Indonesia, dengan 65% wilayahnya berupa hutan, memiliki peran strategis dalam mengendalikan perubahan iklim global. Hutan Kalimantan, sebagai paru-paru dunia, memegang peran penting dalam pelestarian keanekaragaman hayati dan mitigasi perubahan iklim. Kesadaran akan pentingnya hutan Borneo, yang meliputi wilayah Indonesia, Malaysia, dan Brunei, mendorong inisiatif lintas negara Heart of Borneo (HoB). Kolaborasi ini bertujuan mengelola hutan tropis secara berkelanjutan, melestarikan keanekaragaman hayati, serta memastikan manfaatnya dapat dirasakan secara adil.
Namun, Indonesia kehilangan 9,75 juta hektare hutan primer selama 2002–2020, dengan tutupan hutan Kalimantan kini di bawah 60%. Perubahan iklim memperburuk bencana seperti banjir dan kekeringan, sehingga melemahkan peran Kalimantan dalam mitigasi iklim. Oleh karena itu, diperlukan tata ruang berketahanan iklim untuk mengelola lahan secara adaptif dan berkelanjutan demi menjaga keberlanjutan fungsi ekologis hutan Kalimantan.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Tanjungpura (UNTAN), menggelar acara tahunan untuk memperingati Hari Tata Ruang Nasional 2024 pada Sabtu, (23/11), di Gedung Konferensi, Ruangan Teater 1, UNTAN, mulai pukul 08.00 WIB. Dengan tema “Tata Ruang Berketahanan Iklim”, acara ini mencakup Seminar Nasional bertajuk “Interaksi Manusia dan Ruang dalam Berketahanan Iklim untuk Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan” dan Galeri Planopedia, yang menampilkan karya dari berbagai Studio Perencanaan. Kegiatan ini bertujuan memperdalam pemahaman dan mendorong pengembangan konsep berkelanjutan dalam desain dan perencanaan wilayah.
Agenda pembukaan dipandu oleh Alviliony Cherrylia Putri Winata Assau, salah satu mahasiswi Perencanaan Wilayah dan Kota. Acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, pembacaan doa, serta pertunjukan Tari Dayak Flying High yang menggambarkan kehidupan Suku Dayak terinspirasi oleh Burung Enggang. Tarian ini memberikan pesan mendalam tentang harmoni dengan alam, sejalan dengan tema utama acara, “Tata Ruang Berketahanan Iklim.”
Syarif Mua’ammar Zacky Arafah selaku Ketua Panitia, dalam kata sambutan menyampaikan bahwa Hataru merupakan perayaan tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota. Ia menjelaskan bahwa tahun ini kegiatan tidak hanya berupa seminar, tetapi juga melibatkan Galeri Planopedia untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya tata ruang. Ia juga berharap agar acara dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan.
“Hataru merupakan perayaan tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota. Tahun ini, selain seminar, kami juga mengadakan Galeri Planopedia untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya tata ruang. Semoga acara ini dapat berjalan dengan kondusif dan sesuai dengan apa yang diharapkan,” ujar Syarif
Selanjutnya, Abdhy Faturullah, Ketua Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, menegaskan pentingnya tema tahun ini. Ia menyampaikan bahwa sejak awal, Hataru merupakan acara penting yang sering membahas isu-isu terkait tata ruang. Tema tahun ini menurutnya, lahir dari kesadaran akan ancaman perubahan iklim yang menjadi tantangan bersama. Abdhy juga menjelaskan bahwa seminar ini akan menghadirkan berbagai pandangan dari narasumber dengan perspektif yang beragam. Ia menekankan bahwa masa depan tata ruang ada di tangan semua pihak, sehingga setiap orang harus menjadi penggerak dan solusi. Ia berharap acara ini menjadi titik awal untuk merencanakan ruang hidup yang baik bagi semua orang.
“Sejak awal, Hataru adalah acara penting yang sering mengangkat isu-isu terkait tata ruang. Tema tahun ini lahir dari kesadaran bahwa kita semua berada dalam ancaman perubahan iklim sebuah tantangan yang harus kita hadapi bersama. Dalam seminar ini, kita akan mendengar berbagai pandangan dari narasumber yang memberikan perspektif beragam. Masa depan tata ruang ada di tangan kita. Kita harus menjadi penggerak dan solusi. Mari jadikan hari ini titik awal dalam merencanakan ruang hidup yang baik untuk semua,” jelas Abdhy
Dan kata sambutan berikutnya di sampaikan pula oleh Ibu Erni Yuniarti selaku Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, dan dilanjutkan oleh Bapak Slamet Widodo selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura sekaligus secara resmi membuka acara Hari Tata Ruang tahun 2024.
