mimbaruntan.com, Untan – Dalam tuntutan yang diajukan oleh sejumlah mahasiswa Pertanian dan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Tanjungpura (BEM Untan) serta Aliansi Anak Petani Kopra Kalimantan Barat, menuturkan aspirasi terhadap dampak menurunnya harga kopra di kantor Gubernur Kalimantan Barat, Selasa (24/9/2019).
Aryansyah, petani kopra yang turut hadir di aksi tersebut mengatakan, dampak dari harga kopra yang murah menyebabkan kuliah anak-anak mereka yang bekerja sebagai petani kopra mengalami kendala ekonomi bahkan ada yang berhenti kuliah. Dia berharap sekali dukungan dari Aliansi Anak Petani Kopra dan mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi mereka serta mengharapkan juga agar pemerintah memperhatikan hak para petani kopra.
“Harga kopra perkilo 3.400 harga normalnya 8000-12000 terutama anak-anak kami yang kuliah ini kuliahnya tersendat bahkan ada yang terhentikan, maka kami dari petani mengharapkan Aliansi Anak Petani dan dari mahasiswa terutama, untuk mendung kami dari petani ini. Harapan pada intinya dengan adanya moment hari tani ini, tolong kepala pemerintah daerah Kalbar terutama pak Midji-nya memperhatikan hak dari petani, kami sangat-sangat minta diperhatikan sekali,” jelasnya.
Sementara itu, Muhammad Al Iqbal sebagai salah satu peserta aksi yang hadir mengatakan bahwa sebenarnya isu mengenai petani kopra sudah lama digarap dan audiensi dengan Dinas Perkebunan pun sudah dilakukan, dan mereka sudah dijanjikan solusi namun belum ada tindak lanjut dari hasil audiensi tersebut.
“Sebenarnya isu ini sudah kita garap dari tahun lalu isu tentang kopra tahun lalu sekitar bulan Desember kita audiensi ke Dinas Perkebunan kemudian hasilnya adalah kita dijanjikan untuk bertemu dengan pak gubernur ,dan kita juga dijanjikan kopra bakal naik harganya karna waktu itu kopra turun dua ribu-an, seribu-an sekilo tapi setahun ini kita nggak ada perubahan harga kopra sekarang kopra itu harganya 3.500 dulunya 8000-an jadi jauh turunnya, dan kita dijanjikan bakal ketemu dengan pak gubernur udah setahun ini kita nunggu ketemu dengan pak gubernur biar memberikan solusi tapi sampai hari ini ngga dipertemukan dengan beliau,” ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan sebagai anak petani juga merasakan dampak dari penurunan harga kopra dan melihat juga dampak-dampak yang ada disekitarnya. Menurutnya, solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat pabrik pengolahan kopra sendiri agar kopra tidak terjual keluar Kalbar dengan harga yang murah.
“Banyak sekali anak-anak kampung yang orang tua nggak punya penghasilan yang cukup kemudian mau kuliah, kan kuliah mahal ya bahkan banyak kawan-kawan mahasiswa yang berhenti kuliah karena tidak mampu membayar kuliah dan kita hari ini membawa kawan-kawan petani dari batu ampar langsung ke sini. Saya anak petani dan kuliah disini merasakan langsung dampaknya seperti apa. Tugas pemerintah seharusnya membuat pabrik pengolahan kopra karena selama ini kita hanya menajdi penghasil barang mentahnya. Kalbar belum bisa mengolah itu secara mandiri jadi solusi jangka panjangnya begitu, gubernur bisa membuat pabrik pengolahan kopra biar seluruh kopra yang ada di Kalbar, pengolahannya juga di Kalbar. Kalau begitukan harganya pasti mahal, tapi kalau kita hanya punya bahan mentah dan pihak luar yang mengelola pasti rendah, “ tutupnya.
Penulis : Marlina Marlin
Editor : Riski Ramadani