“Disini kita refleksikan kembali bahwa perdamaian itu bukan hanya antara dua negara atau antara kita dengan orang lain, tapi perdamaian disini termasuk juga perdamaian dengan diri kita sendiri”
mimbaruntan.com, Untan- Remaja dari berbagai penjuru Kota Pontianak menempati kursi yang telah disusun melingkar di ruangan aula Kantor Lembaga Gemawan. Spanduk besar terpampang di tengah ruangan bertuliskan “Festival Perdamaian Gen Z se-Pontianak” sebagai tajuk besar kegiatan yang diselenggarakan pada hari Sabtu (24/9).
Dalam rangka memperingati Hari Perdamaian Internasional, Generasi Literat bekerja sama dengan Mulia Raya Foundation mengadakan kegiatan secara luring dengan tujuan mengedukasi Gen Z tentang nilai-nilai perdamaian dan memvisualisasikan self-love. Sebanyak 30 peserta turut memeriahkan kegiatan ini yang merupakan ‘remaja Gen Z’ dengan rentang usia 16-27 tahun.
Sebagai pembuka kegiatan,secarik kertas sticky note diberikan kepada peserta untuk menuliskan harapan yang ingin “ditanamkan” pada pohon harapan. Pohon harapan bukanlah pohon sungguhan, melainkan kertas karton bergambar pohon yang tertempel di dinding. Peserta dapat menempelkan harapannya di pohon tersebut.
Baca Juga: Paradise Of Peatland: Titik Awal Membangun Sebuah Pemahaman Tentang Gambut
Isu self-love menjadi fokus utama pada kegiatan ini. Kata “perdamaian” yang terbubuh pada tajuk acara merujuk pada gagasan “berdamai dengan diri sendiri”. Dalam kata sambutannya, Ilham, ketua panitia dalam kegiatan ini, menyampaikan bahwa perdamaian itu tidak selalu berkaitan dengan konflik antara dua negara atau konflik dengan orang lain.
“Disini kita refleksikan kembali bahwa perdamaian itu bukan hanya antara dua negara atau antara kita dengan orang lain, tapi perdamaian disini termasuk juga perdamaian dengan diri kita sendiri” terangnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan perundingan kontrak belajar. Pada sesi ini, peserta dapat mengajukan apa saja yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan selama kegiatan berlangsung. Beberapa peserta mengajukan usulan, seperti membatasi penggunaan gadget selama kegiatan, menyimak dan mendengarkan saat peserta lain sedang berbicara, tidak bersikap rasis, dan lain sebagainya.
Setelah kontrak belajar disetujui oleh seluruh peserta, kegiatan dilanjutkan dengan pagelaran “Peace Fashion Show”. Sebanyak 15 peserta mengajukan diri untuk tampil menggunakan aksesoris yang dibawa. Panitia juga telah menyiapkan beragam atribut yang terbuat dari cardboard dan kertas karton bertuliskan kata-kata motivasi. Peserta tampil layaknya model, berputar mengelilingi ruangan sembari melambai-lambaikan tangan dan berpose ria.
Puas mengekspresikan diri lewat fashion show, peserta kemudian diajak untuk mencurahkan keresahan dan masalah terbesarnya dalam sesi diskusi dan problem solving. Peserta dipersilahkan berbicara, menyampaikan keresahan yang dirasakannya selama ini sebagai remaja Gen Z. Panitia juga membagikan kertas dan alat tulis kepada peserta untuk menuliskan permasalahannya. Kertas yang telah diisi oleh peserta kemudian dikumpulkan dan dipilih sebanyak 5 lembar untuk dijadikan topik dalam diskusi.
Kegiatan berlanjut dengan sesi training self-love. Berangkat dari setiap permasalahan yang telah dipilih dan dipecahkan bersama oleh setiap kelompok, Mila selaku pembicara, menyampaikan poin-poin tentang self-love dan bagaimana membangunnya dalam diri masing-masing. Kemudian panitia membagikan kertas berwarna merah muda berbentuk hati kepada peserta. Peserta diminta menuliskan surat atau kata-kata dorongan untuk dirinya sendiri dalam kertas tersebut.
Di sesi selanjutnya, peserta menyaksikan sebuah film pendek bertajuk “Aku dan Damai”. Film tersebut merepresentasikan isi hati seorang remaja yang ingin berdamai dengan dirinya sendiri sebagai seorang manusia. Seusai menonton film, peserta dipersilahkan untuk menyampaikan pandangannya tentang film tersebut.
Berakhir dari sesi sebelumnya, kini masuklah pada sesi relaksasi. Peserta diminta menutup mata dan menundukkan kepala. Menenangkan pikiran dan mengapresiasi diri sendiri di dalam hati. Iringan lagu berjudul “Dunia Tipu-Tipu” oleh Yura Yunita berhasil menciptakan suasana tenang dan syahdu. Beberapa peserta dibuat menitikkan air mata saat relaksasi berlangsung.
Baca Juga: Kepulan Asap dari Sudut Untan
Di penghujung acara, peserta diminta menuliskan kesan dan pesannya selama mengikuti kegiatan. Dua orang peserta maju menyampaikan harapannya untuk kegiatan yang telah dilakukan dan juga kepada Generasi Literat sebagai penyelenggara kegiatan.
Haryadi, salah satu peserta berharap agar di kesempatan selanjutnya kegiatan ini dapat menjangkau Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP) di Kalimantan Barat.
“Semoga kedepannya generasi damai ini dapat menjangkau seluruh elemen pemuda tentunya dari OKP-OKP yang ada di Kalimantan Barat” pungkasnya.
Penulis: Ibnu
Editor: Hilda