[Pers Release] Earth Hour kembali menyapa publik Pontianak. Gerakan kampanye global yang diinisiasi WWF ini menyasar semua komponen. Mulai dari individu, komunitas, pelaku bisnis, hingga pemerintah. Seluruh komponen tersebut diajak untuk bersama-sama peduli pada upaya penurunan emisi karbondioksida yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global hingga akhirnya berdampak pada perubahan iklim.
Koordinator Earth Hour Kota Pontianak Windy Chintia mengatakan bahwa malam puncak selebrasi EH akan dihelat pada 24 Maret 2018. “Sayang sekali, tahun ini kurang mendapat respon dari pemerintah. Mungkin karena bertepatan dengan kampanye Pemilukada atau ada faktor lain,” katanya dalam Media Briefing EH di Kantor WWF-Indonesia Program Kalbar, Kamis (15/3/2018).
Earth Hour, kata Windy, dalam melakukan pergerakan selalu menunjukkan cara untuk peduli, serta melakukan satu aksi mudah dan murah secara serentak di seluruh dunia. Yakni, mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak digunakan selama satu jam, pada setiap hari Sabtu di minggu ketiga bulan Maret jam 20.30-21.30 (waktu setempat).
Mahasiswa Biologi Universitas Tanjungpura Pontianak ini menjelaskan bahwa Earth Hour merupakan gerakan massal yang memiliki tujuan untuk mengampanyekan gaya hidup hijau. Oleh karenanya, terdapat beberapa program kegiatan yang dilaksanakan demi mencapai masyarakat yang lebih sadar dan peduli akan pentingnya menjaga bumi. Program kegiatan ini terdiri atas Public Campaign, School Campaign, Goes to Campus, dan lain-lain yang terangkum dalam Beyond the Hour.
Pelaksanaan Earth Hour yang setiap tahunnya diadakan di ikon kota ini, bertujuan mengangkat ikon kota dan menunjukkan kepada dunia tentang komitmen pemerintah kota dalam upaya mengurangi emisi karbondioksida.
Sebagai puncak dari rangkaian kegiatan tersebut, Earth Hour akan mengadakan malam selebrasi di Taman Alun Kapuas sebagai venue utama. Kegiatan lain juga dihelat di beberapa ikon kota seperti Masjid Mujahidin, Tugu Digulis Untan, dan Gereja Katedral yang akan menjadi spot Switch Off pada malam tersebut.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak, Sri Sujiarti, M.Si mengatakan gerakan ini mengajak setiap orang untuk dapat berperan serta dalam mengurangi laju perubahan iklim, dengan menjadikan gaya hidup hijau dan berperilaku hemat energi sebagai sebuah kebiasaan. “Contoh gaya hidup hijau ini dapat dilakukan dengan memilah sampah. Hal ini sejalan dengan program Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak yang salah satunya untuk mewujudkan Pontianak Bebas Sampah 2025,” katanya.
Manager WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat, Albertus Tjiu mengatakan Earth Hour adalah salah satu media campaign WWF yang mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. “Jika masyarakat peduli, hal ini akan berpengaruh terhadap banyak aspek. Misalnya, Sustainable Consumption Production dan biodiversitas. Perilaku konsumtif masyarakat yang tidak diiringi dengan kepedulian terhadap lingkungan akan menyebabkan umur bumi semakin pendek dan tidak layak untuk ditinggali,” jelasnya.
Dampak dari ketidakpedulian ini sudah dapat kita rasakan, mulai dari suhu udara yang semakin panas, musim yang tidak menentu, dan lain-lain. Selain itu, perilaku konsumtif ini juga berpengaruh terhadap banyaknya hutan yang ada dari banyaknya jumlah produk olahan kayu yang digunakan. Banyaknya hutan yang ter-alih fungsi-kan ini berpengaruh terhadap biodiversitas yang ada, khususnya di Kalimantan Barat.
Untuk tahun 2018, Earth Hour di Indonesia telah memasuki tahun ke-sepuluh dan di Pontianak tahun ke-tujuh. Tentunya Earth Hour telah membawa perubahan gaya hidup kepada individu, komunitas, pelaku bisnis hingga pemerintah.
Pemerintah Kota Pontianak mendukung kegiatan ini dengan mengeluarkan surat edaran untuk mematikan lampu yang tidak digunakan selama 1 jam pada pukul 20.30-21.30.
Sehubungan dengan hal itu, Earth Hour Pontianak mengadakan Media Gathering dengan menggandeng seluruh media yang ada di Kota Pontianak untuk mengingatkan kembali apa saja yang telah dilakukan oleh Earth Hour Pontianak selama satu tahun ke belakang.