mimbaruntan.com, Untan – Organisasi non-profit kerap disalahpahami sebagai lembaga yang tidak membutuhkan keuntungan. Padahal, banyak di antaranya tetap menjalankan aktivitas ekonomi demi memastikan keberlanjutan program sosial yang mereka jalankan. Perbedaan orientasi inilah yang membedakan non-profit dengan lembaga profit, namun bukan berarti keduanya benar-benar terpisah.
Ilham D. Wijaya, mantan relawan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Volunteer), saat menjadi pembicara dalam forum “Preparing a Career in the Non-profit Sector” yang digelar di American Corner Universitas Tanjungpura, menjelaskan dinamika tersebut. Menurutnya, pemahaman mengenai profit dan non-profit tidak bisa dipandang hitam-putih, karena keduanya ditentukan oleh tujuan serta cara memperoleh pendanaan.
“Jadi sebenarnya profit dan non-profit itu adalah tipe-tipe kelembagaan berdasarkan orientasi dan pendanaannya. Kalau misalkan profit itu, dia itu orientasinya keuntungan. Kemudian, kalau non-profit itu bukan berarti dia itu tidak berorientasi kepada keuntungan, tapi kepada dampak,” jelas Ilham.
Setelah menjelaskan perbedaan orientasi tersebut, Ilham kemudian memberikan contoh untuk memperjelas gambaran mengenai profit dan non-profit dalam praktiknya.
“Kemudian, contoh profit itu adalah perusahaan, seperti Stasiun Televisi, UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), itu termasuk profit karena dia nyari keuntungan. Non-profit itu contohnya adalah pemerintahan. Karena pemerintah tidak mungkin nyari keuntungan, walaupun kayaknya pengen untung gitu,” tambah Ilham.
Baca Juga: Resesi Ekonomi 2023: Indonesia Sudah Aman?
Meski begitu, Ilham menekankan bahwa organisasi non-profit tetap membutuhkan pemasukan agar dapat menjalankan aktivitasnya secara berkelanjutan. Cara yang ditempuh pun bisa beragam, mulai dari penggalangan dana hingga menjual produk untuk menopang kegiatan mereka.
“Non-profit juga butuh profit. Makanya terkadang non-profit itu kayak jualan baju, misalkan, jualan merchandise, tapi dia enggak mengejar keuntungannya,” katanya.
Sebagai seseorang yang pernah terlibat langsung dalam program relawan PBB, Ilham juga menyinggung tentang posisi lembaga internasional tersebut yang kerap disalahartikan publik. Menurutnya, banyak orang masih bingung menempatkan PBB dalam kategori organisasi profit ataupun Non-Government Organization (NGO), padahal keduanya tidak tepat.
“Orang-orang ngiranya PBB itu adalah antara profit atau dia itu NGO. Padahal tidak keduanya. Jadi, PBB tidak mencari keuntungan dan PBB juga bukan NGO karena dia di bawah pemerintahan,” ujarnya.
Selain membedah perbedaan profit dan non-profit, Ilham juga memperkenalkan konsep social enterprise yang kini banyak berkembang. Menurutnya, model ini menempati posisi di antara keduanya karena berorientasi pada keuntungan sekaligus membawa dampak sosial.
“Nah, di antara dua ini, ada satu istilah yang agak baru, namanya social enterprise. Jadi dia itu perusahaan-perusahaan sosial, yang mencari keuntungan sebesar-besarnya, tapi juga harus berdampak kepada sekitarnya. Biasanya yang paling bisa kita lihat dengan jelas adalah perusahaan di bidang energi terbarukan,” jelasnya.
Menutup pemaparannya, Ilham menekankan bahwa berkarier di sektor non-profit bukan hanya soal bekerja untuk orang lain, tetapi juga tentang proses pengembangan diri.
“Menurut aku, membangun karir di non-profit itu sama dengan membangun diri,” ucapnya.
Baca Juga: Budaya Pemberian Konsumsi di Seminar Skripsi, Antara Terima Kasih atau Gratifikasi?
Pesan tersebut rupanya memberi resonansi bagi peserta yang hadir. Salah satunya adalah Nella, seorang mahasiswi yang juga menjadi anggota Kelas Inspirasi Pontianak, sebuah organisasi regional yang berfokus pada kegiatan sosial dan pendidikan. Bagi Nella, bergabung di komunitas tersebut bukan hanya kegiatan sampingan dari perkuliahan, melainkan jalan untuknya mempraktikkan nilai empati yang sejak awal ia yakini penting.
“Aku relate, sangat relate dengan itu, karena value aku adalah perasaan empati. Dengan mengikuti kegiatan Kelas Inspirasi aku bisa menyalurkan perasaan itu ke aksi nyata dan hal yang memang menjadi konsen aku sejak awal,” ujarnya.
Ia menilai forum bersama Ilham menjadi salah satu kesempatan baginya untuk memperdalam pemahaman tentang jalur karir yang ingin ditempuhnya.
“Harapan aku kedepannya sih bisa jadi anggota UN Volunteer, makanya kemarin aku ikut kegiatan sharing itu biar dapat coaching langsung dari Bang Ilham,” harap Nella.
Seorang peserta lainnya, Paulina, juga merasakan hal serupa. Ia mengaku mendapat pemahaman baru mengenai organisasi non-profit yang sebelumnya ia anggap semata-mata bergerak di bidang sosial.
“Pandangan saya sebelumnya soal organisasi non-profit ini hanya sebatas membantu masyarakat. Setelah mengikuti acara kemarin, saya jadi melihat bahwa non-profit juga bisa melakukan kerja sama dengan masyarakat dan kegiatan lingkungan seperti penghijauan,” ungkapnya.
Penulis: Aga
Editor: Wahyu
Referensi:
https://www.jurnal.id/id/blog/organisasi-profit-dan-non-profit-sbc/