“Enam puluh persen ke atas orangutan hidup di luar area konservasi dan kalau semua kawasan itu terbuka, maka jumlah orangutan akan terus berkurang,” Tito Indrawan, Forum Konservasi Orangutan Kalimantan Barat (FOKKAB).
mimbaruntan.com, Untan – Sebanyak 65% habitat orangutan Kalimantan, 15% habitat orangutan Sumatera dan 28% habitat orangutan Tapanuli berada di konsensi Hak Pengusaha Hutan (HPH), Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan sawit dan area pertambangan. Fakta ini membuat jumlah orangutan akan terus berkurang sebab tempat hidupnya terancam.
Penyelamatan orangutan turut menolong mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, tanaman, dan berbagain macam spesies lainnya yang hidup di hutan hujan Indonesia.
“Enam puluh persen ke atas orangutan hidup di luar area konservasi dan kalau semua kawasan itu terbuka, maka jumlah orangutan akan terus berkurang karena tempat hidupnya juga semakin sempit,” jelas Tito, narasumber dalam Webinar Journey To Be Aware yang diadakan oleh Komunitas Keep Earth Borneo dalam rangka memperingati World Orangutan Day pada Minggu (22/08).
Tito memaparkan, dalam sebuah misi konservasi orangutan setidaknya ada 5 yang diperlukan, yaitu strategi dan program aturan kebijakan, strategi dan program kemitraan kerjasama dalam mendukung konservasi orangutan, strategi dan program komunikasi penyadartahuan masyarakat untuk observasi orangutan, serta pendanaan untuk mendukung konservasi orangutan dan habitannya.
“Kuncinya adalah dengan berkolaborasi karena habitat orangutan terkoneksi satu sama lain. Upaya konservasi orangutan yang terintegrasi dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam upaya konservasi menjadi suatu keharusan,” tegas Tito.
Adapun Hanna Adelia Runtu, narasumber dari Pongo Ranger Community mengungkapkan bahwa saat ini masih ada generasi muda yang cenderung tidak peduli akan sekitar karena terlalu fokus pada perkembangan teknologi yang ada.
“Kita sebagai generasi muda memiliki kemampuan, semangat, wawasan yang luas serta kemauan belajar yang tinggi. Tidak hanya sekedar kata-kata, namun harus ada aksi yang kita lakukan untuk konservasi orangutan ini,” imbuhnya.
Hanna menyampaikan, siapapun bisa berkontribusi dalam melindungi orangutan dengan berbagai latar belakang profesi yang berbeda.
“Sebenarnya profesi apapun bisa berkontribusi dalam upaya mengkonservasi dalam hal ini adalah orangutan. Seperti pelajar atau mahasiswa bisa berkontribusi dengan cara belajar yang giat untuk meningkatkan kapasitas, ada juga peneliti, influencer, seniman, jurnalis dan lain sebagainya yang bergerak dalam bidangnya masing-masing,” pungkasnya.
Nurul Oktaviani selaku ketua komunitas Keep Earth Borneo mengatakan bahwa saat ini generasi muda memiliki peran yang penting dalam upaya penyadartahuan keberadaan orangutan.
“Generasi muda harus tau bagaimana kondisi orangutan sekarang hingga bisa disebut terancam. Kita tinggal di bumi, apa yang kita berikan terhadap bumi maka akan bumi akan berikan kepada kita. Maka sudah saatnya para pemuda mengambil perannya untuk aksi yang berkelanjutan,” ungkapnya.
Lulut Prasetyo, satu diantara 240 peserta yang hadir mengaku tergerak untuk turut ambil bagian dalam menjaga habitat orangutan usai mengikuti rangkaian acara webinar.
Penulis: Monica Ediesca
Editor : Mara