mimbaruntan.com, Untan – Kampung Literasi Selamat (KALISE) di Pontianak terus mengembangkan program literasi dan pelestarian budaya lokal sejak tahun 2021. Melalui kegiatan edukatif seperti pengelolaan sampah ramah lingkungan hingga sanggar seni, KALISE menjadi ruang belajar sekaligus wadah kreativitas bagi masyarakat, khususnya generasi muda.
Muhammad Luthfi Hasan Hasibuan, pengurus sanggar KALISE, mengatakan masyarakat setempat antusias mengikuti sejumlah program yang digagas. Program tersebut tidak hanya menyasar kalangan dewasa, tetapi juga banyak diminati oleh remaja di sekitar lokasi.
“Kegiatan yang banyak diikuti oleh remaja di sini itu ada Kupi Pali (Kurangi, Pilah, Pakai Kembali) sama Sasise (Sanggar Seni Kalise) yang merupakan sanggar seni,” ujarnya.
Kupi Pali merupakan program pengelolaan sampah ramah lingkungan. Melalui program ini, barang-barang bekas seperti koran dan botol plastik dikumpulkan, lalu diolah kembali menjadi produk yang bermanfaat.
“Barang-barang bekas seperti botol, koran itu kita olah lagi jadi seperti tempat pensil atau juga printilan yang tempatnya dihiasi dengan kreasi masing-masing,” jelasnya.
Baca Juga: Literasi yang Memberdayakan, Sampah yang Menghidupi
Selain program pengelolaan sampah, KALISE juga membentuk Sasise (Sanggar Seni Kalise) sebagai ruang pengembangan kreativitas anak muda. Melalui sanggar ini, masyarakat diajak untuk melestarikan tarian tradisional serta berinovasi menciptakan bentuk kesenian baru yang lebih dekat dengan era sekarang.
“Di KALISE kami akan terus melakukan inovasi baru dengan menambahkan dan menampilkan tarian-tarian baru. Tidak hanya fokus di tarian tradisional, kami juga ada dance cover,” kata Luthfi.
Menurutnya, perkembangan sanggar tidak lepas dari dukungan masyarakat. Minat warga untuk mengikuti kegiatan begitu besar sehingga sering kali muncul permintaan agar pelatihan diadakan secara rutin.
“Banyak dari mereka ikut antisipasi dan bertanya-tanya kapan pelatihannya diadakan lagi,” ungkapnya.
Keterlibatan masyarakat sekitar tampak dari para anggota sanggar yang terus menunjukkan minat tinggi. Utin Arini, salah satu anggota Sanggar Seni Kalise, mengungkapkan banyak pengalaman berharga yang didapatkannya sejak bergabung. Ia menuturkan, selain melatih keterampilan seni, dirinya juga memperoleh wawasan baru mengenai berbagai jenis tarian.
“Selain bisa mengasah bakat, saya juga mendapat pengetahuan tentang banyak jenis tarian. Kalau sebelumnya saya hanya mengenal satu tarian, kini saya jadi tahu dan bisa mempelajari berbagai tarian setelah bergabung di sanggar ini,” ujarnya.
Baca Juga: Menjaring Tutur: Menghidupkan Kembali Sejarah Lewat Seni Tutur
Setelah bergabung dengan sanggar, hobi menari yang ia tekuni semakin mendapatkan ruang untuk berkembang. Latihan yang rutin diadakan membuatnya lebih leluasa mencoba berbagai gerakan baru, sementara suasana kebersamaan bersama anggota lain membuat proses itu terasa lebih ringan.
“Kita disini ramai-ramai kan, jadi happy terus sama teman-teman disini. Kayak saya juga bisa lebih mengembangkan bakat tari saya. Yang awalnya cuma tau satu jenis tari, bisa tau banyak tari lainnya,” ucapnya.
Utin menambahkan bahwa pengalaman yang ia peroleh tidak hanya datang dari latihan formal, tetapi juga dari interaksi sehari-hari dengan sesama anggota. Ketika ada gerakan yang sulit, mereka terbiasa saling memberi masukan, sehingga suasana belajar menjadi lebih akrab.
“Kalau saya kurang tau gerakan, tidak dibiarkan sendiri. Pengurus dan teman-teman disini bantu sampai bisa. Belajar sama-sama saling support gitu,” katanya.
Penulis: Aisha, Muti
Editor: Aga