Perguruan Tinggi merupakan tujuan utama bagi para pelajar yang baru saja menyelesaikan belajarnya dari sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat untuk melanjutkan studinya. Banyak yang beranggapan bahwa kuliah sangatlah menyenangkan dan sangat membanggakan orang tua atau siswa itu sendiri. Oleh sebab itu beribu-ribu orang bersaing untuk dapat lulus tes masuk perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negri maupun swasta, dengan harapan mereka dapat memperoleh pendidikan yang baik, berkualitas serta dapat mewujudkan ribuan bahkan jutaan harapan dan impian mereka.
Ketika gelar sebagai mahasiswa sudah didapatkan, permasalahan menjadi seorang mahasiswa yang sebenarnya akan dialami. Memang menjadi mahasiswa sangat menyenangkan dan membanggakan pada awalnya, namun seiring waktu dan hal-hal yang terjadi dalam dunia kampus membuat gelar sebagai mahasiswa menjadi beban bagi sebagian orang. Banyak permasalahan-permasalahan terjadi yang memberatkan mahasiswa, baik itu dari segi proses belajar mengajar, penilaian, serta yang tidak kalah pentingnya adalah masalah transparansi biaya. Yang ingin saya paparkan disini ialah posisi mahasiswa yang tampak selalu menjadi “korban” sistem pendidikan yang ada saat ini. Mungkin bukan sistem pendidikannya saja tapi juga pelaksana atau “aktor” sistem itu sendiri yang memiliki peran paling besar dalam menciptakan hasil pendidikan.
Sebagai lembaga pendidikan formal universitas setidaknya memiliki tugas dan fungsi utama yakni mengkoordinasi, melaksanakan, memantau dan menilai penjamin mutu (quality insurance) dan meningkatkan kualitas (quality improvement). Namun, sebagian besar tugas dan fungsi tersebut tidak terlaksana dengan baik. Sebagai contoh, sistem mengajar sebagian dosen yang tergolong sangat tidak professional dan pola mengajar yang tidak sesuai untuk diterapkan kepada mahasiswa.
Kurikulum yang digunakan dalam sistem pendidikan saat ini menuntut para mahasiswa harus berperan aktif dalam proses belajar-mengajar. Mahasiswa diberikan kebebasan untuk memberikan ide, kreatifitas, dan kegiatan-kegiatan yang mendukung proses pendidikan. Intinya pengajar hanya membimbing dan mengontrol.mahasiswa lebih berperan aktif. Namun, masih banyak metode pembelajaran seperti itu tidak terlaksana. Sebagian pengajar mengambil alih semua proses belajar-mengajar misalnya dengan mendikte semua bahan ajar dan menyuruh mahasiswa mencatat sebanyak materi yang didiktekan sambil menjelaskan dengan kata lain seperti mengajar anak SMP atau SMA. Seharusnya tenaga pengajar bisa menerapkan kurikulum yang telah diatur untuk membentuk fokus grup diskusi (FGD), yang mengutamakan besarnya peran mahasiswa. Mereka diberi kebebasan untuk meng-eksplore pengalaman maupun pengetahuan mereka, serta melakukan debat argumen untuk pembahasan yang tentunya masih sesuai dengan apa yang menjadi bahan ajar. dengan demikian, proses belajar-mengajar akan lebih hidup dan semua mahasiswa dapat menggali pengetahuan mereka.
Namun, saat ini fungsi dan tugas lembaga pendidikan untuk menilai penjamin mutu dan meningkatkan kualitas masih belum terwujud dengan baik. Yang menjadi pertanyaannya ialah siapakah yang memiliki peran besar dalam menanggapi hal ini? Jelas jawabnya ialah semua aktor yang terlibat dalam lembaga pendidikan tersebut. Jika dalam ruang lingkup Universitas, tentu mahasiswa, dosen, dekan, rektor dan yang lainnya harus bekerjasama dalam mewujudkan sistem pendidikan yang baik. Sayangnya, banyak diantara aktor-aktor tersebut yang berjalan sendiri-sendiri. Sehingga tidak tercapainya hasil yang diharapkan.
Dalam artian, semua ini bukan men-judge semua sistem pendidikan jelek. Namun, mengapa hal demikian seolah-olah dijadikan kebiasaan dan membudaya dalam dunia kampus? apakah mahasiswa yang salah atau sistem pendidikan dan pengajar maupun perangkat-perangkat yang ada di universitas tersebut? Hal Ini mungkin patut kita pikirkan kembali dan mencoba untuk bercermin pada diri sendiri, baik itu mahasiswa, dosen, dan lainnya, supaya sistem pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan generasi bangsa yang benar-benar berkualitas tinggi, sehingga mampu bersaing kedepannya. (Aam)