mimbaruntan.com, Untan – Green Vibe Novo Club berhasil melakukan kegiatan penanaman bibit mangrove pada 21 September 2025 di kawasan Wisata Teluk Berdiri, Sungai Kupah. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Novo Club Region 10 dihadiri dan juga diikuti oleh warga lokal di sekitaran Teluk Berdiri, peserta dari Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, anggota Mapala Enggang Gading IAIN dan juga peserta lainnya. Kegiatan penanaman ini bertujuan untuk melindungi pantai dari abrasi serta memberikan manfaat bagi masyarakat di kawasan pesisir pantai Sungai Kupah.
Penanaman mangrove yang dilakukan oleh panitia dan peserta menjadi kegiatan yang didukung oleh masyarakat setempat. Erlina Amanda selaku warga lokal yang tergabung dalam PKK Desa Sungai Kupah menjelaskan bahwa dengan adanya kegiatan ini kondisi sungai menjadi lebih sedap dipandang sebab banyak tumbuhan baru yang ditanam, juga dengan adanya reboisasi menjadikan wilayah pantai lebih aman dari ombak. Lalu dengan adanya penanaman mangrove menjadikannya sebagai tanaman baru yang berfungsi melindungi dan menjaga kawasan pesisir.
“Setelah adanya reboisasi, alhamdulillah tanamannya semakin banyak jadi agak aman dari ombak. Karena kalau ada penanaman baru itu kan berarti bertambah lagi perlindungan di pesisir sungai. Dan semoga penanaman ini hidupnya baik, lebih bagus jadi pesisir kami semakin terjaga,” ujar Erlina.
Kawasan Wisata Teluk Berdiri menjadi tempat tujuan terlaksananya kegiatan penanaman mangrove sebab kegiatan ini bertujuan untuk mencegah abrasi pantai, melindungi daerah pesisir karena akar mangrove yang kuat, menambah suasana kawasan pantai lebih asri dan sejuk serta dapat membantu meringankan mata pencaharian sebagai nelayan. Erlina juga menambahkan dengan adanya mangrove, nelayan lebih mudah menangkap ikan sebab ikan-ikan tersebut akan menetap di akar tumbuhan mangrove.
“Kalau menurut saya dengan adanya mangrove itu bisa mencegah abrasi, suasana pantai juga lebih sejuk. Terus membantu pekerjaan nelayan sih, ikan-ikan itu akan bersarang di akar mangrove jadi lebih mudah gitu,” tambah Erlina.
Menurut Erlina tetap saja mereka memiliki tantangan terbesar, ia menekankan bahwa tantangan dalam perawatan mangrove adalah terjangan ombak dan juga sampah masyarakat perkotaan yang terbawa arus hingga sampai ke pesisir. Selain itu, arus air pasang akan membawa kayu atau balok yang bisa merusak tanaman baru.
“Tantangannya terutama di terjangan ombak lalu sampah-sampah yang dibawa juga sama ombak. Pas air pasang juga banyak kayu atau balok yang terbawa arus, jadi itu bisa merusak tanaman baru kayak gini,” jelas Erlina.
Erlina juga mengingatkan agar kegiatan ini tidak berhenti pada penanaman saja, perlu diadakannya patroli dan pengecekan rutin. Erlina menambahkan bahwa setidaknya satu minggu setelah penanaman harus dilakukan pengecekan untuk melihat apakah tanaman masih baik-baik saja.
“Setelah ditanam sekitar seminggu harus kembali ke sini untuk di cek. Kalo untuk kehidupan memang belum bisa dilihat, tapi kita masih bisa lihat tanamannya masih ada atau tidak. Ombak kan ada terus ya, jadi bisa hilang tanamannya. Kalo hilang, ditanam lagi gitu,” tambah Erlina.
Baca Juga: Mangrove: Senjata Bumi Melawan Krisis Iklim
Penanggung jawab Novo Club Pontianak, Zidan Hafiz Al-Awwali, menjelaskan bahwa Novo Club Pontianak memang sudah lama berencana melakukan kegiatan yang bertema lingkungan. Para panitia sudah melakukan survei ke beberapa tempat di area Pontianak dan Kubu Raya hingga pada akhirnya Teluk Berdiri dipilih menjadi tempat yang dituju untuk melaksanakan penanaman mangrove. Ada beberapa alasan sehingga mereka memilih kawasan Teluk Berdiri, beberapa di antaranya seperti kawasan yang kurang terawat, jembatan yang rusak dan terakhir kawasan Teluk Berdiri sendiri memang ingin dikembangkan untuk diberitahukan kepada khalayak ramai.
