mimbaruntan.com,Untan– Any Rahmayani melanjutkan kajian historisnya mengenai perniagaan di Borneo Barat, lebih spesifik tentang hubungan kelompok masyarakatnya. “Catatan kolonial menunjukkan bahwa kelompok-kelompok masyarakat di Kalimantan Barat pada abad ke-19 menunjukkan ciri tersendiri dalam budidaya tanaman pangan maupun tanaman niaga,” katanya.
Orang Dayak dalam kehidupan subsisten mereka, melakukan penanamanan tanaman pangan yang didukung dengan peternakan babi dan penangkapan ikan di sungai. Sistem barter juga sering dilakukan dengan pedagang perantara untuk mendapatkan kain, manik-manik serta garam. Hulu-hulu sungai dianggap lebih mewakili kegiatan mereka di bidang pertanian dan hasil hutan. “Kegiatan mereka yang mengandalkan kegiatan ladang berpindah lebih mungkin dilakukan di wilayah-wilayah yang masih memiliki lahan untuk digarap. Mereka merupakan kelompok produsen yang mendukung aktivitas niaga Kalimantan Barat,” ungkapnya.
Baca Juga :Geliat Niaga Pelabuhan Borneo Barat Masa Lampau
Sedangkan menurut uraian Mary Somers Heidhues, orang Melayu diidentikkan dengan Muslim dan aktivitas di sekitar kerajaan. Kerajaan bahwa orang Tionghoa yang tinggal di pedalaman beraktivitas di sekitar pertambangan emas. Umumnya mereka yang tinggal di pedalaman adalah orang Hakka. Sedangkan Teochiu atau Hoklo lebih senang berada di perkotaan dan berdagang (2008: 65).
Orang Tionghoa yang dikenal dengan aktivitas tambang emasnya juga melakukan penanaman tanaman pangan. Mereka memperkenalkan jenis sayur-sayuran seperti sawi, lobak serta menanam padi. Orang Tionghoa memiliki pengaruh besar dalam rantai perdagangan sebagai pedagang maupun konsumen.
Baca Juga : Tanaman Niaga dari Pesisir dan Pedalaman
Aktivitas perdagangan dari pedalaman menuju pesisir di Pantai Barat Borneo dihubungkan lewat sungai. Produk-produk dari pedalaman dikumpulkan oleh bandar di pedalaman, baru diangkut menggunakan kapal menuju ke pelabuhan besar. “Komoditi niaga dari Borneo Barat berupa hasil tambang, pertanian dan hasil hutan,” kata Any Rahmayani. Produk niaga dari Kalimantan Barat pada abad ke-19 yang tercatat laku diperdagangkan adalah sarang burung, lilin lebah, rotan, kapur barus borneo, kayu, serbuk emas, intan, damar, rotan, minyak tengkawang, sarang burung, kopra, karet, gambir, lada, sagu, kelapa, dan pinang.
Penulis : Aris Munandar