Judul Buku : Distilasi Alkena
Penulis : Wira Nagara
Penerbit : Mediakita
Tebal : 158 halaman
Umar bin Khattab pernah berkata “Penyesalan tidak dapat mengubah masa lalu, begitu pula kekhawatiran tidak dapat mengubah masa depan”
Ya, tidak ada yang bisa kembali ke masa lalu, mengubahnya sesuai cerita yang kita inginkan, lalu duduk manis dengan secangkir teh di tangan sembari berkata “Inilah takdir yang aku inginkan”. Masa lalu memang serumit itu, meninggalkan penyesalan yang kita tidak punya kuasa untuk mengubahnya.
Seperti dalam buku karya Wira Nagara yang berjudul Distilasi Alkena ini berisi ungkapan perasaan terpendam kepada seseorang di masa lalu lewat diksi yang unik dengan menggunakan analogi istilah ilmiah. Distilasi Alkena sendiri jika diartikan sebuah proses memisahkan dua hati yang tidak dapat dipisahkan karena suatu ikatan perasaan. Meskipun Wira dikenal sebagai seorang komika yang identik dengan bualan senda gurau, namun dalam buku perdananya ini ia tulis dengan penuh perasaan tentang bagaimana seorang lelaki yang ditinggal oleh seorang perempuan sebelum sempat dimiliki namun lebih memilih pria lain yang dirasa lebih mapan darinya. Kumpulan tulisan di dalam buku ini membawa pembaca ikut merasakan bait demi bait kata di setiap bagiannya, terlebih feel yang dibangun sangat cocok dibaca saat sedang patah hati.
Kebanyakan bagian tulisan dalam buku ini merupakan kisah hasil pengalaman Wira sendiri tentang kegagalannya membangun sebuah hubungan dengan seorang yang disebutnya sebagai perempuan paling memesona. Namun di beberapa bagian lainnya terselip kisah yang sama dari beberapa sahabat. Jadi dapat dikatakan ketika saya membaca buku ini, maka saya yang dapatkan adalah bahwa kesuluran bagiannya memiliki benang merah yang sama.
Kelebihan dari buku ini adalah penggunaan diksi yang tidak biasa, meski judul setiap bagiannya juga menggunakan analogi ilmiah, namun di akhir halaman setiap bagiannya juga diberikan terjemahan dari judul di bagian tersebut yang diketik khusus menggunakan mesin tik sehingga menimbulkan kesan elegan meski terletak di halaman terakhirnya. Quotes yang diselipkan di beberapa halaman juga semakin membawa kita untuk merasakan dunia patah hati sang penulis.
Penulis: Novi Rahayu