mimbaruntan.com, Untan – Berkolaborasi bersama Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Good News From Indonesia (GNFI) menggelar webinar bertajuk “Diskusi Hasil Survei Indeks Optimisme Indonesia 2021” pada Jumat (13/8) di ruang virtual Zoom Meeting.
Kunto Adi Wibowo selaku Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI menjelaskan bahwa survei ini bertujuan untuk mengukur seberapa optimistis generasi muda terhadap masa depan Indonesia dalam berbagai sektor kehidupan. Ia menyebutkan bahwa GNFI telah melakukan survei yang sama dari tahun 2008. Namun, tahun ini adalah tahun pertama GNFI bekerja sama dengan KedaiKOPI dalam upaya memperbaiki metodologi survei karena pandemi Covid-19.
“Sejak tahun 2008, GNFI sudah melakukan ini, tapi belum bersama KedaiKOPI. Nah, baru tahun ini kita kerja sama melakukan kolaborasi paling tidak karena kondisi memang sedang covid, dan kita berusaha untuk membuat metodologinya lebih tajam dan bagus,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan hasil survei yang telah dilakukan pada bulan Juli 2021 lalu. Adapun beberapa sektor yang disurvei adalah pendidikan dan kebudayaan, kebutuhan dasar, ekonomi dan kesehatan, kehidupan sosial, serta politik dan hukum. Perolehan indeks optimisme tertinggi terdapat pada sektor pendidikan dan kebudayaan dengan net indeks 83,9 dan sektor politik dan hukum sebagai pemegang indeks optimisme terendah dengan net indeks 32,1.
Seorang Pakar Sosiolog dan Akademisi, Robby Muhammad menyampaikan bahwa keragaman di Indonesia adalah masalah yang ia sorot dalam sisi sosial yang berdampak kepada meningkaynya rasa optimism pemuda Indonesia.
“Tantangan kita itu adalah keragaman yang masih sangat tinggi di Indonesia. Kalau kita menemukan cara bagaimana keragaman ini bisa kita ubah mindset-nya menjadi sebuah kekuatan. Menurut saya, ini akan meningkatkan optimisme,” tambahnya.
Ahmad Erani Yustika selaku Pakar Ekonomi dan Guru Besar Universitas Brawijaya (Unbraw) turut memberikan pandangannya terhadap hasil survei yang telah dipaparkan. Baginya, terdapat manifestasi yang tercermin dari dampak pandemi dengan menempatkan isu kesehatan sebagai salah satu persoalan yang serius di bawah isu kebijakan pemerintah yang dianggap kurang kredibel.
“Beberapa hal misalnya di bidang ekonomi, lapangan pekerjaan yang sebetulnya sebelum masa pandemi itu merupakan salah satu pencapaian pemerintah yang lumayan impresif. Tapi akibat pandemi, datanya kemudian merosot. Saya menyebutnya efek pandemi sehingga untuk beberapa hal tadi itu, katakanlah isu kesehatan, isu lapangan pekerjaan menjadi muncul ke permukaan,” tuturnya.
Adapun Najeela Shihab, pembicara dari Pendidik dan Inisiator Semua Murid Semua Guru, turut memberikan responnya terkait hasil survei indeks optimisme pada sektor pendidikan dan kebudayaan. Baginya, akses pendidikan saat ini belum disertai dengan kualitas yang baik.
“Kalau bicara mengenai akses pendidikan pada saat ini memang pencapaian kita sangat baik. Tapi, itu datang dengan isunya sendiri. Akses tidak selalu disertai dengan kualitas pendidikan yang juga baik, dan ini terjadi di semua jenjang, termasuk jenjang pendidikan tinggi yang tadi jadi alasan untuk optimis oleh pemuda-pemuda ini. Dan kalau kita lihat dari sudut keterjangkauan, itu harganya juga semakin lama semakin tinggi,” jelasnya.
Najeela berharap, ke depannya dapat bersama-sama memberikan dukungan sosial terhadap pemuda Indonesia agar sikap optimisme ini menjadi optimisme yang realistik.
Penulis : Lulu Van Salimah
Editor : Monica Ediesca