Judul Buku : Garis waktu
Penulis : Fiersa Besari
Penerbit : Mediakita
Tahun terbit : 2017
Tebal buku : iv + 212 Halaman
Buku berjudul “Garis Waktu” karya penulis Fiersa Besari merupakan serangkaian kumpulan pemikiran dan perasaan yang Bung Fiersa (panggilan akrab Fiersa Besari) jadikannya laksana sebuah surat per-bab. Setiap suratnya saling memiliki benang merah dengan surat lainnya pada bab-bab berikutnya. Buku ini merupakan rangkuman beberapa tulisan Bung Fiersa dalam kurun waktu 2012-2016, suatu perjalan cerita yang cukup panjang.
Bercerita tentang sosok tokoh “Aku” dan “Kamu” yang menyajikan rangkaian perasaan mulai dari mengagumi kemudian memendam perasaan, berharap, kasmaran, jatuh cinta, patah hati dan dikhianati, hingga kemudian bangkit kembali dengan sebuah rasa pengikhlasan sebuah kepergian. Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan jika Bung Fiersa menceritakan dari awal pertama kali saling menatap hingga akhirnya tidak lagi saling menetap.
Yang dijabarkan melalui 46 bagian, selain menceritakan kronologi tokoh aku dan kamu, buku ini juga menyelipkan kisah tentang keluarga, harapan, dan cita-cita. Buku ini beralur cukup sederhana namun kompleks. Dalam perjalanannya, ada lara, tawa, kecewa serta cinta yang ditumpahkan. Tidak hanya itu, serangkaian emosi juga terselip di dalamnya, membawa perasaan campur aduk bagi pembacanya terlebih ketika membacanya dalam keadaan sedang patah hati.
Baca Juga:Resensi Buku: Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Buku “Garis Waktu” dituangkan dalam suatu alur maju pada setiap surat yang mengacu pada keterangan waktu setiap bulan (dari April tahun pertama sampai Maret tahun kelima). Dijelaskan apik secara runtut. Uniknya di setiap awal bab Bung Fiersa, menyelipkan foto hitam putih yang menurut saya memiliki makna tersirat. Saya memaknainya sesuai dengan imajinasi pembaca dengan acuan setiap judul surat pada setiap bab.
Kemudian di akhir surat diselipkan kutipan-kutipan yang indah berupa kesimpulan dari penjabaran surat, bagi saya setiap kutipan sesuai dengan realita kehidupan nyata. Buku ini bukan hanya sebuah kumpulan perasaan yang dirangkai melalui diksi semata melainkan banyak nilai yang bisa di petik di dalamnya.
Ketika saya membaca buku “Garis Waktu” saya merasa larut dalam mengikuti alurnya, seolah pertama saya berada pada awal waktu hingga maju mengikuti plot yang di tuangkan di dalamnya. Namun sayangnya, alurnya begitu datar, emosi yang ada di dalam cerita harus diresapi sesuai dengan tingkat konsentrasi si pembaca. Agar dapat benar-benar memahami emosi membutuhkan penenggelaman secara mendalam. Terlebih pada bagian yang dianggap sebagai pelarian yang kemudian berujung pada pengkhiantan. Selain itu di dalam buku ini juga terdapat beberapa kata-kata yang perlu pemahaman karena menggunakan kata kajian bukan kata populer misalnya kata konstalasi, stagnasi, bilur dan lain sebagainya.
Penulis : Ersa Dwiyana.