Kampus merupakan tempat menempuh jenjang pendidikan tinggi yang menjadi salah satu pilihan siswa-siswi setelah lulus dari Sekolah menengah Atas (SMA) dengan harapan dapat lebih mengembangkan diri baik dari segi keilmuan maupun pengalaman. Setiap tahunnya perguruan tinggi baik negeri maupun swasta membuka penerimaan mahasiswa baru yang dilaksanakan melalui berbagai tahap sehingga dari sekian banyak pendaftar hanya sebagian diantaranya yang dapat menjadi peserta didik dengan status mahasiswa di setiap kampus yang mereka inginkan, tentunya perasaan senang dan bangga menjadi bagian dari setiap mahasiswa yang lulus di perguruan tinggi yang mereka idamkan sehingga begitu antusiasnya menanti perkuliahan dimulai.
Seiring dengan penerimaan mahasiswa baru beberapa agenda penyambutan pun diselenggarakan baik dari pihak Universitas maupun dari pihak Fakultas masing-masing dan tak luput pula sambutan dari para senior, adapun beberapa agenda rutin yang selalu dilaksanakan diantaranya kegiatan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) . OSPEK merupakan agenda wajib yang ditujukan untuk mereka mahasiswa baru adapun serangkaian agendanya meliputi pengenalan kehidupan kampus baik dari segi akademis maupun organisasi kemahasiswaan yang mana tujuan dari kegiatan ini agar mahasiswa baru mendapatkan gambaran tentang apa saja yang akan mereka jalani selama mengenyam status sebagai mahasiswa. Namun kegiatan OSPEK ini ternyata juga menjadi ajang bagi mahasiswa tingkat atas atau senior yang mana pada kegiatan ini mereka sering kali menjaili, membentak, atau bahkan melakukan tindak kekerasan bermoduskan pendidikan mental dan jiwa karsa antar sesama. Alih-alih pendidikan mental dan jiwa karsa sering kali senior melakukan tindakan-tindakan yang tidak masuk akal dan bahkan ada yang sangat tidak manusiawi namun apa daya mahasiswa baru jangankan untuk melawan bahkan sekedar menolak pun mereka segan atau lebih tepatnya takut karena bagi mereka yang menolak atau melawan akan ada sesi khusus bagi mereka dan mendapatkan perlakuan yang lebih lagi dari para senior dan rekan-rekanya, hal ini yang masih dan berlaku dibeberapa Universitas di Indonesia.
Kejadian disalahsatu Universitas di Provinsi Maluku Utara tepatnya di Universitas yang berada di kota Ternate menjadi viral setelah tersebarnya video aksi perpeloncoan oleh mahasiswa senior kepada mahasiswa baru yang mana di dalam video tersebut tampak beberapa mahasiswa baru disuruh untuk berjalan jongkok menaiki tangga di Fakultasnya sambil membawakan tas seniornya dan pada video lainnya tampak sebuah kejadian dimana mahasiswa baru disuruh untuk meminum air dan dikeluarkan kembali ke dalam gelas kemudian diberikan ke teman lainya untuk melakukan hal yang sama sesuai dengan arahan para senior. Berbagai tanggapan dari para netizen yang melihat video ini mulai dari kecaman hingga makian kepada para senior yang dianggap sangat tidak manusiawi bahkan dalam salah satu komentar datang dari pengguna akun twitter bernama @afinahurin26.
Dalam komentarnya, akun tersebut mengatakan bahwa aksi perpeloncoan yang ada di video tersebut sangat rawan menyebarkan penyakit menular.
“Kami yang tenaga kesehatan mati2an melakukan pencegahan penyakit menular, lah mereka malah minum habis di minum dimuntahin lagi terus disuruh minumin ke teman-teman sebelahnya. Ya Allah hati nurani kalian dimana si dek,” tulis akun Twitter tersebut.
Berita kasus perpeloncoan ini pun tak luput dari Pengamat Pendidikan, Doni A. Koesoema. Doni mengatakan, kegiatan ospek harusnya dimanfaatkan pihak kampus untuk memperkenalkan diri kepada para mahasiswa baru. Tujuannya, agar para mahasiswa baru bisa lebih cepat beradaptasi dengan metode belajar dan lingkungan kampus.
“Kalau ada ospek yang kemudian melakukan seperti itu, itu tindakan kriminal melecehkan martabat manusia, kena perbuatan tidak menyenangkan, itu ada pasalnya,” tutur Doni.
