mimbaruntan.com, untan – Titik terang sudah di depan mata dengan terwujudnya pemahaman pelestarian lingkungan gambut dan mangrove yang resmi menjadi sebuah kurikulum. The international Council for Research in Agroforesty (ICRAF) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Kubu Raya menggelar Launching “Kurikulum Muatan Lokal Gambut dan Mangrove di Kubu Raya” pada Rabu, (30/11) di Gardenia Resort and Spa.
Ekosistem gambut dan mangrove di Kabupaten Kubu Raya memiliki peranan penting dalam menjaga perubahan iklim serta kaya akan manfaat. Mengingat minimnya pengetahuan tentang pengelolaan dan karakteristik serta berbagai permasalahan yang terjadi beberapa tahun ke belakang menjadi cikal bakal terbentuknya kurikulum tersebut. Ditanamkan melalui jalur edukasi formal sekolah dasar juga menengah pertama, sekolah dan guru menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan muatan lokal ini setelah melalui tujuh tahapan penyusunan dari penguatan pemahaman hingga pengesahan dan implementasi.
Dr. Suwignya Utama selaku Kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mengatakan Kubu Raya adalah kabupaten pertama di Kalimantan Barat (Kalbar) yang menerapkan edukasi sekaligus penerapan kurikulum gambut dan mangrove.
“Kabupaten Kubu Raya inilah yang pertama menerapkan edukasi dan langkah nyata untuk bergerak, bisa belajar untuk menerapkan kurikulum gambut dan mangrove yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran,” ujarnya.
Baca Juga: Dari kita untuk kita: Sinergi Generasi Muda Terhadap Lingkungan Gambut dan Mangrove
Launching ini dihadiri oleh Bupati Kubu Raya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, BRGM, Kepala Dinas Dikbud Kalbar, Kepala Dinas Dikbud Kubu Raya, para tim pengembang kurikulum, mitra pembangunan serta kepala sekolah, pengawas dan seluruh guru dari sekolah terpilih.
Rangkaian acara diawali dengan persembahan Tundang Melayu dari siswa SMPN 3 Sungai Kakap, kata sambutan, penyerahan laporan, penyerahan sertifikat dan cendramata, hingga peluncuran kurikulum muatan lokal gambut dan mangrove serta Gambut Mangrove Lestari (Gaveri), sang mascot gerakan #pahlawangambut.
Gambut berperan penting dalam pengendalian dampak perubahan iklim, karena mampu menyimpan karbon global dalam tanah dan moderasi iklim. Oleh karena itu, pengetahuan tersebut haruslah dimiliki sedari dini sebagaimana yang disampaikan Ir. Huda Ahsani selaku Kepada Bidang Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut.
“Tata Kelola melalui pengetahuan harus dilakukan kepada anak-anak sehingga mereka perlu juga memahami perubahan iklim yang terjadi di dunia ini,” tuturnya.
Baca Juga: Menuju Pengelolaan Ekosistem Gambut Berkelanjutan di Kalbar
Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan mengungkapkan para guru akan bergerak melakukan pembelajaran terhadap anak-anak sehingga mereka dapat menjaga dan berpikir bijak mengenai gambut dan mangrove.
“Anak-anak diajak berpikir luas dan bijak dalam melihat bagaimana mengawal, menjaga dan nanti akan kembali ke kualitas kehidupan mereka juga cara berpikirnya. Mulai dari guru, langsung dari jangkar-jangkarnya bergerak dan satu sama lain mendinamisasi pasti akan lebih semangat lagi,” pungkasnya.
Para guru yang turut hadir pun begitu mendukung kegiatan ini. Guru SMP 7 Batu Ampar, Dewi mengungkapkan bahwa tidak ada kesulitan dalam penerapan kurikulum dan mampu memberikan wawasan adalah tujuan utama dalam proses pembelajaran.
“Tidak ada kesulitan karena sebelumnya kita sudah menjelaskan kepada siswa. Saya sebagai guru IPA, kita jelaskan gambut ini sifatnya seperti apa, bagaimana menghasilkan oksigennya dan harapan saya dan kita sebagai guru dapat memberikan wawasan kepada anak agar mereka terbuka wawasannya,” ujarnya.
Reporter: Putri dan Elvira
Penulis: Elvira
Editor: Ester