Seminar bertema “Tata Ruang Berketahanan Iklim” menghadirkan tiga pemateri dengan wawasan mendalam.
Pemateri pertama, Bapak Anang Wahyu Sejati dari Universitas Diponegoro, membahas tantangan urbanisasi yang memicu kenaikan suhu perkotaan dan perubahan tutupan lahan global. Ia menekankan pentingnya mitigasi berbasis analisis spasial GIS serta penerapan Blue-Gray-Green Infrastructure untuk meningkatkan ketahanan tata ruang.
Pemateri kedua, Ibu Shinta Widyastuti dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kalimantan Barat, menjelaskan peran pemerintah dalam program pencegahan deforestasi, penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), serta penghijauan seperti inisiatif Satu Pemuda, Satu Pohon. Strategi ini bertujuan memperkuat ketahanan lingkungan melalui pengelolaan kawasan ekosistem penting.
Pemateri terakhir, Bapak Joni Joko Surya Sarjono dari Ikatan Ahli Perencana Kalimantan Barat, menyoroti dampak deforestasi terhadap siklus hidrologi, banjir, dan penurunan permukaan tanah, terutama di Pontianak. Ia mengusulkan integrasi adaptasi perubahan iklim ke dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk mendukung pengendalian tata ruang yang lebih tangguh.
Seminar ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara akademisi, pemerintah, praktisi, dan masyarakat dalam merancang tata ruang yang berkelanjutan, tanggap iklim, dan ramah lingkungan demi masa depan yang lebih baik.
Seminar “Tata Ruang Berketahanan Iklim” menghadirkan tiga pemateri dengan wawasan mendalam. Bapak Anang Wahyu Sejati dari Universitas Diponegoro membahas tantangan urbanisasi yang memicu kenaikan suhu perkotaan dan perubahan tutupan lahan. Ia menekankan pentingnya mitigasi berbasis GIS dan penerapan Blue-Gray-Green Infrastructure.
Ibu Shinta Widyastuti dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kalimantan Barat memaparkan strategi pemerintah, seperti pencegahan deforestasi, penanganan karhutla, dan program Satu Pemuda, Satu Pohon, untuk memperkuat ketahanan lingkungan.
Bapak Joni Joko Surya Sarjono dari Ikatan Ahli Perencana Kalimantan Barat menyoroti dampak deforestasi terhadap banjir dan penurunan tanah. Ia mengusulkan integrasi adaptasi iklim ke dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Seminar ini menegaskan pentingnya sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat untuk menciptakan tata ruang yang berkelanjutan dan tanggap iklim.
Setelah pemaparan materi selesai, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, di mana peserta mengajukan pertanyaan kepada para pemateri. Selanjutnya, panitia mengadakan kuis online berisi pertanyaan seputar materi yang telah disampaikan. Peserta yang berhasil menjawab dengan benar berkesempatan mendapatkan hadiah.
Salah satu peserta, Isnia Ibtisamah, mengungkapkan bahwa meskipun ia bukan berasal dari jurusan PWK dan baru pertama kali mendengar materi tersebut, ia merasa tertarik dan mendapatkan pandangan baru mengenai tantangan dalam perencanaan pembangunan kota.
“Saya yang bukan dari jurusan PWK dan baru pertama kali mendengar materi ini merasa tertarik dan mendapatkan pandangan baru tentang tantangan dalam perencanaan pembangunan kota,” ungkap Isnia
Ranida Asisyifa, Mahasiswa Baru Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, berharap agar HATARU ke depannya dapat menjangkau lebih banyak audiens, sehingga ia dapat turut memperkenalkan jurusan PWK dan pentingnya tata ruang.
“Harapan saya untuk HATARU ke depannya adalah bisa menjangkau lebih banyak audiens, agar saya dapat turut memperkenalkan jurusan PWK dan pentingnya tata ruang,” ungkap Ranida
Seminar Nasional dalam rangka Hari Tata Ruang Nasional 2024 menegaskan pentingnya kolaborasi antara akademisi, pemerintah, praktisi, dan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim. Langkah-langkah strategis, seperti infrastruktur hijau-biru, penghijauan, dan integrasi adaptasi iklim ke dalam tata ruang, sangat penting untuk menjaga Kalimantan sebagai paru-paru dunia dan melestarikan ekosistemnya. Dengan semangat generasi muda yang tercermin dalam kegiatan ini, diharapkan dapat terwujud masa depan tata ruang yang tangguh, adaptif, dan berkelanjutan.
Press Release Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Tanjungpura