mimbaruntan.com, Untan- Dalam rangka memperingati Hari Kebebasan Pers Dunia, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pontianak menggelar aksi dengan mengusung tema Save Journalist di taman bundaran Tugu Digulis Pontianak, Rabu, (3/5). Aksi ini turut diikuti oleh sejumlah pers mahasiswa Pontianak.
Dibawah terik matahari, Boyke Sinurat selaku koordinator lapangan aksi ini menyampaikan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh jurnalis saat ini. Satu diantaranya kekerasan terhadap jurnalis.
“Fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa kekerasan terhadap jurnalis masih terjadi, meskipun tidak di semua daerah. Kekerasan terhadap jurnalis ini memang dipengaruhi berbagai faktor, kepentingan bisnis dan politik,” ungkapnya.
Dalam kesempatan ini, Boyke mewakili AJI Pontianak juga menghimbau kawan – kawan jurnalis untuk tetap mematuhi kode etik jurnalistik.
“Di momen hari ini AJI Pontianak mengajak seluruh kawan kawan jurnalis untuk tetap berhati – hati dalam kegiatan meliput, kode etik jurnalistik haruslah tetap di patuhi,” himbaunya.
Persoalan yang berbeda dipaparkan oleh Irvan, Ketua Umum Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, masih banyaknya bentuk pelemahan – pelemahan yang dilakukan rektorat terhadap Pers Mahasiswa (Persma) hari ini. Beberapa diantaranya adalah mengurangi dana kelembagaan dan menekan Persma untuk memberitakan citra baik kampus saja.
“Dana kelembagaan dikurangi, ini bentuk pelemahan terhadap Persma, ketika tidak punya dana, Persma bisa saja mati, Persma hari ini walaupun tanpa dana masih bisa hidup dengan menggunakan media sosial, website, dan lain-lain. Rektorat atau birokrasi kampus terlalu berpandangan atas nama citra kampus, mereka tidak mau kita memberitakan hal hal yang buruk. Kita selalu dianjurkan dan ditekan bahwa Persma harus memberitakan hal hal yang baik saja terhadap kampus, nah itu bentuk pelemahan terhadap Persma,” paparnya.
Penulis : Nabilla
Editor : Wirza Rachman