“Sudah survei beberapa tempat di Pontianak dan Kubu Raya. Lalu melihat yang di sini, di Teluk Berdiri yang cukup memprihatinkan seperti kurang terawat tempatnya, jembatannya juga cukup berbahaya kalau dilewati. Kemudian kami ingin mengembangkan desa ini soalnya pada tahun 2023 sudah viral, ya,” jelasnya.
Mengenai perawatan lanjutan penanaman mangrove, Zidan mengatakan bahwa akan dilaksanakan pengecekan secara bergantian kurang lebih dalam waktu satu bulan. Mereka turun menyertakan ibu PKK dan pengelola ekowisata untuk membantu mengecek kondisi area penanaman mangrove, selain itu para peserta juga bisa ikut andil dalam kegiatan tersebut.
“Kami tentu tidak bisa terlalu rutin ya karena memang masing-masing orang ada kesibukkan, tentu juga menyertakan ibu-ibu PKK dan pengelola ekowisata agar bisa rutin cek lokasi penanaman. Peserta bisa sih cuma kami gak bisa terlalu mewajibkan,” ujarnya.
Jenis mangrove yang umumnya dikelola masyarakat setempat adalah jenis api-api dan nipah, namun pada penanaman kali ini mereka menggunakan jenis bakau kurap. Zidan menyebutkan bahwa bibit tersebut berasal dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS), dan juga bibit tersebut tetap memiliki fungsi penting dalam menjaga ekosistem pesisir.
“Kami pilih bakau kurap karena lebih mudah penanamannya dan mengefisiensikan waktu, selain itu BPDAS mau menjadi pendukung dalam kegiatan ini meski tidak bisa datang maka mereka menyediakan seratus bibit bakau kurap,” tambah Zidan.
Para pelaksana kegiatan ini berharap dengan teman-teman peserta yang sudah hadir pada kegiatan penanaman mangrove kali ini bisa menyebarkan informasi kepada teman-teman lainnya diluar sana agar mengetahui tempat-tempat lokal yang bagus dan layak untuk dikunjungi. Selain itu Zidan juga menambahkan dirinya berharap pemerintah juga peduli terhadap lingkungan yang masih sulit untuk dijangkau, lebih dari itu ia berharap pemerintah juga memberikan akses serta fasilitas agar tempat-tempat yang masih kurang layak bisa segera diperbaiki.
“Harapannya sih teman-teman yang hadir di kegiatan ini bisa saling tukar informasi, saling menyebarkan bahwa disini ada tempat yang bagus. Selain itu semoga pemerintah melihat, ada tempat yang bisa menjadi sumber ekonomi warga, bisa dibantu dari segi fasilitas maupun akses,” ungkapnya penuh harapan.
Nasrullah Alhabsyi selaku ketua pelaksana kegiatan juga turut menjelaskan bahwa mereka memilih kawasan Wisata Teluk Berdiri dengan melakukan observasi langsung ke pihak setempat, para panitia pada awalnya mencari lokasi di Google Maps hingga akhirnya turun langsung untuk memastikan lokasi tersebut yang cocok dengan kegiatan penanaman mangrove. Nasrullah juga memperkuat pernyataan Zidan yang memilih tempat ini dikarenakan beberapa aspek memprihatinkan seperti bangunan yang hampir roboh, lokasi kurang terawat maupun jalan yang cukup rusak.
“Alasan dari aku kenapa harus pilih di sini pada awalnya kami survei dan ketemu langsung dengan pengelola wisata ini. Jadi, memang sudah muncul kemungkinan bahwasanya target kami memang di Teluk Berdiri, dan memang karena memperhatikan beberapa aspek memprihatinkan gitu kayak bangunan dan jalanan, serta memang lokasi wisata yang kurang terawat,” ujar Nasrullah.
Nasrullah juga menceritakan persiapan panitia yang memerlukan waktu kurang lebih selama satu bulan, termasuk kegiatan mereka yang ikut memperbaiki lokasi jalan yang sebelumnya rawan untuk dilewati. Warga setempat bersama panitia saling mendukung satu sama lain untuk menyukseskan kegiatan ini, dengan memperbaiki jembatan lalu membantu teknis penanaman agar lebih mudah. Ketua pelaksana itu juga menambahkan bahwa segala perlengkapan juga dibantu dan disarankan oleh pengelola wisata, seperti menggunakan bambu untuk penopang tanaman bibit mangrove agar lebih kuat menghadapi arus.
“Persiapan kita kurang lebih sebulan untuk segala layout dan perlengkapan, terus dapat saran juga dari pengelola wisata ini karena pada awalnya pengen pake kayu buat nancepin bibitnya ternyata pake bambu lebih kuat gitu. Dari awal warga sudah sangat mendukung, yang awalnya pas survei masih agak rawan gitu jadi semuanya berbondong-bondong untuk memperbaiki akses itu,” ceritanya.
Tidak hanya fokus pada kegiatan penanaman mangrove, panitia juga mengedepankan edukasi kepada warga setempat melalui kerja sama dengan Lembaga Gemawan yang bergerak di bidang lingkungan. Panitia kegiatan langsung membawa pemateri dari lembaga tersebut untuk memberikan edukasi tentang pentingnya perawatan setelah penanaman.
“Sebelum ini kami bawakan dulu pemateri langsung dari Gemawan, jadi masyarakat pesisir diedukasi terkait perawatan penanaman. Jadi perlu adaptasi yang dimana penanaman ini harus dilihat terus, dirawat sehingga nanti akan ada hasilnya, hasil kami dan warga yang menjaganya,” tambah Nasrullah.
Panitia juga ikut menyoroti sampah yang datang dari Muara Pontianak dan terbawa hingga ke kawasan Sungai Kupah, Nasrullah menambahkan harapannya kepada masyarakat Pontianak untuk berhenti membuang sampah sembarangan agar kawasan pesisir tetap terjaga. Selain itu panitia juga mendorong warga sekitar untuk tetap aktif dalam mengembangkan potensi wisata lokal sehingga bisa meningkatkan ekonomi dan menarik perhatian wisatawan.
“Jadi untuk warga Pontianak berhentilah membuang sampah sembarangan agar pesisir itu bisa hidup nyaman juga, lalu harapan saya yaitu ingin masyarakat tahu bahwasanya lokasi ini bisa menjadi tempat wisata, jadi semoga bisa menarik perhatian wisatawan juga,” ungkapnya.
Baca Juga: Palang Otomatis Untan, Ketertiban yang Memalang Kebebasan Mahasiswa
Iasha, salah satu peserta kegiatan reboisasi ini juga mengatakan bahwa ini adalah pengalaman berharga. Dirinya mengungkapkan bahwa tujuannya mengikuti kegiatan ini dikarenakan ingin menambah pengalaman sekaligus ingin mewujudkan impiannya menanam mangrove, selain itu menurutnya kegiatan ini sangat bermanfaat terutama dalam mencegah abrasi di kawasan Sungai Kupah.
“Kebetulan pas lagi gak kerja, lalu ini pertama kalinya banget ikut kegiatan seperti ini. Dari dulu emang pengen banget menanam mangrove, kegiatan ini menambah pengalaman dan menambah relasi pertemanan juga,” ungkap Iasha.
Dirinya juga memberikan kesan positif serta semangat yang tegas untuk mencegah abrasi di daerah pesisir, menurutnya kegiatan penanaman seratus bibit mangrove sangat bisa menjadi permulaan untuk mencegah abrasi yang terus terjadi, karena jika abrasi terus meluas maka daerah daratan juga akan berkurang.
“Penanaman ini terutama di kawasan Sungai Kupah ya, daerah ujung lah dan memang sudah mulai abrasi. Jadi, kita bantulah dengan kegiatan penanaman ini agar bisa mencegah abrasi, karena kalau semakin abrasi maka semakin pula daratan kita berkurang,” ujarnya.
Dirinya juga memberikan harapan agar kegiatan ini dapat diperluas lagi dan menjadi langkah awal untuk membangun wisata mangrove di Kalimantan Barat. Menurut Iasha, dukungan dari pemerintah sangatlah penting terutama akses perbaikan jalan yang buruk agar bisa lebih banyak mendatangkan wisatawan.
“Sebenarnya ini bagus untuk wisata di daerah Kalbar ya, kurang orang ke sini karena jauh aja sih terus jalannya kurang bagus. Sebaiknya sebagai generasi muda ayolah kita bangun wisata mangrove lagi, mulai dari kita karena kalau bukan kita siapa lagi? Berharap juga sih pemerintah melirik dan memperbaiki jalannya,” tambah Iasha.
Kegiatan reboisasi mangrove di Sungai Kupah menunjukkan kolaborasi kerja sama antar masyarakat, panitia dan juga peserta dalam menjaga kelestarian lingkungan. Meski tentu saja masih menghadapi tantangan seperti perawatan pasca-penanaman dan sulitnya kerja sama lanjutan, upaya permulaan ini tetap menjadi langkah penting dalam mencegah abrasi serta bisa meningkatkan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan ekowisata lokal. Harapannya kegiatan ini tidak berhenti pada penanaman semata, tetapi berlanjut menjadi gerakan berkelanjutan yang melibatkan semua pihak demi masa depan pesisir yang lebih baik.
Penulis: Delta, Dila
Editor: Mia