mimbaruntan.com, Pontianak – Dampak perubahan iklim menyebabkan tidak teraturnya musim, seperti panas berkepanjangan, dan hujan terus menerus. Hal tersebut mengakibatkan beberapa kerugian seperti gagal panen, banjir, kurangnya sumber air bersih dan lain nya. Untuk itu Jurnalis harus bisa memberitakan tentang perubahan iklim agar masyarakat sadar dan mau bersama mengurangi dampak dari perubahan iklim.
Perubahan iklim terjadi akibat pamanasan global yang disebabkan oleh manusia. ”Pemanasan global dapat melelehkan salju yang ada di Antartika maupun di kutub selatan, ini yg akan manimbulkan perubahan iklim,” ucap Mustikorini Indrijatiningrum, dari Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat saat menyampaikan materi Workshop Jurnalis tentang Perubahan Iklim dan Kesejahteraan Rakyat di Pontianak, 22-23 Maret 2014.
Dihadapan para jurnalis se-Kalimantan Barat, Mustikorini menjelaskan bahwa perubahan iklim itu merupakan suatu rangkaian waktu yang biasanya minimal 30 tahun, dalam perubahan iklim kita harus mengamati paling tidak 30 tahun. Pada kesempatan yang sama, Luhur Tri Prayitno dari BMKG Siantan mengatakan, dampak-dampak perubahan iklim sangat dirasakan oleh petani terutama gagal panen, dan serangan hama yang tidak biasanya. Dirinya menjelaskan bahwa energi yang diterima oleh bumi dari matahari itu sebenarnya dikembalikan ke atmosfir, jadi semua energi atau panas yang berupa gelombang pendek diterima oleh bumi kemudian akan dipancarkan kembali, tetapi karena adanya efek rumah kaca yang sangat besar di atas sehingga dipancarkan kembali ke permukaan bumi, dan menyebabkan bumi menjadi panas. Dengan adanya fenomena tersebut dirasakan perlu bagi masyarakat untuk mengetahui perkembangannya.
Melalui Workshop Jurnalis, dengan tema ”Perubahan Iklim Dan Kesejahteraan Masyarakat” maka peran Jurnalis sangat penting dalam menyampaikan isu tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Pontianak bekerja sama, dengan Friedrich Ebert Stiftung, dan Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dihadiri oleh Eko Kusratmoko dari Pusat Penelitian Geografi Terapan, FMIPA UI. Rudi Zapariza WWF Indonesia program Kalbar. Suwarjono dari AJI Indonesia, Luhur Tri Prayitno BMKG Siantan, dan jurnalis senoir, Riza Primadi.
Dalam sambutannya, membuka acara workshop tersebut, Heriyanto Sagiya selaku Ketua AJI Pontianak mengatakan kita perlu tahu banyak persoalan terkait lingkungan juga perubahan iklim. ”Banyak ilmu yang bisa didapatkan dari pembicara, yang akan kita terapkan di lapangan, terkait lingkungan juga perubahan iklim.” jelas Heriyanto.
Suwarjono menambahkan, kegiatan ini juga untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan. Kita tahu betul selama ini tantangan kedepan semakin berat tidak hanya mempersoalkan baimana menulis tapi bagaimana menangkap isu-isu yang terus berkembang dan ini butuh pemahaman.
”Ada dua hal yang perlu dipahami, diantaranya adalah memahami isu perubahan iklim dan bagaimana bisa membuat laporan tulisan di media nantinya.” Jelas Suwarjono, Sekjen AJI Indonesia. (doy)