Setiap malam-malam senyap
Dipojok kamar aku mengendap
Di bawah lampu remang-remang
Mengingat waktu dan mengenang
Semuanya seketika tersingkap
Meski bertahun lalu telat terlewat
Namun ini bukan tentang waktu
Melainkan tentang bercuil rindu yang bertumpu
Pernah ada bertahun silam seseorang memberitahu caranya berlagu, meski tak merdu
Pernah ada pula penopangku bermain sepeda meski beroda tiga
Pernah pula di tengah angin kencang tangan kecilku digenggam untuk terus berjalan
Seringkali ketika kelelahan aku di letakkan di pundak agar menjadi tinggi dan terangkat.
Memang benar kata mereka, tangannya kasar ketika gusar
Selalu menyentuh namun tak pernah merengkuh untuk membuatku terenyuh
Benar pula kata mereka ia adalah duri dalam daging yang memberi lara
Benar adanya pula tentang Pepatah lama “manusia mati meninggalkan nama”
Mereka mencerca bahwa tak ada yang bisa kubangga
Seakan mengaliri darah yang hina kadang mereka berkata tanpa mengenali rasa
Sesungguhnya aku tak pernah benar-benar terluka olehnya tapi oleh mereka
Kebencian itu bukan datang dariku, tapi dari rasa malu
Hingga belasan tahun berlalu, perjalananku penuh keajaiban
Entah karena aku orang pilihan, atau semesta memang berbelas kasihan
Kau tak perlu mengkhawatirkan, aku disini berkecupan
Terima kasih untuk kisah indah yang dulu kau dongengkan
Kisah tentang anak pemberani yang tidak menangis di tengah hutan
Sejauh ini aku telah bertumbuh, meski kadang sering mengeluh
Kala semua terasa berat ingin sekali aku bertopang seperti kala bermain sepeda
Tapi kini berbeda, aku mengayuhnya sendirian saja, wajar aku berjalan perlahan karena jika jatuh siapa yang peduli mengulurkan tangan?
Kau tak perlu malu sekalipun malaikat menghakimimu, karena aku pun tak lagi ragu dengan jalanku
Jenguklah aku sesekali dalam tidurku, tak taukah kau di pertengahan malam aku seringkali merindu ?
Jangan gundah aku sudah tak lagi marah
Ini sebuah penerimaan hasil dari pergumulan sepanjang tiga belas tahun aku berjalan
Tak perlu sungkan, semua tentangmu tak melulu menyakitkan
Nyatanya kau adalah bagian terbaik yang membuatku merasa berharga
Katakan kepada Bapa di sana bahwa putrimu tak pernah bercanda dengan takdirnya.
Penulis : Marlina Marlin