mimbaruntan.com, Untan- Hasil kolaborasi Jeremy Angus Fadjari dan Artsential sedang diselenggarakannya pameran seni fotografi yang bertajuk “GAGAPAN”. Mulai tanggal 4-12 Februari mendatang, pukul enam sore hingga selesai yang bertempat di cafe Fase Jalan Nusa Indah 2 no. BB9, Pontianak.
Tema Gagapan yang diambil dalam pameran ini memiliki arti bagi Jeremy Angus Fadjari selaku pembuat karya di pameran tersebut untuk kampung asalnya.
“Gagapan itu dalam bahasa Bali yang artinya ‘Oleh-Oleh‘. Jadi pada pameran ini ada delapan karya, semua foto-foto yang diambil bertema budaya, adat, dan tradisi di Bali. Selama saya kuliah di Institut Seni Indonesia Denpasar, Bali, banyak foto yang saya ambil tentang budaya – budaya disana. Hasil foto yang diambil, saya merasa ini bakalan keren dan unik untuk dibawa ke Pontianak. Akhirnya saya susun dan cetak karya ini merupakan bentuk oleh-oleh dari saya kepada Pontianak,” papar Jeremy
Hasil karya seni fotografi yang ada di pameran ini menggunakan metode cetak alternatif Cyanotype atau Blue Print. Hal tersebut terlihat pada kesembilan karya seni fotografi dan satu karya teks print milik Jeremy.
“Teknik cetak Cyanotype atau Blue Print adalah sebuah teknik cetakan fotografi yang memerlukan bantuan sinar matahari dan juga campuran dari obat kimia Amonium dan Potasium Ferricyanida. Setelah itu dioleskan pada kertas, selanjutnya di jemur setelah beberapa saat di bilas terus dikeringkan, barulah dapat menjadi sebuah karya,” ungkap Jeremy.
Naufal Aulia selaku kurator sebuah Art Handling, organisasi atau sebuah pergerakan manajemen seni di kota Pontianak yang dikenal dengan nama Artsential, mengungkapkan bagaimana akhirnya dapat berkolaborasi dengan Jeremy. Semua bermula dari Kolega Artsential yaitu “Mas Nunung” bertemu dengan Jeremy di Bali saat sedang nongkrong bersama dosen Jeremy.
“Ya akhirnya di todong sama Mas Nunung. Kamu (Jeremy) karyanya apa? interest nya kemana? ternyata dia sebelum ketemu Mas Nunung sudah aktif di media cetak alternatif ini, metode Cyanotype. Sebelum ketemu Mas Nunung sudah aktif dia (Jeremy) ngulik sendiri, akhirnya Mas Nunung telpon ke Artsential, ke Bang Rendy selaku Founder Artsential dan juga Bang Andy tadi,” pungkas Naufal
Naufal pun menambahkan bahwa anak anak yang memiliki minat fotografi selalu terjebak perihal teknis dan gir.
“Tidak hanya sebatas itu bahwa fotografi juga ada teknik cetaknya, cetak alternatif. Bahkan dalam pemilihan kertas ada seninya, fotografi tidak sebatas angle, cahaya, jernih tidak jernih, noise atau apa, bahkan cetak juga bisa di ulik,” tambah Naufal
Sama seperti slogan andalan Artsential “it’s not about the gun, it’s about the man behind the gun”
Naufal pun menyampaikan jika Artsential berkeinginan untuk membuat sebuah kelas yang nantinya dapat membantu bagi orang-orang yang tertarik dalam bidang seni dan itu masih dipersiapkan.
” Artsential akan membuka kelas lagi untuk angkatan kedua, belum tau kapan. Dari wacana udah lama tapi terbentur dengan banyak hal. Semuanya sedang diurus tahun ini, nanti rencananya di jalan suwignyo. Rencananya legalitas juga sedang diurus setelah semuanya diurus baru Artsential bisa buka kelas yang angkatan kedua yang itu pengajar nya adalah teman teman dari angkatan pertama” jelas Naufal
Artsential dapat menjadi ruang berpikir bagi semua orang yang memiliki daya tarik di bidang seni. Berkarya atas bakat yang dimiliki tak hanya dipendam tetapi mau menunjukan karya yang dihasilkan.
“Harapan saya artsential dapat menjadi ruang berfikir seni, desain, seni itu baik musik, gerak, patung, lukis, baik itu grafis di kota pontianak. Jadi bisa saling berjejaring dengan studio-studio seni, bisa berjejaring dengan komplotan-komplotan seni lainnya. Karena seni kalau hidup sendiri saya rasa kurang menarik ,” tutur Naufal
Seorang pengunjung, Adisty Duimer pun menyampaikan kekagumannya terhadap karya pameran tersebut tampak begitu unik dan berbeda dari pameran-pameran yang pernah ia kunjungi.
“Saya sudah mengikuti acara pameran seni beberapa kali dan paham juga tentang seni. Ini baru pertama kali saya melihat hasil pameran yang berbeda seperti di pameran ini. Mulai dari pemilihan kanvas, teknik pembuatannya, dan fotonya. Ini menurut saya sangat menarik dan unik, setelah melihat ini oh ada yang karya seperti ini, karena kan yang kita ketahui kebanyakan lukisan itu mereka hanya melukis-melukis biasa yang abstrak atau fotografi-fotografi biasa dan dipamerkan. Ini pertama kalinya, saya melihat hal-hal yang dikombinasi di karya seni pada pameran ini,” ungkap Adisty Duimer.
Penulis: Kristina dan Tresia
Editor: Ester