Empat belas abad silam ditengah gurun pasir Arabia, seorang nabi diturunkan: Muhammad sang terpuji. Saat risalah pencerahannya menyapu seluruh jazirah Arab dan menyatukan suku-suku yang semula bertikai, istri kesayangannya, Aisyah binti Abu Bakar, yang berjuluk Humaira —yang berwajah kemerahan — mengisahkan kesaksiannya atas perubahan Muhammad dari seorang nabi menjadi salah satu negarawan paling berpengaruh di dunia.
Namun, tak lama setelah momen puncak kemenangan sang Nabi, beliau jatuh sakit dan wafat dalam pelukan sang Humaira. Sebagai seorang janda muda yang dihormati, Aisyah menemukannya berada di pusat imperium muslim yang baru terbentuk dan kemudian beralih peran sebagai seorang guru bangsa, pemimpin politik, dan bahkan panglima perang.
Ditulis dalam prosa yang indah dan berdasarkan riset teliti, novel luar biasa ini adalah kisah menyentuh tentang pergulatan hidup dan cinta seorang perempuan istimewa yang ditakdirkan untuk membantu mengantarkan Islam ke pentas dunia. Hingga pada masanya nanti, yang diharapkan dari adanya novel ini adalah kisah-kisah tentang Nabi Muhammad, Aisyah, Ali, akan menjadi lumrah di kesusastraan dunia seperti halnya buku-buku yang berbicara tentang tokoh-tokoh sejarah seperti Cleopatra, Ratu Elizabeth I, Julius Caesar, dan Iskandar Agung.
Baca Juga: “Pondok Buruk” Sebuah Kisah Kerinduan Orang Tua Pada Buah Hatinya
Dengan korpus data historis tentang Nabi Muhammad yang terperinci yang tetap menjadi kontroversi karena di dalam komunitas muslim sendiri interpretasi tentang peristiwa sejarah Islam sering menjadi perdebatan antara kaum Sunni dan Syiah. Penulis membuka prolog dengan mengangkat point of view dari Aisyah.
Penulis menggambarkan emosi yang ada dalam tokoh Aisyah begitu mendetail. Seolah-olah Aisyah memang sedang berkisah dengan kemenakannya dengan kesengsaraan menghidupkan imperium muslim di tengah-tengah masyarakat Arabia yang barbar bersama Nabi Muhammad dan pasca meninggalnya Nabi Muhammad. Sehingga pembaca lebih mudah untuk membayangkan.
Berawal dari suatu ritual haji di Mekkah, Aisyah yang berumur 6 tahun digambarkan sangat berani saat melihat penyiksaan Bilal oleh majikannya ditengah-tengah masyarakat dari berbagai Negara saat ritual haji berlangsung. Untuk pertama kalinya ia diperlihatkan kepada pembunuhan tragis Sumayyah dan suaminya di tengah-tengah gurun yang dilakukan oleh Abu Jahal dengan keji dan beringas.
Setelah kejadian itu berentetan ujian menimpa orang-orang muslim. Kelaparan di Mekkah yang menjadikan orang-orang muslim di Habsyi yang telah lama hidup damai di kerajaan Kristen kembali ke Mekkah. Kemudian disusul dengan kematian Khadijah, istri Nabi Muhammad, hingga kematian Abu Thalib, paman Muhammad. Kaum muslim terpaksa harus berpindah di suatu kota bernama Yastrib dimana mereka disambut baik oleh penduduk Yastrib dan hidup berdampingan dengan Kaum Yahudi
Berbagai perang berlangsung digambarkan begitu mendetail berdampingan tentang iman dan logika, penghianatan, aturan Allah yang datang terus menerus. Tuduhan tak berdasar, nafsu, amarah, dendam, mutilasi, hingga pernikahan Nabi yang menyulut emosi Aisyah terus mengiringi kisah di dalamnya. Serta perang saudara yang terjadi setelah wafatnya Nabi.
Baca Juga: Keluarga Cemara: Film Penguras Air Mata
Penulisan alur cerita yang apik tersusun membuat pengambaran masing-masing tokoh tampak unik dan intens. Aisyah yang digambarkan sangat berani dalam kebenaran tergambar dari kisah 6 tahunnya yang lugu tapi selalu penasaran. Ali yang pendiam dan memiliki mata yang tajam menggambarkan keseriusannya dalam berpikir dan bekerja serta kesan misterius yang tergambar jelas.
Pembunuhan tanpa ampun yang dilakukan Abu Jahal menggambarkan sosoknya yang pintar dalam bodoh dalam bertindak. Hindun yang dikenal bengis dan tak segan-segan menjilat bangkai mayat musuhnya yang telah dimutilasi di depan umum dan masih banyak lagi penggambaran tokoh yang lebih unik dan intens di dalamnya yang berhasil menaikturunkan emosi pembaca. Yang didapat dari setiap kejadian di sini adalah semua hal, kejahatan dan kemulian selalu ada sebab yang jelas di dasarnya.
Kisah tentang sejarah Islam yang selalu menjadi kontroversi di kalangan Sunni dan Syiah tidak pula menjadikan buku ini tidak pantas atau pantas dibaca oleh salah satu golongan. Karena keseimbangan cerita yang digambarkan. Novel ini juga cocok dibaca oleh kaum manapun, muslim maupun bukan untuk menyelami sejarah Islam karena kisah ini berdasarkan riset yang terperinci dan mendalam. Walau begitu, dalam novel tentunya pasti banyak ditambahi bumbu-bumbu karangan untuk menarik perhatian pembaca
Penulis : Maratushsholihah
Editor : Aris Munandar