“Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir-bibir manusia. Dan ‘Ibuku’ merupakan sebutan terindah.” – Khalil Gibran
Semua orang pasti memiliki sosok yang sangat penting dalam hidupnya. Seseorang yang mengorbankan hidupnya untuk kita, seseorang yang selalu berusaha memberikan semua yang terbaik dan seseorang yang tiada henti berdoa untuk kita. Tiada kata yang dapat terucap jika menggambarkan sosok malaikat tanpa sayap dalam kehidupan ini. Karena ia tidak akan dapat tergantikan oleh siapapun.Ya, malaikat tanpa sayap itu ialah Ibu, sosok perempuan yang tangguh dan tegar ketika badai kehidupan menghempas.
Sebagaimana kita ketahui, pada tanggal 22 Desember telah ditetapkan secara nasional oleh Presiden Soekarno sebagai hari spesial bagi kalangan perempuan, khususnya Ibu. Tapi menurutku momentum hari Ibu tidak hanya kita laksanakan pada satu atau dua hari saja, bagaimana tidak? Ibu merupakan sosok yang sangat berjasa tanpa pernah mengharapkan balasan apapun atas pengorbanannya, bahkan sebelum kita dilahirkan ibu sudah merawat kita dengan sabarnya. Maka dari itu bagiku hari Ibu tidak tepat jika dirayakan hanya pada tanggal 22 Desember saja, karena terkesan hanya mementingkan euforia semata. Yang harus diluruskan ialah pembuktian bahwa bakti anak setiap harinya tidak harus dilandasi dengan hadirnya hari Ibu.
Terlepas dari itu, Ibu juga merupakan tempat pendidikakn pertama untuk anak-anaknya mulai sejak di dalam kandungan, kemudian mengajarkan anak caranya berjalan, berbicara dan menanamkan nilai-nilai moral serta bagaimana bersikap baik kepada semua orang. Dengan sangat sabar ia membimbing anaknya agar tidak salah jalan dan menerima dengan tulus segala kekurangan dan kelebihan yang kita punya.
Pramoedya Ananta Toer pernah berkata, “Tanpa wanita (Ibu), takkan ada bangsa manusia. Tanpa bangsa manusia, tidak ada yang memuji kebesaran-Mu. Semua puji-pujian untuk-Mu dimungkinkan hanya oleh titik darah, keringat dan erang kesakitan wanita yang sobek bagian badannya karena melahirkan kehidupannya, dipertaruhkannya hidup untuk bayi yang telah sembilan bulan kau harapkan dan tunggu-tunggu. Betapa hinanya seorang anak yang tak dapat hargai betapa Ibunya menghadapi maut dan kesakitan sewaktu melahirkannya.” Penuturan ini sudah jelas bahwa Ibu merupakan sosok yang sangat berjasa bagi kelangsungan hidup di dunia, ia menahan begitu banyak kesakitan yang ia sembunyikan di balik senyum tipisnya demi buah hati yang diharapkan dapat berguna untuk kehidupan selanjutnya
Maka dari itu, semua hal yang berkaitan dengan sosok Ibu dapat menjadi topik menarik untuk dibahas. Karena setiap ada kata Ibu yang terucap dari seseorang, entah mengapa ada perasaan hati yang sulit dijelaskan. Banyak kecemasan dan pertanyaaan yang dapat membuat kita kembali berpikir, “Apakah aku masih punya cukup waktu untuk membahagiakan Ibu?”. Sungguh beruntung jika hari itu diwarnai dengan kebersamaan Ibu. Namun bagaimana jika yang tersisa hanya segenggam penyesalan dan haru sebab wajah tak lagi bisa bertemu? Silahkan berandai dalam rindu.
Oleh karena itu, luangkan dan sempatkanlah sebentar apapun waktumu kepada orang-orang yang menyayangimu. Tak perlu menunggu lama mengaku “Sungguh aku menyayangimu, bu!” kepada sosok hebat yang selalu ada bahkan sejak kita masih di dalam kandungan hingga detik ini. Jangan terlambat untuk menyesali segala hal yang kita tak inginkan, jagalah Ibumu dan berbaktilah kepadanya selagi ia ada di sisimu.
Penulis: Monica Ediesca