mimbaruntan.com, Untan – Saat Ramadhan tiba, satu hal yang selalu menjadi tradisi dan identik di bulan ini adalah ngabuburit. Kegiatan ngabuburit atau bisa dipahami sebagai kegiatan menunggu berbuka puasa ini biasa diisi dengan berbagai macam aktivitas bermanfaat untuk mengalihkan pikiran dari rasa lapar dan haus di penghujung sore.
Ramadhan yang menjadi bulan penuh berkah dan suci ini menjadi ajang untuk para umat muslim memperdalam amal ibadah serta melakukan kegiatan yang bermanfaat namun ringan. Salah satu waktu yang biasanya sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan itu adalah saat ngabuburit. Biasanya, kegiatan bermanfaat yang dilakukan adalah kegiatan yang tidak menghabiskan banyak tenaga, seperti membaca buku non-fiksi, membaca Al-Qur’an, ataupun menyiapkan makanan untuk berbuka. Tapi, ada satu kegiatan bermanfaat lagi yang sebenarnya dapat menjadi pilihan untuk mengisi waktu ngabuburit yaitu, menonton.
Namun, selain bertujuan untuk menghemat tenaga saat puasa, apakah menonton termasuk dalam kegiatan bermanfaat? Nah, bagi sobat yang masih merasa bingung dengan hal ini mungkin bertanya-tanya bagaimana kegiatan menonton yang identik dengan hiburan belaka bisa menjadi kegiatan yang bermanfaat. Stigma atau pandangan tentang kegiatan ini melenceng dari fakta yang sebenarnya, padahal menonton merupakan kegiatan yang bermanfaat tetapi dengan catatan film apa yang dilihat. Banyak ilmu yang dapat dipetik dari sebuah film, bukan hanya menghibur, menonton film juga dapat menjadi sarana inspirasi dan menambah wawasan.
Menonton dengan film yang tepat pasti memberikan sebuah hiburan tersendiri sekaligus memberikan pelajaran tentang kehidupan, seperti kata pepatah “sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui”. Bagi yang masih bingung, mungkin beberapa film berikut cocok untuk sobat sekalian lihat saat ngabuburit sekaligus memberikan semangat baru untuk terus berproses.
1. Moneyball

Bill Beane (diperankan oleh Brad pitt) seorang General Manager di sebuah tim negara bagian Amerika serikat, California, bernama Oakland Athletics (Oakland A’s). Ia memiliki mimpi untuk membangun tim juara, namun keinginan ini harus tersendat oleh tekanan biaya operasional yang tidak masuk akal untuk sebuah tim baseball. Film biografi ini menceritakan bagaimana Bill Beane membuat sejarah baru di dunia baseball dengan menurunkan para pemain ke lapangan menggunakan data statistik para pemain dan biaya operasional yang sangat kecil dengan mempercayai filosofi “Moneyball“.
Pada mulanya teori ini tidak dapat diterima oleh siapa pun di dunia baseball bahkan tim Oakland A’s sendiri, sehingga revolusi dunia baseball yang ingin dibangun Bill Beane ditolak mentah-mentah. Hal ini kemudian menimbulkan pertikaian internal dan berakhir dengan kegagalan beruntun untuk tim Oakland A’s di laga. Dalam perjalanan membangun ulang tim baseball ini, Bill Beane memiliki tekad dan mimpi untuk membuktikan bahwa filosofi dan teori yang dinilai sebagai omong kosong ini adalah awal dari masa depan dunia baseball. Penggambaran kegigihan yang ciamik berhasil ditampilkan Brad Pitt dengan dukungan pembangunan suasana oleh musik latar dan pengambilan gambar yang tepat.
2. Hidden Figures

