Badan Eksekutif Mahsiswa (BEM) merupakan organisasi teratas disuatu fakultas, universitas atau Perguruan Tinggi yang mewadahi aspirasi seluruh Mahasiswa. Birokrasi kampus yang menganut paham demokrasi memberikan kesempatan seluruh Mahasiswa untuk berkontribusi dalam aktor pemangku jabatan BEM. Suatu ajang bergengsi yang dimana setiap tahun dilaksanakan dalam dinamika politik kampus. Puncaknya mewujudkan pesta demokrasi untuk pemilihan suatu pemimpin dengan gelar Presiden Mahasiswa yang dipilih dengan pungutan suara tertinggi. Sudah tidak asing didengar pergelaran pesta demokrasi tersebut banyak menimbulkan dinamika yang rumit, interpensi dari segala arah bermunculan untuk mengejar kemenangan. sehingga fungsi, arah dan tujuan BEM yang sejatinya untuk mewadahi aspirasi seluruh mahasiswa terlupakan karena permainan politik untuk mendapatkan jabatan.
Perwujudan kebijakan dan keputusan untuk tata kelola BEM seharusnya mempertimbangkan aspirasi seluruh Mahasiswa dengan segala elemen yang bukan hanya menganalisis dengan satu pertimbngan aspek dan kesamaan pola pikir yang seragam dari suatu kubu tertentu. Kekeliruan banyak terjadi, tujuan awal terbentuknya suatu lembaga/organisasi baik dari fungsi, arah gerak dan sistem yang dibuat terlupakan dan tersembunyi karena pola pikir yang hanya mementingkan keserakahan jabatan. Hal yang menjadi dasar kekeliruan tersebut disebabkan pemikiran yang salah. Pemikiran yang sudah lama terkonflik, ingin berbalas menonjolkan keangkuhan dan kepameran atas apa yang dikuasai dalam suatu jabatan.
Sebuah kebijakan dan keputusan yang dilakukan dengan tidak mempertimbangkan intregitas, kombinasi yang baik dalam penentuan fungsi, arah dan tujuan tidak layak direalisasikan karena tidak sesuai dengan seharusnya yang dilaksanakan. Spekulasi yang keliru terhadap pemangku jabatan hanya memajang kulit, padahal ada didalamnya yang menjadi poin utama harus dilaksanakan untuk ukuran sebuah keberhasilan namun banyak ketimpangan-ketimpangan yang disembunyikan dan ditutupkan. Waktunya kita untuk keterbukaan menyatukan kombinasi untuk mengikis secara perlahan dinamika kampus yang sudah lama menghitam, memcetuskan konflik yang secara tidak langsung memberikan dampak dalam lembaga teratas aspirasi mahasiswa yaitu. Satu tekad satu tujuan menjadi poin utama dalam semangat mahasiswa yang tidak pandang bulu membentuk satu barisan agar tertata lebih rapi dan terbentuknya tatanan masyarakat kampus yang bermental gotong royong. Saatnya perubahan BEM yang sejatinya menjadi wadah aspirasi seluruh Mahasiswa terwujudkan dengan pola kekeluargaan yang memberikan keadilan kebijakan kepada seluruh Mahasiswa.
Oleh : Alan Nuari, Mahasiswa AGRIBISNIS B 2014