. Sedangkan sampah organik akan dikelola menjadi kompos ataupun biogas,” ungkapnya.
Selain sampah anorganik yang dapat dimanfaatkan untuk dijual, sampah organik juga bermanfaat untuk dijadikan pupuk kompos. Rumah tangga menghasilkan 1 kg sampah organik dalam sehari sehingga dalam sebulan setiap rumah menyumbang 30 kg bahkan lebih sampah organik.
Lita Luki berharap masyarakat dapat berperan aktif dan membantu mengelola sampah dengan benar sehingga di tahun mendatang kota Pontianak dapat berhasil menangani sampah dan menjadi kota dengan penghargaan Adipura. “Kebijakan strategi daerah dalam pengelolaan sampah mempunyai target 2018-2020, Pontianak menjadi bebas sampah (berhasil menangani sampah),” pungkasnya.
Baca Juga: Himakom Untan Gelar Entrepeneur Talk
Juhari selaku Tim Rumah UPPO (Unit Pengola Pupuk Organik)mengatakan, pembuatan pupuk kompos tidaklah sulit sehingga setiap rumah dapat membuat pupuk kompos secara mandiri. “Pembuatan pupuk kompos yaitu pertama masukkan sayuran yang sudah di cacah (dipotong kecil) dan juga sampah cangkang telur ke dalam tong komposter dan ditambahkan larutan bioaktifator (EM4) hingga kondisi lembab 40%-60%. Kemudian jika ada nasi bekas masukkan di bagian kedua. Setelah itu, tutup dan biarkan selama 1-2 minggu,” jelasnya (23/2).
Juhari berkata, setiap rumah tangga dapat menerapkan sistem komposter sehingga penanganan sampah dapat lebih bermanfaat untuk lingkungan dan juga mengurangi jumlah sampah berlebih. “Harapan saya masyarakat dapat mengerti dan menerapkan komposter sendiri di rumah, juga menanam beberapa tanaman sendiri dan memanfaatkan pupuk kompos tersebut,” jelasnya.
Penulis: Bella Suci dan Eufemia
Editor : Aris Munandar