Patriarki dan Rasisme menjadi suatu hal yang lumrah di Amerika Serikat pada tahun 1961, kala itu banyak dari mereka yang merupakan bagian dari African Americans (keturunan Afrika/Afro-America) tersingkirkan, terutama bagi wanita. Pada saat itu pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal menjadi suatu hal yang tidak disenangi dan dihindari oleh para warga kulit putih jika tergabung dengan mereka saat itu.
Katherine Johnson (Taraji P. Henson), Dorothy Vaughan (Octavia Spencer), dan Mary Jackson (Janelle Monae) yang bekerja untuk NASA (Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat) menunjukkan keberanian mereka dalam melawan ketidakadilan rasial saat itu dengan membuktikan diri mereka menjadi matematikawan yang jenius dan pekerja keras. Ketekunan dan kegigihan mereka mematahkan stigma masyarakat akan perempuan keturunan Afrika yang tidak pantas bersaing di dunia kerja maupun pendidikan. Film berdasarkan kisah nyata ini berhasil dikemas dengan membawakan revolusi pandangan akan pemberdayaan wanita dan rasisme.
Baca Juga: Good Girl Syndrome: Menjadi Baik yang Menyakitkan
3. Selma

Berlatar pada tahun 1965 di Amerika Serikat, dengan mengangkat kisah Dr. Martin Luther King Jr. (David Oyelowo) dan aktivis-aktivis lainnya yang memperjuangkan hak pilih warga Afro-Amerika di kota kecil bernama Selma, Alabama. Kala itu rasisme masih berlangsung ibarat sebuah tradisi. Pembunuhan, penyerangan, bahkan hak pilih untuk negara tidak didapatkan oleh mereka. Para aktivis yang sadar akan hal itu mulai mendesak pemerintah untuk mengeluarkan peraturan yang menjamin kebebasan memilih milik warga Afro-Amerika, namun berakhir dengan penolakan.
Kisah perjuangan pun dimulai, para aktivis dibawah pimpinan Dr. Martin Luther King Jr. mendapat banyak kecaman dan tindakan rasisme dari warga kulit putih saat itu. Pembunuhan salah satu aktivis pun tidak dapat dihindarkan, hal ini membuat perlawanan akan pemerintahan saat itu yang menutup mata semakin memanas. Semangat perjuangan dan keberanian melawan ketidakadilan menjadi poin utama film ini, pantang menyerah akhirnya membawa perjuangan mereka sampai pada puncaknya, yaitu pengumuman oleh Presiden Johnson atas berlakunya hak memilih bagi warga Afro-Amerika.
4. The Pursuit of Happiness

Ekonomi, menjadi suatu hal yang paling mendasar dalam kehidupan terutama dalam keluarga. Chris Gardner (Will Smith) dan anaknya Christopher (Jaden Smith) hidup berdua dengan sisa-sisa uang yang tidak seberapa, bahkan dapat dikatakan mereka hidup seperti tunawisma (gelandangan) yang tidak memiliki apapun. Walau sempat merasa terpuruk akan keadannya, ia tetap memilih untuk berjalan maju dan percaya bahwa kebahagiaan selalu ada.
Perjuangan Chris Gardner dalam mencapai impiannya tanpa memperdulikan pandangan jelek orang lain terhadapnya patut diacungi jempol, walau ia tidak dihargai dan direndahkan, ini tidak membuatnya berhenti untuk menjadi orang yang optimis, disiplin, dan bertanggung jawab akan tugasnya yang menjadi Ayah sekaligus Ibu bagi anaknya. Film berdasarkan kisah nyata ini menunjukkan bahwa kerja keras dan jerih payah tidak akan pernah berbohong dan menunjukkan bahwa mimpi ada untuk digapai. Chris Gardner membuktikannya dengan berhasil menjadi salah satu dari miliarder dan berhasil menggapai apa yang dia inginkan.
Bulan Ramadhan ini adalah waktu yang tepat untuk kita merenung serta memperbaiki pola pikir, gaya hidup, dan mengendalikan tingkah laku kita di kehidupan sosial, mungkin dengan film-film inspiratif di atas dapat mendorong kita menjadi pribadi yang lebih maju. Bagaimana, apakah sekarang menonton menjadi kegiatan bermanfaat yang tepat untuk Ngabuburit di mata sobat sekalian?
Penulis : Nawra Rakina
Ilustrasi : Nawra Rakina