mimbaruntan.com, Untan, Teriakan memenuhi ruangan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Universitas tanjungpura (Untan) seketika saat layar mengumumkan Universitas Tanjugpura meraih juara satu dalam National University Debating Championship (NUDC) pada Selasa (29/9). Gegap gempita mewarnai ruangan yang menjadi tempat Feliani dan Leonardo berhasil menyabet juara satu kategori main draw mengalahkan 111 tim di seluruh tanah air. Untuk pertama kalinya, pemenang NUDC berasal dari luar Pulau Jawa.
Disusul tangis Feliani, Leonardo dan tim Duty (Debating Union of Tanjungpura University), beserta para pelatih debat mengangkat tangan bersorak dan memeluk satu sama lain. NUDC akhirnya selesai, WUDC (World University Debating Championship) pun menanti mereka di 2021 mendatang yang nantinya akan diselenggarakan di Korea Selatan.
“Sebenarnya benar-benar pengen keluar dari debat tahun lalu karena debat itu emang secapek itu, semenggilakan itu bahkan setelah aku menang NUDC hari ini juga aku masih kayak capek, badan ku capek banget pikiran ku capek banget tapi happy gitu kan,” cerita mahasiswa semester 5 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan itu saat dihubungi melalui Whatsapp.
NUDC yang dilaksanakan secara daring akibat Pandemi Covid-19 ini justru menjadi kesempatan untuknya mendapatkan dukungan langsung dari teman-teman terdekat, para dosen, dan orangtuanya. Dukungan dari semua pihak itulah yang menguatkannya selama menjalani hari-hari persiapan kompetisi.
“Dukungan dari senior-senior di Untan itu luar biasa banget meluangkan waktu mereka untuk latihan sama kami, padahal benar-benar gak dibayar sebenarnya. Luar biasa banget, dedikasi mereka buat aku kayak aku gak boleh nyerah, apalagi aku sampai aku berfikir merasa capek dari pada mereka, padahal mereka lebih capek dari pada aku soalnya,” ujar Feli, panggilan akrabnya.
Baca juga : Alokasi SPI di Kala Pandemi
Kecintaannya pada buku membuat Feli menjadikan ajang debat ini sebagai wadah untuk mengeksplorasi lebih tentang bacaannya. Baginya, debat bukanlah sekedar bagaimana ia menang dalam kompetisi ini, tapi juga bagaimana ia menang dalam hidup dan mengantarkannya hingga ke titik sekarang.
“Debat itu kayak cinta pertama gitu. Aku kan orangnya suka baca banget, tapi aku tu ngerasa tidak punya wadah mau untuk apa bacaan ini, debat itu memaksa aku untuk menggunakan apa yang aku baca dan logika-logika supaya terbentuk argumen-argumen yang baik dan persuasif. Jadi debat itu benar-benar membuatku di titik sekarang di mana aku bisa jadi duta lingkungan, bisa jadi seorang yang peduli dengan isu feminis misalnya, itu karena dibantu banget sama debat juga,” kisah Feli menceritakan melalui pesan suara Whatsapp.
Adityo Sudagung, pelatih debat Tim Untan menceritakan bagaimana persiapan tim debat Untan di hari sebelumnya. Menurutnya, Feliani dan Leonardo secara komposisi sudah memiliki kekompakan yang sudah terbangun sejak NUDC tahun lalu, sehingga kerjasama tim mudah terbentuk.
“Mereka juga diminta menyimak video penampilan debat tingkat nasional dan internasional, seminggu terakhir mereka mendapatkan tawaran latih tanding dengan Universitas Brawijaya sebanyak dua kali dan mendapatkan banyak masukan dari pelatih Brawijaya.” ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik itu saat dihubungi pada Rabu (30/9).
Adityo juga menceritakan Tim Untan harus pindah lokasi saat kompetisi berlangsung karena jaringan wifi Untan yang terputus, namun kendala itu tidak membuat Feliani dan Leonardo hilang konsentrasi.
“Yang unik adalah saat mereka harus pindah lokasi dari BAAK lantai 3 ke rumah saya karena internet Untan mati,” pungkas Adityo.
Reporter : Monic
Penulis : Mara
Editor : Mita