mimbaruntan.com, Untan – Hari pertama pada bulan Oktober menjadi momen bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila, sebuah pengingat bahwa dasar negara ini pernah menghadapi berbagai ancaman terhadap keutuhan NKRI. Peringatan itu seharusnya tidak hanya menjadi simbol sejarah atau berhenti pada upacara seremonial belaka, melainkan menjadi momentum untuk merefleksikan kembali makna Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila masih jauh dari penerapan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Banyak dari kita yang hafal kelima sila, tetapi belum sepenuhnya mengamalkannya. Kesaktian Pancasila seharusnya tidak hanya dielu-elukan melalui upacara tahunan, melainkan diwujudkan lewat perilaku kita sebagai warga negara yang berpegang teguh pada nilai-nilai tersebut.
Media sosial menjadi cermin yang cukup jelas untuk melihat sejauh mana nilai Pancasila diterapkan. Saat seseorang melakukan kebaikan, tak jarang ia justru menjadi sasaran hujatan. Di sisi lain, aksi sosial yang seharusnya menjadi wujud empati kerap berubah menjadi ajang pencitraan diri yang berlebihan. Tak jarang pula perbedaan pendapat memicu pertengkaran dan saling menjatuhkan. Contoh nyata lainnya adalah maraknya kasus pelecehan seksual di berbagai tempat. Korban sering kali tidak mendapat keadilan, sementara pelaku justru tidak mendapat hukuman setimpal, bahkan masih berkeliaran bebas.
Baca Juga: Keadilan Bagi Seluruh Orang Berduit: Parodi Keadilan Sosial di Negeri Pancasila
Lebih ironis lagi, ketidakmampuan menerapkan nilai-nilai Pancasila tidak hanya berasal dari masyarakat, melainkan juga dari pemerintah. Masih banyak kebijakan yang belum mencerminkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ketimpangan ekonomi, praktik korupsi, serta berbagai keputusan yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat menunjukkan bahwa pengamalan Pancasila sering kali berhenti pada retorika seremonial.
Pemerintah seharusnya menjadi teladan dalam menegakkan nilai-nilai Pancasila, bukan justru memberi contoh buruk yang melemahkan kepercayaan masyarakat. Namun, kritik ini juga bukan alasan bagi rakyat untuk lepas tangan. Kita pun kerap bersikap tidak adil, intoleran, dan abai terhadap nilai kemanusiaan. Selama kita masih menutup mata, penerapan Pancasila akan tetap menjadi wacana kosong yang jauh dari kenyataan. Perubahan besar dalam kehidupan tidak akan terjadi jika setiap individu tidak memulainya dari diri sendiri.
Kesaktian Pancasila tidak terletak pada peringatannya setiap 1 Oktober, melainkan pada sejauh mana kita menjadikannya pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, nilai-nilai Pancasila seharusnya menjadi penuntun agar kita tetap berpijak pada semangat persatuan, kemanusiaan, dan keadilan. Kita semua memiliki peran penting untuk memastikan nilai-nilai itu tidak memudar. Jadi, sudahkah kita benar-benar menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
Penulis: Dila