Doni berpendapat, kasus perpeloncoan khususnya di lingkungan kampus bukan barang baru. Setiap tahunnya masalah serupa terus terjadi.
Oleh karena itu, Doni menilai, perlu ketegasan dari pemerintah untuk mencegah kejadian yang sama terulang. Namun, Doni menyebut sampai detik ini, sikap tegas pemerintah pusat melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi belum terlihat.
“Kan Kemenristekdikti belum ada, kalau kita baca di kementerian belum ada pedoman (pengenalan) mahasiswa baru,” terang Doni.
Menurut Doni, akibat tidak adanya aturan tegas dari Kemenristekdikti, pihak kampus seakan lepas tangan. Selain itu, pihak kampus selalu berkelit bahwa tindakan itu di luar pengawasan mereka. Dilansir dari liputan6.com
Sementara itu Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Ismunandar sangat menyesalkan peristiwa ini. Dia mengatakan kegiatan perpeloncoan yang terjadi tidak boleh terulang kembali dan ia mengatakan kemenristekdikti sudah berkomunikasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam kejadian ini untuk segera menindak oknum mahasiswa senior pelaku perpeloncoan sesuai aturan kampus.
Berselang beberapa hari dari viralnya berita tersebut muncul sebuah unggahan video klarifikasi dan permintaan maaf baik dari pihak panitia dan dari para mahasiswa senior pelaku perpeloncoan yang mana didalam video tersebut mereka menyampaikan permohonan maaf dan mereka berdalih melakukan hal tersebut untuk melatih jiwa karsa dan kebersamaan antar sesama mahasiswa baru, dalam video tersebut juga pelaku mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan bertujuan untuk membentuk mental para mahasiswa baru, sementara itu permintaan maaf juga disampaikan langsung oleh Rektor Unkhair Prof Dr Husen Alting, beliau menyatakan tidak akan menoleransi tindakan yang dilakukan sebagian mahasiswa senior kepada para mahasiswa baru dan akan mengambil sikap tegas terhadap para pelaku perpeloncoan, hasilnya dari investigasi yang dilakukan oleh pihak kampus Rektor Unkhair menyatakan bahwa benar kasus tersebut terjadi dilingkungan kampus Unkhair tepatnya di Fakultas Perikanan dan Kelautan “Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, dan Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan telah mengidentifikasi dan memeriksa semua oknum yang terlibat dalam kejadian tersebut,” ucap Husen dalam keterangannya di akun Instagram Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Minggu (1/9/2019). Tindak lanjut dari hasil investigasi ini didapatkan 4 nama oknum mahasiswa yaitu FSMA, AE, LM dan NSF dari Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan dan berdasarkan dari hasil pemeriksaan, mereka telah terbukti melanggar aturan akademik dan kode etik mahasiswa. Karenanya, empat mahasiswa tersebut diberikan sanksi berupa skorsing.
“Terhadap oknum mahasiswa dengan inisasil AE diberikan sanksi berupa skorsing perkuliahan selama dua semester,” ungkap Husen.
Sedangkan untuk FSMA, LM, dan NSF, juga diberikan skorsing. Namun, berbeda masa lamanya saja. “Masing-masing diberikan sanksi skorsing 1 semester,” jelas Prof Dr Husen Alting Rektor Unkhair.
Dari kejadian perpeloncoan ini yang berujung pemberian sanksi kepada para pelaku sekiranya menjadi gambaran bahwa masih adanya tindakan perpeloncoan yang terjadi di masa OSPEK mahasiswa baru dan tidak menutup kemungkinan hal yang sama juga terjadi dibeberapa Universitas lainya sehingga seharusnya hal ini pembelajaran kedepannya agar segala bentuk kegiatan OSPEK baik yang dilaksanakan di tingkat Universitas maupun Fakultas wajib di awasi langsung dari pihak kampus yang mana bertujuan untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali, selain itu regulasi dan aturan tentang kegiatan OSPEK harus dipertegas baik itu dari Kemenristekdikti maupun Univertas terkait serta peran aktif para mahasiswa senior juga sangat diharapkan agar dapat ikut serta mengawasi jalanya kegiatan OSPEK sehingga kegiatan ini benar-benar menjadi ajang pembekalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru bukan ajang perpeloncoan oleh mahasiswa senior.
Penulis : M.Ridwan Priyanto (Mahasiswa Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak)